Menuju dua eps terakhir. Ayo, share cepetan!
Kalau vote mencapai 260 dan 2.700 kali di baca, juga kalian follow akunku, Besok aku update sampai ending!! Ayoo.. Makanya ajak teman kalian buat baca ABAH DOSEN! YUKS
{°°°}Gue menggerakkan leher gue dengan perlahan. Masih sakit. Walau pun luka yang diakibatkan oleh pot tadi lumayan parah, namun syukurlah gue baik-baik saja. Sekarang di belakang hijab gue tersembunyi perban dan beberapa tetes obat merah. Sakit, masih sakit.
Karena gue yakin kalau gue masih kuat, setelah penanganan tadi, gue segera berjalan menuju Davin. Dia berada di ruang sebelah gue. Tangannya perlu dijahit katanya. Dan itu cukup untuk membuat gue merasa khawatir.
Haha, khawatir.
Saat gue tiba di depan kamar Davin, gue melihat sosok Kak Divana tengah berdiri di sana. Gue tidak tahu, bagaimana caranya dia bisa kabur dari para perawat. Yang pasti, gue masih gemetaran saat berada di dekatnya. Luka gue terasa sakit kembali. Gue takut dengan beliau.
Namun, entah mengapa, jiwa sok berani gue tiba-tiba keluar. Gue mendekati Kak Divana begitu saja. Kaki yang mempunyai inisiatif tinggi ini berhasil membuat jantung gue berdegup sangat kencang. Biar bagaimana pun, gue masih gemetaran. Karena Kak Divana sudah ada di hadapan.
Ia menoleh, menatap gue dengan sendu. Jantung gue semakin cepat berdetak. Tidak adiknya, kakaknya, sama saja. Mereka selalu bisa membuat jantung gue berdegup tak tentu. Mengesalkan. Gue ini, penakut atau apa?
"Sena, ya?"tanyanya tiba-tiba.
Gue terperanjat karena terkejut. Namun, dengan segera gue mengangguk.
"Iya,"balas gue singkat.
Kak Divana lalu tersenyum. Dan tidak dapat dipungkiri, senyumannya memang manis.
"Maaf soal yang tadi. Kalau kamu tidak melindungi anak itu, kepalamu mungkin akan baik-baik saja."
Gue tercengang. Apa? Anak itu? Dia benar-benar mau melukai anaknya sendiri? Sungguh tidak baik. Gue tidak tahu alasan apa yang membuat Kak Divana membenci anaknya sendiri. Padahal, biar bagaimana pun, Arya adalah darah dagingnya.
"Kak,"ujar gue mulai memberanikan diri. "Kenapa kakak sampai melakukan itu pada Arya? Dia anak kandung ka-"
"Dia bukan anakku."balasnya dingin.
Gue menghembuskan nafas lemas. Setelah itu, gue menyentuh punggung Kak Divana dan memberikan senyuman padanya. Gue tidak tahu apa resiko yang akan gue terima saat senyuman ini gue berikan. Asalkan Kak Divana tidak muntah saja, gue sudah banyak bersyukur.
"Ayo, kita bicara sebentar."ujar gue.
Dengan segera gue mengajak wanita ini menuju sebuah kursi tunggu. Dia memang menurut. Kami duduk secara bersamaan di sana. Namun, pandangan Kak Divana tidak lepas dari ruang di sebelahnya. Dia bahkan tidak memberikan fokusnya pada gue.
"Kak, boleh saya bertanya?"ujar gue tiba-tiba. Namun, Kak Divana tidak merespon.
Asem. Gue harus malu lagi? Setiap bertanya baik pada adiknya maupun kakaknya, gue selalu merasa ciut. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan gue dengan baik. Kenapa bisa begitu, sih?
"Kak!"ujar gue sedikit berteriak.
"Kenapa?"tanya Kak Divana sambil menoleh.
YAS! DIA BERBALIK!
"Boleh saya bertanya?"ulang gue. Dan dia langsung mengangguk.
Gue menarik nafas panjang. Dengan segera gue siapkan tubuh gue kalau-kalau kejadian sebelumnya terulang kembali. Kenapa? Karena gue hendak mengatakan pertanyaan yang mungkin dianggap sembrono. Atau bahkan terlalu kepo. Namun, gue rasa gue memang harus menanyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abah Dosen [COMPLETED] | TAMAT
Romantizm(Sudah tamat, kayak hubungan lu ama dia v:) Coba buka ratingnya! BUKA JUGA NOVEL AKU YANG BARU DI AKUNKU ^3^ SINOPSIS : Gue, tidak pernah mengalami cinta monyet. Karena gue tahu, gue masih berstatus MANUSIA. Tapi kalau cinta manusia, ya, gue juga t...