Bagian 2-Kuliah

2.9K 160 1
                                    

Sebelum baca, klik gambar bintangnya. Thanks for read this novel v:

{°°°}

Gue sedikit merengkuhkan tubuh gue setelah selesai mengantar barang ke salah satu apotek. Ya, itulah pekerjaan gue. Merayu para enterpreneur untuk menggunakan barang dari perusahaan gue. Gue bukan jadi kuli yang ngangkut barangnya, ya. Tapi gue yang mengontrol di pengantaran barang itu.

"Makasih, teh. Mari,"ujar gue lalu mulai menaiki motor, membiarkan mobil yang membawa barang pulang seorang diri. 

Gue menggunakan helm gue sehingga hijab gue tertutup. Setelah itu, gue gunakan masker serta sarung tangan. Bukan gue takut kulit gue jadi hitam, bukan. Orang kulit gue emang eksotis. Tapi gue mau menyamar.

Gue memutar kunci motor. Lalu, dengan posisi yang masih sama gue menbenahi letak Cheetah agar enak digandong. Barulah, setelah dirasa siap, gue menyalakan mesin Baby Cheetah. Jalan raya yang tengah digunakan banyak pengendara itu udah ada di hadapan mata gue. Dan gue udah siap untuk ikut memutar gas di sana.

TELOLET!!

Tunggu, bentar. Itu bukan suara gasnya Baby Cheetah. Itu suara hp gue! Siapa, sih, orang yang mau mengganggu gue ketika sudah siap memutar gas? Gue santet lama-lama. Eh, jangan. Dosa v:

Gue merogoh saku kantong Cheetah. Gue membuka resletingnya dan mulai mengeluarkan hp gue dari sana.

Entog.

Nama yang tertera di layar Handphone gue itu adalah Ento, yang gue pelesetin jadi Entog karena mulutnya yang recok. Dia adalah salah satu temen cowok gue yang berhasil membawa gue ke dunia musik. Nah, gue nyamar kali ini karena gue mau manggung di sebuah mall bareng dia. Bayarannya lumayan banget, lho.

Gue mengangkat panggilan gak jelas itu. Mulut gue udah bersiap untuk membalas perkataan Entog.

"Halo, iya Tog, oh gitu. Gue mau ke kantor dulu minta ijin. Oke siap babay!"ujar gue tanpa menghela nafas sedikit pun.

"Wey, gue belum ngomong apa-apa.."balas Entog. Dan gue langsung menutup panggilan itu. Bodo amatlah, yang penting urusan kuliah beres hari ini.

{°°°}

Gue memasuki sebuah ruangan yang terbuat dari kaca. Karena gak mau kejadian serupa terjadi, gue meraba setiap sudut ruangan itu. Biar kelihatan kayak orang buta, tapi gue gak nubruk kaca bening itu, kan? Gak apa-apa kelihatan buta, asalkan gak kelihatan bego.

"Papak," ujar gue sambil mengetuk pintu transparan itu. Kalau baca kata itu, tolong baca juga huruf 'k'-nya. P-A-P-A-K. Itu panggilan gue buat salah satu atasan di perusahaan yang udah akrab sama gue.

"Masuk, Sen,"balasnya.

Dengan segera gue melangkah memasuki ruangan itu. Walau Cheetah sempat nyangkut di pintu karena gue lupa gak menurunkannya ketika mau masuk tadi, gue tetap jaga image. Gak mau gue kalau diketawain lagi.

Akhirnya gue sukses duduk di sebuah kursi yang berada di hadapan Papak. Gue lalu menampakkan senyuman manis gue ketika masker gue dibuka.

"Mau manggung?"tanyanya. Ya, iyalah! Masa gue bawa gitar mau mancing?

Gue lalu mengangguk.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang