Guys, no comment dari aku.
Cuma, klik bintang dan share.
Follow akunku karena, ya follow aja 😃IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}Gue memejamkan mata gue saat sebuah teriakan menusuk telinga. Dengan berat, gue menarik nafas, memaksa oksigen masuk. Pikiran gue kelam kabut. Kerongkongan gue sakit karena harus menahan tangis.
Pak Davin menyemangati gue dengan memberikan senyuman. Karenanya, gue sedikit tegar. Kaki gue mulai kokoh untuk berjalan. Walau pun ingin sekali gue berteriak, namun dengan senyuman itu gue bisa menahannya. Bahkan, gue sampai bisa menyunggingkan bibir sebatas untuk tersenyum.
Gue memasuki pagar rumah yang menyembunyikan pertengkaran di dalamnya. Terkadang gue heran. Kenapa keadaan ekonomi yang sudah gue coba perbaiki mulai membaik, tapi ibu dan ayah masih sering bertengkar. Apa masalahnya? Cemburuan? Ketidaksetiaan? Apa?
Air mata gue luluh saat mendengar ibu menangis. Suara ayah yang berat, tengah menenangkan ibu begitu menyayat. Gue tahu kalau mereka pasti mempunyai alasan untuk bertengkar. Tapi bisakah tidak usah sesering itu? Setidaknya tidak saat adik sendirian saja.
Kaki gue memasuki rumah dengan perlahan. Gue berusaha untuk tidak menimbulkan keributan sedikit pun. Biarlah, gue hanya ingin menemui adik saja. Toh, kalau memberitahu mereka bahwa gue tengah tidak berpenghasilan, malah akan memperburuk keadaan. Karenanya gue langsung mengetuk jendela kamar adik gue yang berada di depan.
"Dek!"panggil gue dengan suara lembut. Gue kembali mengetuk jendela dengan sedikit tambahan tenaga.
Tak lama kemudian Si Adek membukakan jendela. Dari penampilannya, dia nampak tidak perduli dengan keadaan rumah. Lihat saja. Telinganya tengah ditutupi headset dan handphone-nya tengah menyala, menunjukkan sebuah permainan.
"Masuk, Sen."ujarnya dengan sopan. Ya, segitu mah sopan.
"Ah, enggak, dek. Sena buru-buru. Ini aja, pinnya tanggal lahir gue, dari tahun, tanggal, baru bulan. Bilangin ke ibu kalau Sena gak bisa kirim uang dulu."ujar gue sambil memberikan kartu ATM yang, yah, setidaknya berisi uang yang cukup untuk beberapa bulan ke depan.
Adek mengambil ATM itu. Dia lalu menelitinya sebelum mengangkat jempolnya pada gue. Setelah itu, gue berikan sebungkus makanan yang gue beli tadi padanya. Adik gue itu menerima dengan hati-hati. Saat tangannya membuka bungkus makanan itu, gue segera mengusap kepalanya.
"Makan. Habisin semuanya. Kalau lapar, jajan aja. Pakai uang yang ada di ATM Sena. Adek harus banyak makan biar gak kurus."nasihat gue.
Adik gue kembali mengangkat jempolnya. Dia lalu tersenyum.
"Makasih, hati-hati di jalan."ujarnya lagi. Gue lalu mencubit tangan kurusnya.
"NGUSIR LO?!"
"Enggak, cuma ngasih amanat aja."balasnya ringan.
Gue lalu tertawa. Dengan segera, gue menutup kembali jendela kamarnya dengan hati-hati. Ini sudah sore. Dia pasti tidak akan sadar waktu sampai adzan maghrib berkumandang. Karenanya, biar gue urus keadaan kamarnya sebentar. Setidaknya sekedar menutup jendela, berusaha membuatnya hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abah Dosen [COMPLETED] | TAMAT
Romance(Sudah tamat, kayak hubungan lu ama dia v:) Coba buka ratingnya! BUKA JUGA NOVEL AKU YANG BARU DI AKUNKU ^3^ SINOPSIS : Gue, tidak pernah mengalami cinta monyet. Karena gue tahu, gue masih berstatus MANUSIA. Tapi kalau cinta manusia, ya, gue juga t...