Bagian 15-Tetangga Serumah

1.2K 98 1
                                    

Hai, readers! Bagaimana ceritanya? Seru, garing, atau seru dan garing? Terus baca sampai akhir cerita, ya! Vote, comment, dan jaga kesehatan. Perbanyak ibadah.
Dan aku mau minta doanya untuk kelancaran PAS aku hari Rabu nanti. Doakan yaaa.
Selamat membaca.
{°°°}

"Mau saya bantu, pak?"tanya gue sopan ketika melihat ternyata Pak Davin membawa cukup banyak barang bawaan.

Ya, tidak gue sangka ternyata anak dari Bu Ika dan Pak Aka adalah Pak Davin. Lebih parahnya lagi, gue baru sadar kalau ternyata dialah anak jomlo yang dibicarakan Bu Ika. Ada sedikit rasa iba dalam diri gue. Tapi gak sedikit rasa kesal yang menyeruak dari diri gue. Kalau mau kebetulan kayak gini, bisa gak sih kalau anaknya Bu Ika itu Iqbal aja? Song Joong Ki lebih mantap!

"Gak usah. Saya masih bisa sendiri. Kalau mau bantu, ambilin barang terakhir yang ada di bagasi mobil saya."ujar Pak Davin dengan datar. 

Gue mengambil kunci dari tangan besarnya. Tanpa ragu gue melangkah menuju mobilnya yang diparkir gak begitu jauh dari depan rumah Bu Ika. Dengan beberapa langkah besar saja, gue bisa mencapai bagian belakang mobil. Gue langsung teringat akan bau teh hijau yang mengelilingi mobil itu tatkala tangan gue menekan sebuah tombol di kunci. Mobil itu mengeluarkan suara. Gue lalu membuka bagasi untuk mengambil barang.

Tiba-tiba terasa sebuah cahaya menyilaukan mata gue. Karenanya gue langsung mengedipkan mata. Gue mencoba fokus saat pandangan gue buram. Setelah siap untuk melihat barang menakjubkan itu, gue membuka mata sedikit demi sedikit. Bersamaan dengan itu, mata gue terbelalak. Gue mengeluarkan air mata yang tulus dari dalam hati.

"CHEETAH! Demi kerang ajaib, gue kangen lo! Lo tahu, gue menderita gak ada lo! Alhamdulillah, lo udah bisa balik. Gue cinta lo, Cheetah!"teriak gue sambil memeluk gitar kesayangan gue itu.

Karena saking kangennya, tanpa banyak basa-basi, gue langsung menggendong Cheetah. Tangan kiri gue menutup pintu bagasi. Setelahnya, gue menekan sebuah tombol di kunci mobil lalu kembali ke kekos-an. Di atas sebuah meja, gue lempar kunci mobil itu. Aduh, gak sabar gue main sama lo, CHEETAH SAYANG! Eun Woo aja kalah kalau disandingkan dengan lo!

Gue memasuki rumah dengan wajah semringah. Pita suara gue terus bersenandung ria karena malam ini gue jadi malam mingguan sama Cheetah. Oh, iya. Sekarang malam minggu. Gue bahagia banget. Berarti gue bisa ngerjain tugas sambil pacaran sama Cheetah. Omigot!

Gue pindahkan Cheetah ke tangan kiri gue. Tangan kanan gue langsung membuka gagang pintu, berusaha memperlihatkan wujud kamar rapi gue.

"Heh!"teriak seseorang berhasil menghentikan langkah gue. ARGHHH!!! PAK DAVIN, gue taplok mulut anda pake adukan semen. Eh, jangan. Dia dosen lo Sen, jangan. Mampud entar kuliah lo, kerad, kan?

"Iya, pak? Kenapa?"tanya gue sambil membalikkan tubuh gue perlahan-lahan.

"Kamu mau kemana?"ujar Pak Davin sambil menghampiri gue, membawa salah satu tas besarnya.

"Mau ke kamar, pak. Saya mau pacara- eh, main sama Cheetah."

"Oh, jadi namanya Cheetah. Dan oh yang satunya lagi, kamar kamu sebelah kamar saya. Takdir sekali, ya."

Iya, takdir! Tapi takdirnya pahit sepahit racun di tangan kirimu. Tunggu, kok gue tahu rasa racun, ya? Intinya, ini bukan takdir yang gue harapkan. Atau mungkin BELUM gue harapkan?

Gue hanya mengangguk sebagai jawaban. Entah berapa banyak dosa yang gue perbuat ketika berhadapan dengan pria ini. Yang pasti, gue males banget kalau harus ngobrol lama dengannya kecuali masalah mata kuliah.

"Kamu gak sopan."ujarnya. Buset, di sisi bagian mana gue gak sopannya? Gue udah membukakan pagar buat dia, bahkan menawari bantuan. Tapi dia tetap bilang gue gak sopan. Ini guenya yang kurang ajar atau dianya yang ngasal, sih?

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang