Ikan tongkol burung kenari
Tinggalah sepat yang sakit tak dibeli
Ikutilah protokol yang diberi
Agar kita sehat dan bangkit kembali
Nyambung, kan? Mikirnya sebentar, lho. Semingguan, lah.IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}Malam sudah mulai menyelimuti tapi gue dan Adinda masih belum punya tempat kembali. Gue enggan datang ke tempat kos. Adinda enggan pulang ke rumah. Alhasil, tersisa lah kesenduan di antara kami dan dinginnya hembusan angin.
"Kalau aja gue punya rumah, gue pulang ke rumah gue sendiri."ujar Adinda.
Seolah kalimat itu mengingatkan gue, dengan segera tangan gue merogoh tas. Gue ingat betul dengan apa yang gue lakukan. Tinggal berharap dan memastikan. Tangan gue masih berkutit di dalam tas. Gue yakin, gue menyimpannya di sini.
"Yap!"teriak gue saat kunci rumah abu yang dibelikan Pak Davin itu ditemukan. Gue benar, gue selalu menyimpannya di dalam tas.
"Kita nginep di rumah gue!"teriak gue. Dan Adinda hanya tertawa geli.
Namun, tawanya itu memudar kala kami sampai dan berada di dalam rumah itu. Bahkan, gue sendiri terkejut. Rumah ini terlalu besar untuk rumah. Mungkin bisa gue sewakam untuk gor. Tapi, furniture yang tersedia terlalu mahal untuk disingkirkan. Dan terlalu bagus untuk dibuang.
"Mana mungkin!"teriak Adinda.
"Gue juga gak percaya."balas gue. "Tapi, ini keterpaksaan, sih. Kita harus menginap di sini untuk beberapa hari."
{°°°}
Sudah berhari-hari gue dan Adinda tinggal di rumah itu. Kami membersihkannya, mengisi token listriknya, membayar tagihan air, mengisi kulkas, dan masih banyak lagi. Walau baju kami tertinggal di rumah, tapi ini masih terlalu murah untuk sebuah tempat tinggal tanpa biaya. Akhirnya, kami membeli beberapa barang dan baju untuk kehidupan di sini.
Selain gue dan Adinda yang tinggal di rumah mewah tanpa sebab selama berhari-hari, Pak Davin pun tak pernah datang lagi ke kampus. Biarlah, memang itu tujuan gue, kan. Tapi biar bagaimana pun, mengingat kebaikannya gue jadi merasa sedih. Gue merasa gue benar-benar jahat. Terkadang gue berpikir, apakah gue terlalu lucknut?
Bahkan hingga saat ini, hari terakhir ujian, beliau tidak datang. Gue juga tidak mau bertanya. Hubungan kami sudah sampai di sini saja sepertinya. Ya, tak apalah. Masih banyak pria di luar sana yang bisa mencintai gue dengan normal. Tanpa tekanan, tanpa ketidakpastian, dan tanpa kebingungan. Gue rasa, inilah jalan keluar terbaik.
Karena gue merasa sudah menghilang sebagian beban, gue langsung menghubungi Entog untuk diskusi soal Iren itu. Dia akan menjemput gue hari ini, mengajak gue kembali berkarir di dunia musik. Karenanya, gue hanya bisa duduk menunggu di halte bersama Adinda. Ya, dia sepertinya akan pulang seorang diri.
"Tapi lo tahu, gak?"ujarnya saat gue masih mengeluh soal kisah percintaan gue. "Kalau kita melihat jahe, bisa jadi itu kunyit. Atau bahkan yang kita sangka jahe atau kunyit, ternyata kencur."
Gue membayangkan bumbu dapur itu. Adinda jarang masak atau gimana, sih? Gue saja yang jarang ke dapur tahu yang mana jahe, yang mana kunyit, dan yang mana kencur. Soalnya bahaya kalau buat bandrek pakai kencur.
"Jadi?"tanya gue yang masih belum faham.
"Jadi, jodoh itu rumit. Bisa jadi orang yang kita sangka jodoh, ternyata bukan. Atau mungkin dua orang yang dekat dengan kita, yang dijadikan pilihan untuk berdampingan dipelaminan, ternyata keduanya bukan jodoh kita. Tiba-tiba jodoh kita, orang yang kita kenal sejak lama, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abah Dosen [COMPLETED] | TAMAT
Romance(Sudah tamat, kayak hubungan lu ama dia v:) Coba buka ratingnya! BUKA JUGA NOVEL AKU YANG BARU DI AKUNKU ^3^ SINOPSIS : Gue, tidak pernah mengalami cinta monyet. Karena gue tahu, gue masih berstatus MANUSIA. Tapi kalau cinta manusia, ya, gue juga t...