Bagian 43-Tanpa Karena

923 78 0
                                    

Guys, no comment dari aku.
Cuma, klik bintang dan share.
Follow akunku karena, ya follow aja 😃

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}

Hari ini gue dan Entog akan latihan sebelum lusa tampil. Entog menjalankan motornya dengan kecepatan tetap karena ingin segera sampai di kos. Ya, berhubung Pak Aka dan Bu Ika masih belum pulang, kami jadi menemani Arya. Anak itu tumbuh dengan baik dalam pengawasan gue dan Entog. Itulah manfaatnya bergabung bersama ibu-ibu posyandu.

Kami sampai di rumah itu dalam kurun waktu yang cukup cepat. Gue segera melompat dari motor, sedangkan Entog segera mematikan mesin dan berlari. Kami tertawa saat Arya sudah bisa dilihat dengan jelas.

"ARYAAA!!!"teriak kami bersamaan.

Namun, tiba-tiba saja Pak Davin menyembunyikan Arya di balik tubuhnya. Entog yang sudah menjadi fans Arya merasa tidak terima. Dia menarik otot bisep Pak Davin dan memaksanya menunjukkan Arya. Berkali-kali Pak Davin menolak, namun Entog tetap bersikeras.

Arya yang menjadi bahan rebutan itu hanya tertawa bahagia. Haduh, Arya. Lucu sekali kamu. Bahkan nasibmu juga sangat lucu. Orang tua tidak jelas siapa. Yang mengurus tidak benar. Hah, lucu sekali kamu Arya.

Gue dan Entog duduk kala Pak Davin secara tidak ikhlas memberikan Arya pada kami. Arya sepertinya sudah membaik. Dia lebih ceria dan jarang menangis. Baguslah. Itu berarti asupan gizinya cukup dan popoknya diganti secara teratur. Beruntung Entog datang setiap saat. Dia jadi bisa membantu gue untuk mengurus Arya, di samping Pak Davin.

Kami mulai berlatih untuk acara Minggu ini. Seperti biasa Arya tertawa bahagia. Pak Davin yang menjadi penonton paksaan hanya memainkan handphone-nya. Sesekali gue tersenyum kecil kalau melirik Pak Davin yang tengah duduk tepat di belakang gue. Dia lucu, kayak anak remaja yang lagi cemburu.

Sekitar pukul empat, setelah ashar, Entog pamit. Dia berkali-kali mencium Arya yang sudah terlelap di pangkuan gue. Betapa sukanya dia sama Arya sampai melakukan hal itu. Barulah Entog benar-benar pergi setelah menepuk pundak Pak Davin. Dia memang menyebalkan. Tak puas melihat Pak Davin tak berkomentar, dia malah terus menggodanya.

"Udah kayak suami yang mau pergi kerja, cium anak dulu, ngasih senyuman buat istri,"ujar Entog. Pak Davin hanya menatapnya sambil mengangkat sebelah alis. "Ya, kayak gue sama Sena."

"KAMU!"teriak Pak Davin.

Gue langsung mengeyong Arya yang sempat terkejut.

"Pak, ssstt."bisik gue. Pak Davin mengangguk.

"Sudah sore. Bukannya kamu harus pulang?!"lanjut Pak Davin pada Entog.

Si anak menyebalkan itu mengangguk. Dia melambaikan tangannya pada gue sebelum pergi. Kemudian mulai melangkah meninggalkan rumah.

Gue masuk ke ruang depan. Dengan hati-hati gue duduk di sofa empuk itu. Gue masih memeluk Arya yang tertidur pulas. Mulut gue menampakkan senyuman kala anak itu terlihat tenang. Haduh, Arya. Hidup kamu terasa sangat menyenangkan. Hanya tertawa dan belum memikirkan beban.

Pak Davin berjalan melewati gue menuju dapur. Dia tidak bertanya atau berkata apa pun. Terserah, lah. Lagi pula, gue memang sangat ingin mempraktekan apa yang pernah Kana ajarkan tentang bayi. Jadi gue tidak perduli apa pandangan Pak Davin mengenai gue. Toh yang gue sayang Arya, bukan dia.

Tiba-tiba Pak Davin muncul dari arah dapur. Beliau membawa satu cangkir teh yang kelihatannya masih hangat. Asap halusnya masih mengepul. Beliau langsung duduk di samping gue. Tangan kanannya menyodorkan minuman itu pada gue.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang