Bagian 8-Presentasi

1.5K 116 2
                                    

Hai, para pembaca. Terima kasih atas semua waktu yang kalian luangkan untuk novel ini. Saya tahu ini garing, tapi saya akan terus mencoba menyuguhkan cerita terbaik untuk kalian.
Klik bintangnya, ya.
Selamat membaca.
{°°°}

(Karena Pak Davin gak banyak ngobrol sama Sena, aku bakal publis dua eps. Semoga kalian suka v:)

Besok adalah hari presentasi, seperti yang dikatakan Pak Davin waktu itu. Gue hendak buat thumbnail semenarik mungkin bareng Adinda. Maka dari itu hari ini gue nginep di kos-an dia. Gue sengaja gak banyak diem di kos-an gue karena suasana sepi setelah Kana menikah. Dari pada gue sendirian, kelihatan banget jomlonya, ye kan?

Kamar kecil ini sangat rapi. Adinda berhasil membuat kamar ini seolah ruangannya lebih besar dari kamar gue. Karenanya, gue lumayan betah diam di sini.

"Nih, kalau gini gimana? Sesuai tema, kan?"tanya gue pada Adinda.

Dengan segera Adinda menghampiri gue yang tengah rebahan di kasurnya. Laptop yang tadi gue gunakan segera disodorkan pada Adinda. Karena mata Adinda sedikit ada gangguan, ia jadi menyipitkan matanya ketika melihat hasil karya gue.

"Bagus, sih."katanya. Gue pun bernafas lega. "Tapi, bisa gak lo hilangin aja gambar manusia kucing kuning-kuning ini?"

Gue lalu melihat ke arah layar laptop gue. Otak gue masih mencerna ucapan Adinda yang gak tahu maksudnya apa. Gambar manusia kucing kuning-kuning? Dan barulah gue sadar, ternyata gambar yang Adinda maksud adalah Boruto, anak Naruto. Gambar itu memang sengaja gue simpan di thumbnail agar menarik perhatian.

"Boruto? Elah, bagus, kali."balas gue. Adinda lalu menyeringai.

"Bagus apaan? Hapus, ah. Gue gak mau dapat nilai E, Sena. Lebih lucu kalau pakai kartun Lilo."

"Jangan, ah. Kayak anak kecil. Yodah, gambar Tadakuni-nya Danshi Koukousei no Nichijou aja. Ganteng!"

"Ih, lo, kayak Wibu. Elsa aja, deh."

Dari sana, gue mulai bertengkar dengan Adinda cuma karena penyimpanan kartun kita di thumbnail. Adinda keukeuh dengan kartun-kartun Disney-nya, gue ngebet dengan anime Jepang. Kami mengeluarkan semua nama pemeran dalam kartun sebanyak mungkin. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul sembilan tepat.

"Kalau gak usah pakai kartun aja gimana?"tanya gue dengan nafas terengah-engah. Capai, bener. Adinda susah dikalahin.

Adinda lalu mengangguk. Dia juga kayaknya capai bertukar argumen sama gue. Dengan segera tangan gue mengambil laptop dan menghapus gambar itu. Tapi, belum sempat gue save, laptopnya mati. Gue dan Adinda saling berpandangan.

"Lo udah save?"tanya Adinda khawatir. Dan gue menggelengkan kepala gue yang berhasil membuatnya menggaruk punduk. "Tapi, cuman thumbnail-nya aja, kan, yang belum di save?"

"Iya, sih. Semua presentasinya udah gue save. Cuman yang belum gue save itu pas Boruto-nya dihapus. Kayaknya masih terpampang di thumbnail, deh."

Adinda lalu mengangguk. Ia kelihatan lebih tenang.
"Alhamdulillah kalau gitu. Ayo beres-beres. Kita harus tidur, besok masih kuliah pagi, kan."

Gue mengangguk. Dengan segera gue rapikan laptop gue. Barulah setelah semuanya aman, gue mengganti baju. Adinda kelihatannya sibuk banget beresin kasur. Karena gue sebagai orang yang nginep, gue harus membantu yang punya. Gue segera menyapu kasur agar kami nyenyak tidur.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang