Hai semua! Terimakasih sudah berkunjung sampai sini. Baca terus kelanjutan ceritanya, ya. Jangan lupa vote dan beri comment positif.
Selama Membaca Minna!
{°°°}"Udah ngajar."bisik gue pada Geri.
Geri langsung merespon dengan seringaian. Dia kelihatan sedikit bingung saat gue mengatakan hal itu. Apalagi kini tubuh kami tengah diselimuti air hujan. Angin yang menerpa walaupun sedikit bisa membuat kami masuk angin. Maka dari itu, kami masih dalam posisi jongkok di samping kelas yang hangat, nyaman, dan cocok untuk rebahan.
"Gimana, nih?"tanya gue pada Geri yang terlihat makin gugup.
"Masuk aja, lah. Minta maaf. Kasih tahu kalau tadi ada kecelakaan."balasnya ringan.
Oh, iya, ya. Hal sederhana itu mengapa harus dibuat ribet?
Karena usul tadi sangat gue setujui, maka dengan satu gerakan gue angkat tubuh gue. Bersamaan dengan itu, Geri membuang nafas lemas. Dia akhirnya ikut mengangkat tubuh pada suhu yang dingin ini. Kami berdiri bersebelahan dengan pintu, masih mau mengumpulkan nyawa dan keberanian. Jantung gue hanya membutuhkan waktu sekitar satu menit saja untuk tenang. Hal itu sebelum Geri bersin dengan suara mirip batu. Keras!
"Lo apaan, sih?"bisik gue. Kaki gue berjingkrak-jingkrak karena entah mengapa, tiba-tiba saja lagu Agnes Mo dengan judul Tak Ada Logika langsung terngiang. Ini, bersinnya Geri yang bernada atau kaki gue yang banyak gaya?
Terdengar suara pintu dibuka dengan kasar. Jantung gue yang mulai tenang, kembali berdegup dengan kencang. Bahkan, perut gue ikut kaget sampai mulas. Untuk masalah keringat dingin, jangan khawatir. Tetesan air hujan ini bisa menyembunyikan itu. Akan tetapi, satu hal yang tak bisa gue dan Geri sembunyikan yaitu wajah kami yang mirip kuda nahan ketawa.
"Kalian kenapa basah kuyup?"tanya Pak Davin dengan nada suara seperti biasa.
"Kena air, pak."balas gue dan Geri bersamaan.
Pak Davin nampak menatap gue dengan tajam. Beliau lalu menatap Geri pula, namun dengan tatapan sinis. Tubuhnya yang rileks, tiba-tiba menegang karena mungkin ia marah. Aduh, harusnya gue buka internet dulu sebelum jawab!
"Jangan jawab bersamaan. Kamu duluan."terang Pak Davin pada gue, seterang harapanku untuknya.
"Saya sudah berangkat pagi, pak. Tapi saya ada keperluan di kafe. Setelah itu, saat saya naik bis, ada kecelakaan truk sehingga macet. Saya dan Geri jadi berlari sampai kampus."
Pak Davin hanya mengerutkan alisnya. Ia kelihatan tidak memahami maupun mendengarkan ucapan gue. Matanya bergerak tak karuan ke seluruh tubuh gue. Sesekali tarikan nafasnya terdengar berat. Mungkin saja beliau tengah memperhatikan suatu hal pada diri gue. Apakah ada kotoran menempel pada baju gue?
"Kalau saya, pak..."
"Saya gak nanya kamu."balas Pak Davin tegas.
Geri yang awalnya membuka mulut dengan lebar, senang karena hendak bercerita, langsung mengangguk dan menunduk. Ia mengurungkan niatnya untuk berbagi kisah. Oh, kasihan, oh, kasihan, aduh kasihan. Padahal gue yakin kalau Geri bercerita, bisa beres sampai satu novel Harry Potter.
"Pak,"ujar gue berusaha membuat Pak Davin sedikit tenang. "Kami, boleh masuk?"
"Boleh,"balasnya yang membuat gue dan Geri hendak joget Bang Jali karena senang. "Asalkan kalian dalam kondisi kering. Saya tidak mau kelas saya kebanjiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abah Dosen [COMPLETED] | TAMAT
Romance(Sudah tamat, kayak hubungan lu ama dia v:) Coba buka ratingnya! BUKA JUGA NOVEL AKU YANG BARU DI AKUNKU ^3^ SINOPSIS : Gue, tidak pernah mengalami cinta monyet. Karena gue tahu, gue masih berstatus MANUSIA. Tapi kalau cinta manusia, ya, gue juga t...