Bagian 46-Sadar

1K 82 0
                                    

Gak vote? APA?! VOTE DONG! :)

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}

Gue baru saja menyanyikan lagu seorang diri di atas panggung. Gemetaran, memang. Mengingat baru kali ini gue menyanyikan lagu untuk pasangan suami istri baru. Kalau di cafe, gue lebih nyaman karena mereka kebanyakan tidak akan memperhatikan. Tapi kalau di sini, mereka menatap gue dengan tajam.

Ini adalah lagu terakhir di acara pernikahan. Berhubung Entog harus muntah setengah jam yang lalu, gue jadi harus menggantikannya. Padahal sebelumnya gue sudah sarankan jangan terlalu banyak menatap wajah di depan kaca, gak denger, sih. Tapi setidaknya pengalaman berkarir gue menjadi lebih banyak. Terimakasih Entog, muntah lo terbaik.

Acara selesai dan gue segera membereskan Cheetah. Seorang pria lalu bersalaman dengan gue sambil menyelipkan dua buah amplop. Ya, uang. Itu isinya uang untuk gue makan, kawan. Karenanya, gue merasa sangat bahagia setiap kali bersalaman dengan orang. Andai semua orang seperti ini.

"Oh, ya. Makan dulu sebelum pulang. Sudah dipisahkan."ujar pria itu. Gue hanya mengangguk dengan hati bahagia.

Kenapa gak begini setiap saat? Udah dapet uang, makan gratis lagi. Haduh, siap gue kalau begini terus.

Gue menaikkan Cheetah ke atas punggung gue. Bahu gue bergerak untuk membenahi posisi Cheetah. Saat merasa nyaman, gue angkat pandangan gue. Di hadapan gue tengah berjalan dua orang pria. Yang satunya agak kelelahan, yang satu menggendong bayi. Gue membuka tawa saat melihat kejadian di hadapan gue. Sungguh lucu.

"Teman laknat lo!"teriak Entog yang tengah dituntun oleh Pak Davin.

"Laknat apanya?"tanya Pak Davin. Gue hanya menahan tawa sekuat mungkin.

"Gak, gak ada. Ayo makan! Air putih gue keluar semua tadi."

Gue mendekati Entog. Setelah itu, gue tepuk bahunya. Tahu kalau dia masuk angin karena pergi tanpa sarapan dan jaket, di pagi buta, membuat gue mengulurkan sebuah botol. Di dalamnya berisi minyak, bukan jalantah atau minyak goreng. Entog mengambilnya sambil sedikit berdecak. Bahkan, dia sempat menggubris pegangan Pak Davin yang sejak tadi membantunya muntah.

"Apaan ini?"tanya Entog masih dengan tampang pucat.

"White Wood Oil."balas gue.

"MINYAK KAYU PUTIH, CUY! LEBAY AMAT LO, GUE A-"

"Ayo makan!"teriak gue.

Pak Davin lalu mengangguk. Beliau segera berjalan beriringan dengan gue. Dasar Entog. Diajak makan aja tidak mau.

Sebuah meja yang kosong segera gue duduki. Setelah melihat Arya tertidur pulas, gue niatkan diri gue untuk mengajak Pak Davin makan. Ya, saat hendak pergi tadi, Arya menangis. Pak Davin tengah dalam kondisi yang kurang baik. Gue tidak bisa kembali mempercayakan Mang Galon. Oleh karena itu, gue ajak mereka ke acara nikahan ini.

Entog makan dengan lahap, begitu pun gue. Bahkan, piring gue sampai kosong dalam waktu yang tidak terlalu cepat. Gue memang berniat begitu. Melihat Pak Davin terus menggendong Arya membuat gue merasa prihatin. Dia cowok, tapi kayak emak-emak arisan. Lebih baik kalau gue saja, yang sudah pasti bakal jadi emak-emak, yang menggendong Arya.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang