Bagian 42-Aneh, Gak, Sih?

929 80 1
                                    

Ambilkan bulan, bu.
Dari pada gak sopan nyuruh orang tua,
Lebih baik ambilkan bintang di sini aja.
Coba, klik gambar bintangnya, geura.

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}

"ARYAA!!! ARYAA!!! ASTAGFIRULLAH, ARYA!!"teriak Pak Davin sekitar pukul empat pagi.

Gue yang tengah asyik bermain bersama bayi ini yang ternyata bernama Arya, hanya terdiam. Sekitar pukul tiga subuh tadi, Arya menangis. Ayah macam apa yang tidak bangun saat anaknya menangis? Malah gue yang bangun karena kaget ketiduran di kamar Pak Davin. Alhasil, gue yang hatinya selembut kapas ini langsung menggendongnya. Gue buatkan dia susu hangat dan menyanyikan lagu curhat.

Pak Davin akhirnya sampai di dapur, tempat gue menggendong Arya. Di sini memang hangat, cocok dengan kondisi Arya. Beliau langsung mengusap dada kala nafasnya tak teratur. Sedangkan gue, hanya memutar bola mata dengan lentur.

"Kenapa gak bilang kalau Arya ada di kamu. Saya jadi kaget!"ujar Pak Davin sambil mendekati gue.

"Kenapa gak bangun saat Arya merengek minta makan? Saya jadi terusik. "balas gue.

Pak Davin membuang nafasnya lemas. Gue kembali fokus pada Arya yang masih tenang meminum susu hangatnya.

"Bayi itu biasa bangun subuh,"ujar gue. Kebetulan, ingat anaknya sepupu gue. "Minum susunya harus sering. Jangan disamain sama orang dewasa."

Pak Davin hanya terdiam mendengar ocehan gue. Beliau menurunkan pandangannya. Tak lama, beliau tersenyum. Wajahnya nampak menyinari dapur ini. Ya, seorang ayah memang suka melihat anaknya tenang.

"Udah jam empat, pak. Gak ke masjid?"tanya gue mengingat kebiasaan Pak Davin dan Pak Aka yang selalu rajin ke tempat ibadah.

"Udah,"lanjut gue. "Gak usah gengsi. Ke masjid itu wajib buat cowok. Biar Sena yang jagain Arya. Bapak ke masjid aja."

Pak Davin tidak menjawab. Beliau hanya mengangguk lalu pergi ke kamar mandi. Aneh memang. Ibunya kemana, sih, sampai membiarkan suami dan anak ditelantarkan begini. Untung Arya-nya gak mirip Pak Davin. Kalau mirip, gak tahu gimana nasib bayi lucu ini.

{°°°}

"Gak kuliah?"tanya Pak Davin saat kami tengah menjemurkan Arya di bawah hangatnya sinar mentari.

Setelah memandikannya pagi tadi, gue langsung memberikan bayi ini kehangatan. Jangan tanya bagaimana cara gue memandikan, asalkan Arya selamat saja gue sudah bersyukur. Tapi, tingkah Pak Davin yang perlu dibahas. Beliau malah tidak khawatir saat Arya tengah mandi di tangan gue. Aneh. Apa dia tidak takut Arya kenapa-kenapa saat bersama amatiran ini?

"Masuk siang."balas gue singkat.

"Mau gantian? Kayaknya kamu capai."

"Gak usah."balas gue ringan.

"Ibunya-"ujar Pak Davin tiba-tiba. Telinga gue langsung terpasang dengan sempurna. "Sedang ada urusan."

"Sama-sama."

Hembusan nafas Pak Davin yang terasa kasar, menyentuh kulit gue. Gue benar-benar terkejut. Beliau sepertinya baru saja menahan tawa dengan membuang nafas. Dasar. Orang gengsi memang begitu, ya.

"Kenapa?"tanya gue dengan penuh kesabaran.

"Kamu lucu."

"Udahlah, pak. Gak usah goda orang lain kalau bapak udah punya istri."

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang