Bagian 40-Takut Menikah

1K 76 0
                                    

Aku mencintaimu dalam diam. Karenanya aku tak pernah berbicara denganmu. Sekalinya aku bicara, mau pinjem uang aja.

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}

TRINGG!!!!
Handphone gue bergetar di pagi hari, bertepatan dengan tubuh gue yang masih belum bangkit. Gue bangun sekitar jam tujuh. Setelah sholat subuh tadi, gue kebablasan tidur lagi karena semalaman kurang tidur. Apalagi kalau bukan kepikiran kehidupan dunia? Karenanya, kebisingan nada dering panggilan masuk di handphone gue berhasil membuat gue jengkel. Hih, siapa sih?

Gue mengambil handphone yang terletak tidak jauh dari tempat gue berbaring. Gue melihat layarnya dan terpampang beberapa nomor berjejer. Ini orang asing yang telepon. Dengan segera otak gue mulai curiga. Apakah ini telepon yang memberitahukan kalau gue dapat hadiah?

"Hallo, as-"

"UDAHLAH GAK USAH BASA-BASI, LO!"

Hidung imut gue berkedut. Ini orang kenapa, sih? Bukannya ngasih tahu kalau gue dapat hadiah, dia malah marah-marah. Ini pagi, bukan siang. Suasana hati juga harusnya sejuk, bukan panas. Gue hanya menggeleng sembari sesekali menatap nomor di layar handphone gue. Ini orang sehat?

"Assalamualaikum,"ujar gue. Tidak baik kalau gue tidak menyelesaikan salam.

"Wa, waalaikumsalam."balas si pembicara dengan tergagap. Hah, orang jahat emang harus dibaikin dulu baru sadar.

Gue lalu menarik nafas panjang. Gue membuangnya dengan penuh kelembutan. Setelah mendengar salam seperti itu, hati gue jadi tenang. Amarah gue yang diakibatkan amukan lawan bicara itu, reda seketika. Karenanya gue sampai memberikan senyuman pada kesejukan ini. Sungguh, melegakan.

Gue kembali menarik nafas. Gue sudah menyiapkan kata-kata untuk membalas orang aneh itu. Untuk membuat kata-kata gue lebih enak diucapkan, gue mulai membuang nafas dengan perlahan. Senyuman semakin gue lebarkan dan hati semakin gue lapangkan.

"Teh,"panggil gue. Si lawan bicara hanya berdeham. "DIDINYA TEH ELING?! ISUK KENEH GEUS AMBEK-AMBEKAN! SIAPA LO, HAH?! JAWAB AING! AING LAIN MAUNG, JAWAB TEH! BUKANNYA ASSALAMUALAIKUM MALAH BICARA NGELANTUR. BERANI LO SAMA GUE! GUE TUNGGU DI GAPURA DEPAN!"

Gue kembali mengatur detak jantung yang sudah tidak karuan. Gue tahu, gue payah dalam masalah mengatur emosi. Maka dari itu, meluapkannya seperti tadi membuat gue lega. Kalau saja gue sok sopan tadi, entah bagaimana nasib gue ini.

"Bi- biasa dong! Gak usah te-teriak!"balasnya.

Gue langsung mengangguk saat itu juga. Oh, Si Anak Sok Berani alias Iren ternyata. Mau apa, sih, dia pagi-pagi begini? Dia berhasil mengganggu ketenangan gue. Gue yang bersyukur karena tidak harus mencapai target dan kuliah siang ini malah direpotkan, bukan dimanjakan. Haduh, dia ini memang tidak faham masalah sederhana begitu.

"Mau apa, sih, lo?"ujar gue dengan nada santai.

Dari pada mengobrol dengan manusia cantik ini saja, gue lebih baik sambil membantu ibu. Membereskan tempat tidur. Ya, itu yang tertera dalam lagu. Biar bagaimana pun, gue harus menurut. Orang itu lagu dibuat untuk semua umur. Karenanya gue segera bangkit dan melipat selimut. Merapikannya sambil membiarkan Iren cemberut.

"Lo masih suka ganggu Dav-"

"Gax."balas gue tegas. Gue lalu menyimpan selimut gue di ujung ranjang. Selanjutnya gue merapikan bantal guling, tapi gak bau ompol.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang