Bagian 30-Wekdor!

975 81 2
                                    

Beli kue rasa coklat
Jangan lupa tambah rotinya
Jadi berapa, mang?

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Vote, comment & follow akwoh guys.
Happy reading!
{°°°}

Gue melipat kain yang baru saja gue pakai untuk beribadah. Sesuai dugaan gue, bukan dugaan Pak Davin, gue bangun cukup pagi. Karenanya gue bisa menyelesaikan semua kegiatan gue setelah jam menunjukkan pukul lima pagi. Memang gue masih belum sarapan. Tapi, hal lainnya seperti mandi dan  membereskan perlengkapan sudah tuntas.

Jiwa rebahan gue selalu bangkit setiap saat. Maka dari itu, di pagi yang dingin ini gue sulit untuk menolaknya. Apalagi dingin, kan? Jiwa rebahan pasti dibantu sama suhu saat ini. Apalagi suhunya udah sedingin dia. Makin kesepian, kan, aku.

Gue menopang dagu gue dengan guling. Karena tidak mau melihat seprai yang sudah disetrika di atas kasur kembali acak-acakan, gue terpaksa rebahan di lantai. Yah, mungkin memeluk dinginnya ubin bisa menghilangkan sikap dinginnya dia.

Gue mulai menempelkan punggung gue yang terhalang baju dan kerudung ke atas lantai. Dingin. Kompor rusak aja kalah dingin sama itu ubin. Maka dari itu, punggung gue melompat tak karuan. Membuat gue terpental hingga menempel pada ranjang bagian sisi. Hangat. AC rusak aja kalah hangat sama ini ranjang.

Alhasil, gue bersandar pada ranjang. Kaki gue dilipat agar kelihatan imut kayak belut. Setelah membenahi posisi, barulah gue mengambil handphone gue tersayang. Tangan gue berasa kangen sama barang hasil barter dengan keringat gue itu.

TRUNGG!!
Baru saja membuka data seluler, kuota chat gue langsung digerogoti pesan dari makhluk-makhluk gabut. Banyak sekali fans yang mengirim stiker dan beberapa kalimat unfaedah. Baik itu teman sekantor yang minta bantuan sampai ke para pemilik toko yang minta diskonan. Gue geleng-geleng kepala melihat semua pesan ini. Begitu menakjubkannya gue ini.

Dari semua pesan yang datang ke handphone gue, Geri yang paling atas. Itu berarti, dia yang paling terakhir kirim pesan. Karenanya gue segera membuka obrolan itu.

"Sen, sori banget. Tapi gue penasaran sumpah."

Begitu pesannya. Sekitar lima menit yang lalu anak ini mengirim kalimat itu pada gue. Tentunya gue langsung blokir nomer dia. Tapi boong v:.

"Apaan? Ngomong aja kaliii." balas gue.

TRINGG!!
Baru saja gue hendak mencari update-an gosip di sosial media, tiba-tiba Geri membalas. Cepat sekali! Ini Geri yang siap-siap di depan handphone atau jaringan data gue yang hari ini lagi jadi sultan?

"Jangan marah tapi, nuak."

"Enuak, enuak. Apaan, sih? Penasaran, kan, gue."

"Boleh gue tahu gak siapa calon suami lo itu? Gue cuma memastikan. Sejak hari itu, kepala gue terus dikelilingi banyak nama cowok."

Gue termenung. Tahu kalau gue yang salah, gue segera menepuk bibir gue yang memang suka main ceplos itu dengan palu Thor. Seharusnya gue tidak usah sedingin itu pada Geri. Kenapa ini mulut bisa kepengaruh sama Pak Davin, sih?

"Gue cuma kaget kok." balas gue di pesan itu.

"Kaget, gimana?"

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang