Bagian 32-Mulai Goyah

973 77 1
                                    

Aku suka dia
Tapi kenapa dia suka aku balik?
Aku jadi sakit hati

IG : LULU_RIZKISAL.ICE
Happy reading guys
{°°°}

Gue mulai duduk di bangku gue sambil termenung. Pikiran gue simpang siur dan tidak fokus. Rasanya, entahlah. Gue pun bingung dengan perasaan gue saat ini. Walaupun ujian tadi bisa gue selesaikan dengan cukup mudah, namun entah mengapa hati gue hampa. Harusnya gue tidak berharap. Harusnya gue fokus saja pada ujian.

"Sen!"teriak seseorang dari luar kelas.

Gue langsung terbangun dari lamunan gue. Gue baru sadar kalau seisi kelas sudah kosong. Tinggal gue seorang di sini. Sambil menunggu Adinda dan Geri menghampiri, gue berusaha untuk menenangkan diri. Gue menarik nafas dengan perlahan. Kalau dipaksakan, nafas gue ini terasa berat dan membuat kerongkongan gue seolah tersekat.

Adinda langsung merangkul bahu gue. Dia melingkarkan tangannya di tubuh gue. Di samping itu, Geri yang duduk di hadapan gue, langsung menepuk tangan gue. Mereka memberi semangat kepada gue. Hal itu karena mereka tahu penyebab dari murungnya gue hari ini.

"Udahlah. Mungkin beliau lagi ada kepentingan."ujar Adinda. Gue lalu membalasnya dengan anggukan tanpa senyuman.

"Yang sabar, Sen."timpal Geri.

Gue sangat bersyukur dengan adanya mereka. Perasaan yang sudah mirip Nonanona ini sulit untuk difahami, dan hanya mereka yang bisa mengatasi. Namun, tetap saja gue bingung! Kenapa gue jadi seperti bucin level mertua begini, sih? Harusnya gue tetap bersikap layaknya jomlo setia!

Kalau harus dijelaskan, sepertinya saat ini gue tengah kecewa. Ya, bagaimana tidak bung? Pak Davin tidak datang, bahkan tidak mengantar. Kalau masalah itu, sudahlah, gue tidak bakal mengungkit. Tapi beliau bahkan sampai tidak mengirimi gue pesan. Gue salah apa sama beliau?

Bukan maksud gue khawatir, sayang, atau lebih parahnya cinta, ya. Gue hanya merasa takut beliau marah. Kalau itu terjadi, nilai gue gimana? Siapa yang jamin hubungan yang tidak baik dengan seorang dosen, bisa membuat nilai tetap tinggi? Biar bagaimana pun, gue tidak boleh main-main dengan pria yang satu ini. Dia sangat berperan penting dalam urusan kampus gue.

"Motor lo gak ketemu?"tanya gue pada Geri saat kami bertiga sudah duduk di dalam bis menuju tempat tinggal masing-masing.

Geri mengangkat kedua bahunya. Ia lalu memberikan senyuman yang cukup lebar, selebar alun-alun Bandung.

"Sebenarnya, ada. Cuma ada bagian yang dibongkar. Alhasil, gue jadi males ngurusin. Lagian pulang bareng kalian lebih menyenangkan, lho."balasnya. Gue hanya mengangguk.

Bis semakin melaju dengan kencang, membuat angin memaksa masuk ke dalam. Gue yang duduk di samping jendela langsung mempersilahkan angin itu masuk. Dengan adanya angin, telinga gue tidak bisa mendengar dengan baik karena gemuruhnya. Namun, memang itulah intinya. Gue sengaja membuat diri gue teralihkan agar lupa dengan kejadian hari ini.

Gue salah, gue gak tahu malu. Harusnya gue sadar kalau murid-guru itu tidak boleh memiliki hubungan lebih. Lagi pula, kenapa gue tiba-tiba jadi lembek kayak gini? Gue wanita kuat, jomlo setia. Perasaan apa pula, sih, ini? Kenapa gue jadi sering marah dengan alasan yang tidak wajar? Gue sadar, belakangan ini hati gue lembek. Apa gue terlalu sering makan pepaya, ya?

"SEN!"

"ENGGAK!"

PLAKK!!
Gue mengusap wajah seseorang yang berada di belakang gue dengan cukup keras. Usapannya gue lakukan dengan tidak sengaja. Hal itu dikarenakan Adinda dan Geri berhasil mengejutkan gue. Tangan gue yang lebay langsung bergerak tak karuan dan mengenai penumpang itu. Usapan itu, yang gue berikan, bisa dibilang sebuah tabokan tanpa niatan.

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang