CHAPTER 28 - KENZO

31.2K 1.8K 50
                                    

Btw sebelum kalian baca, ini nama jalan dan nama tempat, semuanya fiksi ya. Happy reading!

-----
Bel tanda pulang sekolah berbunyi lima belas menit yang lalu. Sesuai janji, Zoe akan mengajak Aska untuk bertemu dengan Kenzo. Saat ini, keduanya sudah duduk di mobil Aska.

"Alamat?" Tanya Aska.

"Ke toko bunga dulu, gue mau beli bunga." Jawab Zoe.

Sesampainya di toko bunga, Zoe langsung memasuki toko tersebut dan disambut dengan ramah oleh pemilik toko.

"Zoe, welcome dear." Ucap pemilik toko.

"Hi aunty Anne." Balas Zoe.

Sedikit informasi, pemilik toko ini merupakan kewarganegaraan Amerika. Karena suaminya yang merupakan warga negara Indonesia, ia pun tinggal di Indonesia. Jadi jangan heran jika ia menggunakan bahasa Inggris.

"Blue roses for him?" Tanya Anne.

"As usual." Jawab Zoe sambil tersenyum.

Aska yang melihat interaksi keduanya merasa aneh. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya.

Mengapa mereka terlihat dekat? Apakah Zoe sering kesini? Lalu, mengapa Zoe membeli bunga terlebih dahulu? Apakah Kenzo menyukai bunga?"

"Thanks aunty Anne." Ucap Zoe setelah membayar.

"No problem, dear." Balas Anne.

Lalu, keduanya pun pamit dan kembali ke mobil. "So, after this?" Tanya Aska.

"Jalan Cendana. Nomor 45." Balas Zoe.

Aska tersentak. Ia tahu betul tempat apa itu. Ia tidak mungkin salah dengar. Satu per satu, pertanyaan pertanyaannya di benaknya mulai terjawab.

Suasana di dalam mobil pun hening, baik Aska maupun Zoe tidak berniat mengeluarkan suara.

Setelah sampai di tempat yang dituju, Aska segera memarkirkan mobilnya. Lalu mengikuti Zoe layaknya seorang anak kecil.

Blok K. Nomor 20.

KENZO BLEUR.

Melihat nama tersebut, berarti dugaan Aska benar.

Zoe langsung berjongkok di samping makam Kenzo. Meletakkan sebuket blue rose yang merupakan bunga kesukaan pria tersebut diatas makamnya.

"Hi Zo, I'm back here. Kali ini, aku gak sendirian."

"Hi, kenalin gue Aska. Teman Zoe." Ucap Aska ikut berjongkok disebelah Zoe.

"Kamu liat, dia teman pertama aku yang aku bawa ke sini. Dia ganteng loh, kayak kamu. Mungkin kegantengan kalian imbang deh."

Aska hanya diam sambil mendengarkan Zoe. Tidak berniat untuk mengganggu. Menurutnya, Zoe membutuhkan waktu sendiri.

"Sayangnya dia dingin banget. Kayak pangeran es gitu loh, beda sama kamu yang ceria dan suka senyum."

Gerimis mulai turun tetapi Zoe tetap tidak bergeming. Aska yang kebetulan sedang memakai jaket langsung melepaskannya dan memakaikannya kepada Zoe.

"Zoe, pulang yuk." Ajak Aska lembut.

Zoe menangis, bayangan bayangan Kenzo yang tergeletak lemah dijalan kembali muncul. "I promise. I will find the culprit." Ucap Zoe dengan sorot mata yang menajam.

"Aku bakalan kesini lagi." Pamit Zoe.

Zoe pun berdiri, diikuti oleh Aska yang setia mengikuti setiap pergerakan Zoe.
Keduanya pun berjalan meninggalkan makam Kenzo dan kembali ke mobil.

Karena udara yang terasa dingin, Aska menurunkan suhu AC di mobil agar Zoe tidak kedinginan. Mengingat jika mereka berdua cukup kebasahan meskipun cuman gerimis.

Kemudian ia mengambil sebuah handuk kecil yang memang selalu tersedia di kabin mobilnya dan memberikannya pada Zoe. Lalu ia mulai menjalankan mobilnya.

Perlakuan dari Aska sedikit menghangatkan dan menenangkan hati Zoe. Keputusan Zoe sudah bulat. Ia akan menceritakan tentang Kenzo kepada Aska.

"Kenzo lahir di Amerika. Mommynya orang Amerika dan daddynya orang Indonesia." Mulai Zoe.

Aska tetap mengemudi, sambil sesekali melirik kearah Zoe. Menandakan jika ia sedang mendengarkannya.

"Waktu dia SMP 1, mereka ke Indonesia karena urusan pekerjaan daddynya. Hari itu, gue lagi main di taman dekat komplek. Dia yang lagi main sepeda, gak sengaja nabrak gue. Itu pertemuaan pertama kami."

"Dia minta maaf terus kami jadi temenan. Terus karena dia ngerasa bersalah, ia mau anterin gue pulang. Ternyata rumah dia ada disebelah rumah gue. Sejak itu, kami jadi sering main bareng."

"Bertiga, satu lagi Rangga. Dia sahabat gue dari SD. Kami selalu main bertiga, lama lama jadi sahabatan. Semuanya terasa bahagia banget, punya dua sahabat yang selalu ada buat gue."

Zoe menghembuskan nafasnya berat. Ceritanya masih panjang.

"Di akhir SMP 1, dia nyatain perasaan dia ke gue. Dia suka sama gue dan gue juga suka sama dia. Tapi kita sepakat buat enggak pacaran dulu karena masih kecil. Bisa dibilang, dia first love gue."

Aska menegang. Apakah Zoe masih suka dengan Kenzo? Ia ingin menanyakannya, tetapi ia sadar situasi.

"Gue kira hidup gue bakalan tetap bahagia. Well, atleast sebelum kejadian itu terjadi. Hari itu, gue dan Kenzo pergi ke taman. Rangga gak ikut, karena dia ada urusan."

Bagian ini yang sulit Zoe ceritakan. Ia berhenti sejanak, menghirup udara sebanyak banyaknya.

Aska memegang tangan kanan Zoe. Berusaha untuk menenangkannya. Kehangatan dari tangan Aska berhasil menenangkan Zoe.

"Gue tiba tiba kepingin es krim yang dijual dikedai seberang taman. Kenzo pergi beliin buat gue. Gue mau ikut, tapi dia larang. Katanya bahaya karena harus nyebrang. Gue nurut dan duduk di bangku taman sambil liatin dia nyebrang."

Melihat Zoe yang mulai terisak, Aska berkata "Jangan dilanjutin kalau gak mau."

Zoe tidak mengindahkan ucapan Aska. Tanggung jika ia berhenti bercerita disini. Lagian Zoe sudah bertekad jika ia akan menceritakan semuanya kepada Aska.

"Saat Kenzo nyebrang, tiba tiba ada truk yang melaju kencang kearahnya. Tubuh Kenzo terpental beberapa meter. Truk itu langsung melarikan diri. Gue lari kearah Kenzo. Darah bercucuran dari kepalanya. Gue nangis, dan disaat itu, hujan turun dengan deras beserta petir."

"Kenzo langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Dia sempat koma tiga hari karena pendarahan di otaknya. Tapi, sepertinya tuhan berkehendak lain. Di hari keempat, dia meninggal."

"Sejak hari itu, trauma gue muncul. Gue takut petir dan kesusahan buat tidur. Setelah pemakaman Kenzo, gue pergi ke Australia dan tinggal sama kakek, nenek gue. Gue kira gue bisa lupain kejadian itu dengan meninggalkan Indonesia."

"Tapi gue salah, trauma gue makin parah. Akhirnya setelah tiga tahun, gue putusin buat balik ke Indonesia. Disini, gue bisa lebih gampang buat cari tentang pelakunya."

Tepat setelah Zoe menyelesaikan ceritanya, mereka sampai di depan rumah Zoe.

"Lo mau singgah?" Tanya Zoe.

"Gpp, Ara udah tungguin gue." Tolak Aska halus.

"Makasi udah dengerin cerita gue." Ucap Zoe berterima kasih. Sungguh, setelah ia menceritakan kepada Aska, ia merasa bebannya sedikit menghilang. Hatinya terasa lebih plong dari sebelumnya.

"No problem, gue selalu siap buat dengerin cerita lo." Ucap Aska sambil tersenyum tulus.

Ini pertama kalinya Zoe melihat senyuman Aska yang satu ini. Hatinya berdetak kencang. Apakah ia telah jatuh hati kepada Aska?




Hi hi, double up dong hari ini 😬. Gimana chapter ini? Bagus gak? Dapat gak feelnya? Tungguin chapter selanjutnya yah ☺️.

2 June 2020

VasiliosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang