CHAPTER 66 - NESSA (1)

15.5K 1.1K 38
                                    

"Orang yang Nessa sukai itu lo Ska!" Ucap Amanda dalam sekali tarikan nafas.

"Hahaha. Lo ngelawak? Gak lucu!" Sarkas Aska.

Karena tersulut emosi, Amanda langsung mencari sebuah hp berwarna putih dengan casing bewarna ungu dari dalam tas nya. Lalu melempar hp tersebut ke arah Aska yang duduk di depannya.

Maklum, Amanda memang tipe orang yang gampang tersulut emosi. Sehingga ketika Aska tidak menganggap ucapannya serius, ia pun meledak. Terlebih karena ini menyangkut masalah sahabatnya dan juga abangnya.

Secara refleks, Aska langsung menangkap hp tersebut. Aska langsung menyadari jika itu adalah hp milik mantan pacarnya, Nessa. Karena casing dengan warna kesukaan Nessa tersebut, adalah pemberian Aska sekaligus hadiah pertama yang Aska berikan untuk Nessa.

"Ngapain lo ngasi gue ini?" Tanya Aska berusaha tenang.

"Di dalam ada rekaman percakapan Nessa dan Trevan. Setiap Trevan telfon, Nessa selalu rekam." Jawab Amanda.

Aska terdiam. "Gue dengar nanti." Ucapnya pada akhir.

"Di sana ada juga rekaman suara sebelum kejadian 'itu'. Setelah lo dengar, terserah lo mau percaya atau gak sama ucapan gue." Pasrah Amanda.

Beberapa hari sebelum kecelakaan itu, Nessa sempat bertemu dengan Amanda tanpa sepengetahuan Trevan. Satu satunya pesan terakhir dari Nessa adalah, agar kelak Amanda memberikan semua bukti rekaman suara yang ada di hpnya kepada Aska.

Mungkin itu insting dari seseorang yang akan segera meninggalkan dunia. Mungkin, Nessa sudah mengetahui jika sesuatu akan terjadi sehingga dirinya mempersiapkan segalanya hingga sejauh ini.

Amanda yang saat itu tidak mengetahui hal tersebut, pun hanya mengiyakan ucapan sahabatnya. Setelah ia mendapat berita tentang kecelakaan yang melibatkan abangnya dan juga Nessa, barulah Amanda menyadari.

Inilah mengapa Nessa tiba tiba memberikannya hp yang biasa ia pakai, juga memberitahunya semua password untuk mengakses file file yang tersimpan di hpnya.

"Sorry gue baru ngasi sekarang. Karena gue rasa selama ini waktunya belum pas buat ngasi tau lo." Ucap Amanda tiba tiba.

"Ya." Balas Aska singkat. Pikirannya sudah berpikir entah kemana mana.

Setelahnya, suasana pun hening. Tidak ada lagi yang berbicara. Hingga pukul lima sore, barulah mereka pulang.

Namun, Aska tetap tinggal di sana. Ia kini telah merubah posisi menjadi duduk di kursi yang berada di samping brangkar Zoe.

Tangan kirinya menggenggam tangan Zoe. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menyingkirkan anak anak rambut yang menghalangi wajah pucat Zoe.

"Zoe." Panggil Aska.

"Maaf maaf maaf." Lanjutnya.

"I'm so sorry because i failed to protect you." Ucap Aska lagi setelah berdiam beberapa saat.

*aku minta maaf karena tidak bisa melindungi mu.

"Get well soon. You know that i will always love you." Ucap Aska lagi lalu mencium tangan Zoe.

*cepat sembuh. Kamu tau kalau aku akan terus mencintai mu.

Di saat itu juga, Zoe menangis. Setitik air mata mengalir. Seolah mengatakan jika ia mendengar apa yang Aska ucapkan dan menyuruh Aska untuk menunggu dirinya sadar.

Lalu, Aska pun tertidur. Pukul sepuluh malam, orang tua Zoe masuk ke kamar inap Zoe dan melihat Aska yang notabenya adalah pasien yang baru sadar, sedang tertidur dengan posisi yang sangat tidak cocok untuk seorang pasien.

VasiliosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang