Pada Debar Yang Tak Kuharapkan

17 4 0
                                    

Malam kembali merangkak, membawa sejuta kecamuk pada setiap denting suara ponsel yang tergeletak di sebelahku. Tawa yang tadi menguar tatkala melihat video lucu di salah satu akun sosial media seolah tak lagi mampu meredam segala sesak yang kembali datang, tatkala namamu kembali muncul sebagai salah satu yang mengirimi pesan.

Aku minta maaf, katamu yang seolah lupa atas apa yang kau lakukan sebelumnya.

Aku merasa bersalah, katamu yang begitu mudahnya merubah sikap di saat aku mulai terbiasa untuk hidup tanpa kehadiranmu.

Setelah menghilang dan meninggalkan luka, kau tiba-tiba datang dan menawarkanku kebahagiaan.

Aku bertanya-tanya di dalam hati; Apakah hal itu sama seperti dulu? Apa itu hanya harapan semu yang kau berikan di kala kau bosan?

Tapi tak ada yang enggan menjawab, bahkan malam terasa sunyi untuk sekedar mengejekku yang kembali merasa gundah.

Pada debar yang tak kuharapkan, aku berusaha mengambil langkah untuk menjauh. Aku hanya tak ingin terluka lagi.

Pada debar yang tak kuharapkan, aku berusaha untuk berlari sekencang mungkin. Aku hanya tak ingin kau bawa terbang lagi lalu kau jatuhkan. Setelah itu, kau tinggalkan pergi tatkala aku sudah benar-benar luluh dan tak bisa apa-apa lagi selain menangis.

Pada debar yang tak kuharapkan, aku pamit untuk menghilang.

Terima kasih.

Bengkulu, June 4th 2020

Perihal Cinta, Kita Semua Bodoh dan Buta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang