Padahal sudah terbiasa, tetapi entah kenapa hari ini dia meluapkan amarah.
Padahal sudah terbiasa, tetapi entah kenapa hari ini dia menangis karena marah.
Padahal sudah terbiasa, tetapi entah kenapa hari ini dadanya menjadi sesak luar biasa.
Pada akhirnya, dia sudah tidak bisa lagi tersenyum setelah menerima luka.
Lukanya kelewat besar.
Darahnya kelewat banyak.
Dia tidak bisa mempermalukan dirinya lagi dengan berlari sembari bertelanjang dan memeluk luka, kemudian bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Pun dia diam.
Menunduk.
Lantas beranjak pergi.
Dari awal seharusnya dia sadar, bahwa dia tidak akan pernah mendengar maaf.
Dia hanya akan disalahkan atas reaksinya yang dianggap terlalu berlebihan dalam menerima kenyataan.
Langkahnya yang diseret hanya ditatap tanpa iba, kemudian dia ditinggalkan sekarat tanpa rasa.
Mungkin ini karma, pikirnya.
Bengkulu, September 8th 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Cinta, Kita Semua Bodoh dan Buta
القصة القصيرةSebuah coretan tentang kita dari sudut pandang yang berbeda, perihal lembaran kisah yang pernah terkoyak oleh kebodohan dan hancur oleh hujan air mata. Mungkin kau tak akan suka cerita ini, aku pun tak berharap kau akan membaca apa yang ada di kepal...