Dulu, aku sangat menyukai senja. Sebab senja membawa begitu banyak kenangan indah, serta cerita manis di antara mereka yang tengah duduk memandang langit di tepi pantai sana. Hanya saja semua berubah semenjak kau datang, membawa kenangan baru di antara deru ombak di bawah rembulan terang kala itu.
Sekarang, aku menyukai kombinasi antara deru ombak, angin malam, serta rembulan.
Hey, aku masih sama. Tak ada yang berubah, selain diriku yang menyesal melepasmu begitu saja. Pun, masih berkawan setia dengan air mata, juga harapan agar waktu kembali berputar ke saat di mana aku masih leluasa memandang senyumanmu seperti dulu.
Langkah kakimu yang begitu mantab meninggalkanku, wajah datarmu dengan tatapan tajam yang berpaling dariku. Semuanya. Semuanya masih setia menghantuiku, dan bahkan masih dengan bangganya bertengger di dalam kepalaku.
Aku rindu, hanya saja tidak mampu untuk bertemu. Sebab aku tahu, bahwa yang salah di sini adalah aku. Hingga untuk kesekian kalinya ragaku kembali melayang pada jutaan rasa yang melebur menjadi satu pada titik semu sebuah pertemuan, yang secara tidak sadar memaksaku untuk melupakan semua kenangan.
Jadi ya, sudahlah.
Bengkulu, September 30th 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Cinta, Kita Semua Bodoh dan Buta
NouvellesSebuah coretan tentang kita dari sudut pandang yang berbeda, perihal lembaran kisah yang pernah terkoyak oleh kebodohan dan hancur oleh hujan air mata. Mungkin kau tak akan suka cerita ini, aku pun tak berharap kau akan membaca apa yang ada di kepal...