Pada hari pertama setelah kehilangan, airmata terus menetes dan bahkan terkesan seolah enggan untuk berhenti.
Pada hari kedua, semuanya tetap sama.
Namun, pada hari kesekian setelah luka yang mendera itu datang, airmata itu setidaknya berhenti mengalir walaupun duka masih sering mampir ke dalam mimpi.
Langkahmu telah lama menjauh, namun jejakmu yang tertinggal masih menyisakan kalbu.
Engkau seolah baru saja berlari di tepian pantai; meninggalkan jejak kaki, sebelum akhirnya ombak menghapusnya pergi.
Lantas pada akhir kisah di mana senja telah menutup hari, aku mendadak membenci lautan yang dulu sering kali aku puji.
Sebab, lautan telah membawamu pergi.
In memorial; my friend brother. Bengkulu, November 17th 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Cinta, Kita Semua Bodoh dan Buta
Short StorySebuah coretan tentang kita dari sudut pandang yang berbeda, perihal lembaran kisah yang pernah terkoyak oleh kebodohan dan hancur oleh hujan air mata. Mungkin kau tak akan suka cerita ini, aku pun tak berharap kau akan membaca apa yang ada di kepal...