"Kata orang, jangan jatuh cinta pada seorang seniman."
Gadis itu menoleh tatkala mendengar suara berat dari sosok yang duduk di sebelahnya, sedangkan senyuman itu masih terpatri pada wajah si gadis setelah hampir setengah jam dia mendengarkan lagu yang sukses membuatnya tersenyum itu.
Alisnya menukik, keningnya berkerut. "Kenapa?" tanyanya kemudian.
Sosok itu tak langsung menjawab, sedangkan si gadis hanya terdiam menunggu jawaban sembari fokus menatap sosok yang ada di sebelahnya. Gadis itu kembali terpesona. Pada bulu mata yang lentik itu, bibir tipis berwarna merah jambu itu, dan kulit wajah yang tak semulus yang ada di majalah itu.
"Karena kau akan abadi dalam karyanya," jawab sosok itu kemudian.
Lagi, gadis itu mengerutkan keningnya. "Kenapa? Bukankah itu bagus?" tanyanya balik.
Untuk beberapa saat sosok itu memilih untuk kembali terdiam, lagu yang diputar lewat earphone kembali terdengar. Dia menghela napas, lantas berbalik melempar pertanyaan lain. "Bukankah kau akan sulit untuk melupakan kalau si seniman sudah tiada?"
Gadis itu terdiam, kedua matanya seketika berkabut dan perlahan menitikkan liquid cair yang mengalir pada kedua pipi. Sedangkan sosok itu masih tersenyum, sebelum akhirnya pergi lenyap seperti buih di lautan atau bahkan seperti debu yang ditiup oleh angin.
Dia menghela napas panjang, lantas sebuah tawa getir menguar di antara keheningan. "Aku berhalusinasi lagi ternyata, ya?"
Bengkulu, December 9th 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Cinta, Kita Semua Bodoh dan Buta
Cerita PendekSebuah coretan tentang kita dari sudut pandang yang berbeda, perihal lembaran kisah yang pernah terkoyak oleh kebodohan dan hancur oleh hujan air mata. Mungkin kau tak akan suka cerita ini, aku pun tak berharap kau akan membaca apa yang ada di kepal...