DdK▶4

1.7K 126 9
                                    

Maaf jika banyak typo🍎

▶◽◀

Sesampainya di apartemen sederhana miliknya, Irene langsung menuju kamar mandi.

"Arghhh!!!" Teriaknya.

Peralatan-peralatan mandi sudah berantakan sekarang. Rasa sakit pada bagian bawahnya itu tak ia perdulikan, karena rasa marah dan kecewa pada dirinya sendiri lebih mendominasi.

"Ceroboh banget!!" Ujarnya.

Kini ia berendam. Tidak sebagian tubuhnya, tetapi sampai kepalanya pun ia tenggelamkan hingga kehabisan nafas.

Cukup lama Irene berada di kamar mandi, sekarang ia keluar dan mendapati banyak panggilan masuk. Ternyata dari Seulgi dan Wendy. Irene cuek saja, tetapi ponselnya kembali berbunyi.

Ia pun menenangkan dirinya, kemudian mengangkat telepon itu.

"Hallo,"

"Woi Rene! Napa belum berangkat juga sih lo?"
"Wahhh... parah lo! Bos baru nyampe nih buruan! Bukannya hari ini banyak jadwal meetingnya si bos?"

Irene beri ingat jika hari ini memang banyak jadwal untuk Suho. Ia pun nampak berfikir sejenak. Satu sisi ia tak mau bertemu bosnya itu, tetapi disisi lain, ia tak mau membuat repot orang lain.

Lagian, ia juga sangat membutuhkan pekerjaan itu. Bagaimana jika ia dipecat? Bukankah ia sangat membutuhkan uang untuk membantu ayahnya?

Arghhh!! Ingin rasanya Irene tenggelam saja sekarang!

"Buruan Rene!! Bukannya hari ini juga ada rapat perencanaan pelaksanaan proyek baru itu? Lo mau bos repot sendiri? Lagian lo kenapa tumben belum berangkat sih?" Cerocos Wendy dalam telepon tersebut.

"Please deh Rene... masa lo baru bangun? Diem diem aja sejak tadi" kini Seulgi ikut berbicara.

"Sorry, gue otw deh," ujar Irene pada akhirnya.

"Buruan!" Ujar kedua orang itu kompak, lalu mematikan sambungan teleponnya.

Dengan sangat terpaksa Irene pun memakai setelan kantornya. Memesan taksi, kemudian menuju cermin untuk memgecek penampilannya.

Sudah bagus dan rapi. Tetapi ada satu masalah yang tertampak. Bagaimana dengan tanda di lehernya?

"Gimana ini??" Irene mendesah frustasi.

Ia pun menutupi tanda itu dengan make up. Tak lupa, ia juga membawa make upnya untuk nanti sewaktu-waktu jika tanda itu bisa terlihat.

Setelah selesai, ia keluar dan menaiki taksi yang tadi ia pesan. Menuju kantor dengan perasaan yang tak bersemangat sama sekali.



▶◽◀




Rapat sedang berlangsung. Irene duduk di tempatnya dengan perasaan yang tak bisa dipastikan. Disebelahnya ada Suho yang tengah fokus pada penjelasan salah satu karyawan di depan sana.

Irene tak bisa konsentrasi. Sedari tadi ia mencuri-curi pandangan pada bosnya itu. Bukan apa-apa, tetapi bosnya itu tampak santai seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka.

Kecewa, marah dan pusing. Itulah yang Irene rasakan sekarang. Bagaimana bisa Suho setenang itu? Sementara dirinya? Entahlah, Irene tak tahu harus apa sekarang.

"Bagus, saya suka." Ujar Suho pada karyawan itu dan membuyarkan pandangan Irene.

"Irene," panggil Suho.

Irene hanya menatap bosnya tanpa menjawab.

"Tolong kamu nanti bawa hasil dari rapat ini ke ruangan saya ya, saya duluan," ujar Suho dan beranjak meninggalkan ruangan tersebut.

Nafas Irene pelan, namun memburu. Perempuan itu sedang menahan amarahnya sekarang. Bagaimana bisa pria Kim itu bersikap seolah-olah perempuan yang baru saja diperintahnya itu tanpa mengingat apa yang telah dilakukannya?

"Brengsek!" Gumam Irene dengan nada yang sangat pelan. Bahkan orang disampingnya pun tak dapat mendengarnya.

Setelah menetralkan nafasnya, Irene mulai melakukan apa yang diperintahkan Suho tadi.



▶◽◀


Di ruangan, Suho sedang menggigit jarinya. Sebenarnya sedari tadi ia sangat merasa tak enak pada Irene. Terutama saat melihat perempuan itu tampak susah berjalan.

"Ya Tuhan.... gue baru aja merawanin anak orang!" Ujarnya gelisah.

Sedari tadi juga, Suho sangat menahan dirinya agar tak terlalu lama menatap Irene. Ia tak bodoh! Ia tahu Irene seling memandangnya tadi. Dan tatapan itu, tatapan menyirat kemarahan.

"Gue bego banget!" Makinya pada dirinya sendiri.

Bagaimanapun Suho yang salah disini. Jika saja ia tak menyetujui ajak Kris, dan tak mabuk berat, maka dirinya tak akan menodai anak orang yang merupakan sekertarisnya sendiri.

Lalu, ia ingin menyalahkan Kris? Tidak! Niat Kris mengajaknya bukan untuk hal itu. Kris hanya ingin Suho berbagi beban, meskipun dengan cara yang salah.

"Gue harus gimana?" Gumam Suho gelisah.










T. B. C.
Jangan lupa votenya!!
Ntar sore up kalau inget
Wkwk:)🍎

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang