DdK▶10

1.5K 113 15
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀



Ternyata, Kris membawa Irene ke sebuah butik yang merupakan langganan keluarga Wu. Para pegawai di butik tersebut pun sudah sangat tahu selera keluarga kaya itu.

"Selamat datang tuan muda Wu, ada yang bisa kami bantu?" Ujar salah satu pegawai, dan Kris pun mengangguk.

"Tolong pilihkan baju untuknya," ujar Kris menatap Irene.

Para pegawai pun mengerti dan mulai menuntun Irene untuk melihat beberapa desain disini. Sedangkan salah satu pegawai yang cukup akrab dengan nyonya Wu, alias ibu dari Kris itu menghampiri Kris.

"Maaf, kalau boleh tahu, siapa dia?" Tanyanya.

Kris tersenyum. "Bukan siapa-siapa," ujarnya mantap. "Jangan salah paham, saya hanya ingin memberikan sebuah hadiah karena dia adalah penolong saya," lanjutnya.

Pegawai itu mengangguk paham, dan mempersilahkan Kris untuk duduk menunggu.

Tak lama kemudian, Irene datang dengan memakai sebuah dress selutut yang tampak pas dibadannya. Kris tersenyum. Lebih cantik dari Jisoo. Batin laki-laki itu.

"Pilihan yang bagus," Kris tersenyum penuh arti pada Irene.

_

"Akan semakin lancar jika seperti ini penampilanmu," ujar Kris. Kini mereka berada di dalam mobil mewah milik tuan muda Wu tersebut.

Irene telah memilih dress, dan tadi Kris memyuruh Irene untuk make up ulang. Kini Irene benar-benar tampak cantik. Kris sendiri mengakuinya.

"Tapi, kenap kamu mau membantuku untuk minta pertanggung jawaban Suho?" Tanya Irene.

Kris tersenyum miring. "Sebuah keadilan itu harus ditegakkan bukan?" Ujarnya dan membuat Irene menjadi bingung akan maksudnya.



▶◽◀


"Jangan gugup, tetap ramah dan tersenyum," ujar Kris dan diangguki Irene. Laki-laki tinggi itu menggandeng tangan Irene memasuki sebuah restoran mewah.

"Loh Jisoo? Suho mana?" Tanya Kris.

"Katanya dia bakal sedikit telat," jawab Jisoo.

Kris mengangguk. Ia dengan manis memperlakukan Irene bak kekasihnya.

"Kalian itu udah pacaran belum sih?" Tanya Jisoo penasaran.

"Masih pdkt sih, Irene masih bimbang sama gue," ujar Kris sedangkan Irene hanya tersenyum.

"Kok bimbang sih, Kris ini baik, ganteng, kaya paket lengkap deh pokoknya! Kamu harus yakin dong," ujar Jisoo menatap Irene.

"Saya tahu, hanya saja saya memang kurang yakin," Irene ramah.

Tak lama, Suho pun datang dan ikut bergabung bersama mereka.

"Maaf telat," ujarnya.

"Gapapa kok," Kris dan Suho melakukan tos seperti biasa.

Setelah itu, mereka mulai memesan makanan dan makan dengan keadaan hening. Sampai Jisoo membuka pembicaraan diantara mereka.

"Oh ya. Proyek kalian itu sebesar apa sih?" Tanya Jisoo.

"Proyek?" Suho dan Kris serempak mengatakannya.

"Iya, yang waktu itu kamu nggak pulang," ujar Jisoo dan membuat Suho berdehem pelan.

"Eumm..." Kris mencoba mencari alasan. "Iya! Itu baru perencanaan sih, kita mau bikin hotel gitu di luar negri. Cuma belum nentuin negara mana," ujar Kris memberi kode Suho.

"Bener, kit masih bingung mau pilih London atau Paris" ujar Suho.

Jisoo mengangguk. "Berarti Irene juga terlibat dong?"

"Ukhuk!" Irene tersedak mendengar namanya ikut disebut.

"Hati-hati," bukan Kris, tetapi Suho yang memberi Irene minum.

Dengan sopan Irene menerimanya, lalu meneguk minuman milik Suho itu. Jisoo memandang suaminya, sementara Kris tersenyum.

"Maaf, cuma refleks" ujar Suho.

"Santai bro," ujar Kris.

"Kalian sering makan bareng ya?" Tanya Jisoo.

Suho dan Irene diam. Mereka memang jarang makan bersama. Tetapi itu dulu, tetapi akhir-akhir ini Suho dan Irene sering makan siang bersama.

"Biasalah, hubungan sekertaris sama bos. Pasti mereka sering barengan," ujar Kris.

"Iya, dan belakangan ini sering ada klien yang meetingnya sekalian sama makan siang," jelas Irene sambil tersenyum.

Jisoo mengangguk. "Pasti kalian capek ya, harus bolak-balik kantor," ujar Jisoo menatap Irene dan Suho. Keduanya pun mengangguk secara bersamaan.

Bukannya bagaimana, tetapi Jisoo dan Kris malah terkekeh.

"Bos sama sekertaris yang kompak," ujar Jisoo.

"Aku ke toilet dulu yah," ujar Jisoo dan berlalu.

"Eum... aku juga kayaknya harus ke parkiran. Dompet ketinggalan di mobil soalnya," ujar Kris dan menjauh dari tempat itu.

Kini, tinggalah Suho dan Irene. Irene tersenyum pada bosnya itu. Begitupun Suho yang membalas senyuman Irene.

"Kamu cantik malam ini," ujar Suho memuji.

Irene tersenyum. Rasanya sangat tersanjung saat Suho mengatakannya. "Makasih pak," ujarnya.

"Mari lanjut makan," ujar Suho dan melanjutkan makannya.

"Sebentar," ujar Irene dan Suho pun berhenti.

Ternyata perempuan Bae itu menghapus kecap di sudut bibir Suho. Membuat sang empu mematung akan kelakuhannya.

"Maaf, saya refleks," ujar Irene tersenyum tak enak.

Suho hanya mengangguk menanggapinya.











T. B. C.
Jangan lupa tinggalkan votenya!:)🍎

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang