Maaf jika banyak typo🍎
▶◽◀
"Nggak! Nggak mungkin!" Ujar Jisoo kala mendengarkan pernyataan dari dokter.
Kabar buruk datang menimpa keluarga Jisoo. Ayah dari perempuan Kim itu meninggal dunia dikarenakan serangan jantung.
Jisoo tak dapat lagi menahan kakinya untuk tetap berdiri. Perempuan itu sudah terduduk dilantai dengan air mata yang terus mengalir. Tak hanya dirinya, seluruh keluarga yang ada disana pun merasakan hal serupa.
Tak jauh dari sana, Kris Wu berdiri dengan senyum miring. Seolah ia senang karena dendamnya terbalas.
Jisoo mendongak. Mengedarkan pandangannya hingga terkunci pada punggung orang yang berjalan menjauh dari sana. Jisoo tak bodoh untuk mengetahui siapa sosok pemilik punggung tersebut.
"Kris Wu," gumamnya menatap geram punggung pria yang kini telah hilang dari pandangannya.
Di rumah, Suho terduduk di ruang tengah sembari memikirkan hal tadi. Bagaimana detakan dari perut Irene itu masih bisa ia rasakan ketika memejamkan mata.
Dia hidup. Dia merespon. Dia tampak nyata. Sungguh, Suho merasa tak tega jika anak itu lenyap dari duania ini. Tetapi bagaimana Suho bisa menyikapinya?
Bertanggung jawab? Rasanya baru kali ini seorang Kim Junmyeon lupa bagaimana cara bertanggung jawab.
"Astaga! Dia anak gue," Suho mengusap kasar wajahnya.
"Gue harus gimana?" Ujarnya frustasi. Melepas jas dan dasi secara kasar, sembari terus berfikir.
▶◽◀
"
Kamu gila?!" Irene tak percaya dengan apa ysng baru saja Kris ceritakan.
"Ini hal yang aku inginkan dari dulu. Hanya sedikit mendesaknya, tetapi si tua bangka itu langsung tergeletak. Padahal aku hanya berbicara," Kris tersenyum.
"Gimana sama Jisoo?" Gumam Irene.
"Kamu perduli? Bukankah seharusnya kamu senang?"
"Gimana mau senang? Aku cuma mau Suho tanggung jawab! Nggak lebih, Kris... setidaknya Suho menikahi ku dan mengakui anaknya,"
"Kalau bisa, jangan libatkan keluarga mereka," lirih Irene.
"Tapi gimana kalo Suho mencintaimu?" Tanya Kris dan seketika membuat Irene menatapnya.
Tak bisa dipungkiri jika Irene juga mempunyai perasaan yang lebih terhadap bosnya itu. Tetapi ia sadar, posisinya bukan siapa-siapa. Ia hanya seorang perempuan yang akan menjadi ibu dari anak Suho.
"Bagaimana denganmu?" Kris kembali berceloteh.
"Tidak tau. Tapi, aku tadi bertemu dia," Irene menunduk.
"Lalu?"
"Aku menciumnya," ujar Irene lirih.
Kris tersenyum miring. "Kenapa sangat berani?"
Irene menggeleng. "Aku nggak tau! Tiba-tiba pengen cium dia,"
"Mungkin itu pengaruh dari yang didalam sana," Kris menatap perut Irene. Perempuan Bae itu ikut menunduk menatap perutnya. Sedetik kemudian ia mengangguk.
"Tidurlah, aku akan pulang" Kris berdiri.
"Eum.. Kris?" Panggil Irene dan pria itu berbalik. "Boleh aku melayat?" Tanyanya takut-takut.
Respon Krus sungguh aneh. Pria Wu itu terkekeh karena pertanyaan Irene.
"Boleh?" Irene mengulanginya.
"Kamu akan melayat? Kamu bahkan tidak tahu alamatnya," ujar Kris santai.
"Tap-"
"Lagian Suho tidak akan ada disana" potong Kris. "Aku pastikan itu," lanjut Pria Wu itu dan langsung bergegas pulang. Meninggalkan Irene dengan segala kebingungannya.
.
Disisi lain, Suho sedang menghubungi Jisoo. Sedari tadi panggilannya sama sekali tidak diangkat. Jisoo tidak memasak, dan tadi Suho hanya makan mie instant.
Suho mencoba berfikir positif. Mungkin Jisoo sedang bersama teman-temannya. Ya! Suho harus berfikiran seperti itu.
Ponselnya berdering. Tetapi bukan dari Jisoo. Nama Kris tertera pada layar tersebut. Tanpa pikir panjang, Suho langsung mengangkatnya.
"Ya?"
"Boleh minta tolong datain para karyawan lo nggak"
"Sekarang?"
"Iya, gue juga pengen minta maaf soal kejadian beberapa hari lalu"
"Ah, soal itu. Gapapa kok. Eh, tapi buat apa lo minta datanya?"
"Buat gue tuker sama beberapa karyawan gue. Nggak masalah kan?"
"Gak masalah, selagi menguntungkan,"
Setelah beberapa percakapan, mereka mengakhirinya. Suho pun menjadi lupa tentang Jisoo dan langsung mengerjakan apa yang Kris minta itu.
Saat sedang fokus, tiba-tiba sebuah data muncul. Itu tentang Irene. Suho lupa belum menghapusnya.
Bukannya langsung menghapusnya, tetapi Suho malah mengamati wajah perempuan Bae tersebut. Masih tak menyangka, jika perempuan yang dahulu merupakan sekertarisnya itu sedang mengandung anaknya.
Argh! Lagi-lagi Suho sangat gelisah ketika kata 'tanggung jawab' itu muncul dalam benaknya.
T. B. C.
Jangan lupa vote komennya🍎😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu dan Kamu_end-
Fiksi Penggemar▶◽◀ ✔ Rumah tangga pasangan Kim itu memang tak harmonis seperti dulu lagi. Empat tahun mereka menikah, tetapi sebuah masalah datang diantara keduanya. __________ "Saya hamil anak bapak," ujar Irene dengan mata tertutup. "Gimana bisa?" Suho kaget men...