DdK▶26

1.2K 80 5
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀

Jisooo
Maaf, kakakku belum mengizinkanku pulang.

Jisoo
Maafkan dia ya, dia hanya emosi.

Jisoo
Jangan lupa makan dengan baik, aku akan berusaha agar bisa pulang.

Jisoo
Jangan merasa bersalah karena kamu datang terlambat. Aku mengerti kok

Suho
Iya, hati-hati. Terima kasih sudah mengerti.

Begitulah hal yang terjadi dalam benda pipih nan canggih itu. Suho kenghela nafasnya. Mengedarkan pandangan pada sekitar, dan menemukan sebuah jaket yang tergantung.

Itu jaket semalam yang Irene berikan padanya.

"Setidaknya aku nggak boleh biarin ayah dari anak ini sakit,"

Ucapan Irene tiba-tiba terulang. Suho menatap jaket tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Dia ingin mengucapkan selamat istirahat untuk ayahnya," Irene tersenyum tulus.

Lagi-lagi Suho mengingat hal yang terjadi semalam. Ada rasa bahagia saat Suho kembali bisa merasakan detakan kecil itu. Ya, Suho tidak munafik untuk mengakuinya. Tetapi ia tak bisa mengekspresikan rasa bahagianya itu.

Pikirannya selalu beradu, dan perasaannya campur aduk kala merasakannya.

Kata 'ayah' dan 'tanggung jawab' itu selalu terngiang setiap harinya. Haruskah Suho bertanggung jawab, dan bersiap untuk menjadi ayah dari anak itu? Tetapi bagaimana dengan Jisoo?

Ini benar-benar membuatnya gelisah.

Tetapi, apakah bisa Suho merasakan detakan itu lagi? Rasanya sangat candu kala ia mengingatnya.

Ah! Mungkin Suho akan mengembalikan jaket terebut, dan bertemu dengan Irene. Semoga saja perempuan itu membuatnya bisa merasakan detakan si kecil itu lagi.



▶◽◀



Hari ini lagi-lagi kantor pulang lebih awal. Beberapa jadwal masih Suho cancel. Berbeda dengan kemarin, pria Kim itu tak lagi menghabiskan waktu di atap. Kali ini Suho mengendarai mobilnya menuju ke apartemen Irene.

Setelah sampai, Suho memencet bel dan pintu pun terbuka. Tetapi bukan Irene yang muncul, melaikan seorang laki-laki yang cukup tinggi.

"Ada perlu apa?" Tanyanya.

"Saya mencari Irene," ujar Suho.

Laki-laki itu tampak berfikir. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu.

"Irene??" Gumamnya berfikr.

"Ah! Perempuan cantik itu?" Ujarnya dan diangguki Suho.

"Dia sudah pindah." Ujarnya. "Aku membeli apartemen ini, karena dia menjualnya" lanjutnya.

Suho ingin bertanya, tetapi langsung dipotong oleh laki-laki itu. "Jika bertanya dia dimana, aku tidak tau. Carilah sendiri," ujarnya lalu menutup pintu.

Suho menghela nafas. "Ternyata udah pindah," gumamnya dan mulai melangkah pergi.

Suho kini sedang mencari sebuah restoran. Tadi Jisoo mengiriminya pesan agar ia tak melewatkan makan malam.

Memasuki restoran mewah, Suho memesan beberapa menu untuk menjadi makanannya malam ini.

Setelah selesai, Suho berencana akan pulang saja. Tetapi saat ia melajukan mobilnya, seseorang yang tengah berada di halte itu menarik perhatiannya. Itulah Irene! Perempuan yang ia cari sedari tadi.

Suho pun berhenti, lalu menghampirinya.

Sedangkan Irene terkejut saat sebuah tagan memberinya jaket. Tetapi Irene langsung tersenyum kala mengetahui siapa pelakunya. Irene pun menerima jaket tersebut.

"Makasih," ujar Suho.

"Sama-sama," Irene tersenyum.

"Eum... boleh minta tumpangannya?" Tanya Irene. "Aku baru selesai kerja. Mau pulang, tapi nggak ada bus atau taksi yang lewat," lanjutnya.

"Apa kamu tega biarin bayi ini belum minum susu sehatnya?" Irene menepuk pelan perutnya sambil memelas. Semenjak hamil, ia menjadi manja, dan Irene menyadarinya sendiri.

Akhirnya Suho pun mengangguk. "Kemana harus ku antar?" Tanyanya.

"Ke apartemen Kris. Dia memberikanku tempat tinggal disana. Agar anak ini aman," Irene tersenyum.

Mendengar itu, entah mengapa membuat Suho merasa tak suka.

"Tenang, aku tinggal sendiri. Kris hanya sesekali kesana," Irene kini berdiri dan menggenggam tangan Suho.

"Apa kamu masih mau membiarkannya kedinginan?" ujar Irene dan membuat Suho menatap perut yang masih rata itu.

Akhirnya Suho pun mengantar Irene ke apartemen yang dimaksud. Sebelum sampai disana, tiba-tiba mobil Suho mogok. Membuat keduanya itu turun dari mobil.

"Apa nggak sebaiknya jalan kaki aja? Sebentar lagi hujan loh," ujar Irene.

Suho menatap langit malam yang memang tak ada bintang. Tetapi mendunglah yang menghiasinya. "Jalan kaki?"

Irene mengangguk. "Iya, dari pada terjebak hujan disini. Lagian udah deket kok,"

Suho pun menghubungi salah seorang petugas untuk membawa mobilnya ke bengkel.















Holkay kok mobilnya mogok? Wkwkwk.
T. B. C.
Jangan lupa vote komennya!🍎😉
Gak ada komen, gk lanjut😂

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang