DdK▶45

1.4K 109 46
                                    

Maaf jika banyak typo🍎





▶◽◀



Pintu ruangan Irene terbuka. Seorang suster masuk dan tersenyum ramah padanya.

"Selamat ya bu, atas kelahiran putra ibu," ujar suster itu.

"Terima kasih," balas Irene.

"Eum... tadi saya dengar dari teman saya, jika ada perempuan yang menanyakan ibu," ujar suster itu.

"Perempuan? Siapa?" Tanya Irene.

"Kata teman saya, dia orang yang membawa ibu kesini tadi,"

"Dimana dia?" Tanya Irene.

"Dia masih ada di depan ruang operasi."

Irene terdiam. Ia yakin, itu pasti Jisoo. Ternyata perempuan itu masih menunggunya. Apa perlu, Irene menemuinya?

"Oh ya bu, ini kalung milik ibu yang tadi dilepas saat operasi akan dilakukan," suster itu memberikan kalung Irene, dan langsung diterima oleh Irene.

Perempuan bermarga asli Bae itu menatap putranya yang nyaman berada disampingnya, kemudian menciumnya dengan penuh kasis sayang.

"Sus, bisa tolong bantu saya?"

.
.
.

Jisoo masih terdiam di depan ruang operasi. Haruskah ia mencari tahu dimana Irene dirawat? Tetapi, apakah ia juga siap melihat perempuan yang telah merebut suaminya itu?

Ia benar-benar bingung dengan situasi ini. Jisoo mengusap wajahnya, kemudian berdiri.

Saat ia melangkah, seorang suster menghampirinya.

"Bu, bisa ikut saya sebentar?" Ujar suster tersebut.

"Kemana?" Tanya Jisoo.

Suster itu hanya diam, tetapi Jisoo menganggukinya dan mengikuti kemana suster itu berjalan.



▶◽◀



Suho kesal bukan main ketika jalanan yang ia lewati macet, hingga membuat ia baru sampai di rumah sakit.

"Pasien atas nama Irene," ujarnya.

Setelah diberitahu ruangan Irene, Suho bergegas mencarinya. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan istri keduanya itu dengan anaknya.

Disisi lain, Jisoo dibawa ke ruangan Irene. Tetapi tak ada orangnya disana. Hanya ada seorang suster sedang menenangkan bayi yang terus menangis. Mungkinkah itu anak Irene?

"Ibu Jisoo ya?" Tanya suster tersebut.

Jisoo mengangguk bingung.

Suster itu berjalan mendekat, lalu memberikan bayi itu pada Jisoo. Dengan bingung, Jisoo menerimanya dan menggendongnya dengan berhati-hati.

"Ini anak bu Irene bu. Bu Irene bilang, jika anak ini diserahkan pada ibu Jisoo," ujar suster itu.

"Maksudnya?" Bingung Jisoo.

Suster itu merogoh sakunya, mengambil kertas yang terlipat rapi dan memberikannya pada Jisoo.

Sebelum menerimanya, bayi laki-laki yang terus menangis itu dipindahkan ke ranjang. Jisoo mulai membuka kertas itu dengan bingung. Tetapi sebelum itu, seorang laki-laki memasuki ruangan itu dan membuat pandangan Jisoo terarah padanya.

Suho datang dengan raut wajah khawatir sekaligus bingung. Tak memerdulikan Jisoo, laki-laki itu menatap suster yang sedang berusaha menenangkan seorang bayi.

"Sus, benar ini ruangan atas nama Irene?" Tanya Suho.

"Benar pak," jawab suster itu.

Suho berjalan mendekat. "Apa itu bayinya?" Tanyanya.

Suster itu mengangguk. Suho menatap takjub makhluk kecil yang terus menangis itu.

"Apa bapak suaminya?" Tanya suster itu.

Suho mengangguk. Suster itu pun memberikan bayi laki-laki itu pada Suho dengan hati-hati. Suho menerimanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ssst.... ini papa nak," ujarnya terharu, dan suara tangis bayi itu mulai mereda.

Rasanya benar-benar bahagia bisa melihat nyawa yang selama ini Suho nantikan kehadirannya. Bahkan pria Kim itu tak henti-hentinya tersenyum menatap bayi dalam gendongannya.

Tak hanya itu, air matanya juga mulai mengalir. Menandakan kebahagiaan yang tak dapat diukur rasanya.

Melihat hal itu, perasaan Jisoo entah bagaimana. Suho tampak bahagia dengan kehadiran anak itu. Tetapi dirinya? Ia bahkan tidak tahu harus bagaimana.

"Sus, dimana istri saya?" Tanya Suho.

Jisoo memejamkan mata mendengar hal itu keluar dari mulut suaminya.

Suster terdiam, ia menatap Jisoo. Suho pun mengarahkan pandangannya pada istri pertamanya itu. Bagaimanapun, suster itu harus menjaga amanah Irene.

"Ibu Irene meninggalkan pesan di surat yang bu Jisoo bawa," ujar suster tersebut.

Suho memberikan bayinya pada suster, kemudian mendekati Jisoo.

"Kamu udah tau?" Tanyanya.

Jisoo mengangguk, kemudian memberikan kertas yang ia bawa kepada Suho.

Suho pun menerimanya, dan perlahan membacanya. Pria itu tampak serius, hingga tubuhnya melemas ketika tahu apa isi surat tersebut.























Kali ini bisa 60 vote 20+ komen gak ya?😅
To Be Continue yaaa🍎😉
Hehehe
Maap kalo aku suka gantung-gantungin:v

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang