DdK▶9

1.3K 114 17
                                    

Maaf jika banyak typo🍎



▶◽◀



"Sekertaris anda sangat pintar dan cekatan. Saya suka bekerja sama dengan anda jika seperti ini kinerja kalian," ujar Choi Seungcheol.

"Terima kasih pak Choi," Suho menjabat tangan Seungcheol.

"Sama-sama pak Kim, saya percayakan pada anda," Choi Seungcheol tersenyum.

"Terima kasih pak," kini giliran Irene yang menjabat tangan Seungcheol.

"Ya. Kalau begitu, saya pamit," ujar Seungcheol dan pergi dari restoran tersebut.

Irene memberesi berkas-berkas, lalu keluar restoran bersama Suho. Rasa canggung diantara keduanya masih ada, tetapi hanya sedikit.

"Awas!"

Suho menarik pinggang Irene untuk menghindari sebuah ranting pohon yang jatuh tepat didekat Irene. Lagi-lagi Irene merasakan gemuruh di dadanya. Tetapi kali ini Suho tak merasakannya.

Detaknya sangat kencang. Ditambah lagi, tangan Suho tak kunjung dilepaskan dari pinggang sekertarisnya itu.

_

"Hal apapun yang dia lakukan ke kamu, kamu harus diam sampai dia sadar"

"Hal apapun? Maksudnya?"

"Semacam pandangan, atau bahkan ciuman. Pokonya sejenisnya lah. Paham?"

_

Irene tetap diam memandang Suho. Tetapi, pandangan bosnya itu tertuju pada ranting kayu yang terjatuh tadi. Sampai akhirnya pandangan mereka bertemu, dan Suho segera melepaskan tangannya.

"Maaf-"

"Gapapa pak, makasih udah nolong saya," potong Irene dan tersenyum.

Entah mengapa, senyum Irene itu membuat Suho terdiam. Lengkungan bibir itu tampak indah dengan warna merah yang begitu menggoda. Oh Suho! Sadarlah! Kenapa kau tertarik, padahal kau sudah mempunyai istri?

Irene masih tersenyum, dan Suho kini menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa pak? Bapak sakit?" Tanya Irene.

Suho menggeleng. "Nggak, sebaiknya kita kembali ke kantor," laki-laki Kim itu pun memasuki mobil terlebih dahulu. Dan memukul-mukul pelan jidatnya.

"Astaga! Pikiran gue!" Ujarnya pelan.

Sedangkan di luar, Irene menatap ke sebuah pohon yang ternyata ada Kris disana. Laki-laki tinggi itu tersenyum tipis, Irene hanya mengangguk sekali, lalu memasuki mobil.



▶◽◀


Dari kejadian tadi, membuat suasana canggung hingga sampai sekarang. Suho dan Irene sedang menuju ke tempat rapat dengan para pegawai perencanaan yang lainnya.

Rapat tentang perencanaan proyek baru itu pun langsung dimulai. Rapat berjalan dengan lancar, dan kini telah berakhir.

"Bu, maaf. Ini jatuh," ujar seorang karyawan memberikan berkas yang jatuh saat Irene membawanya.

"Oh, terima kasih,"

"Sama-sama, ibu Kim," ujar karyawan tersebut.

"Ibu Kim?" Bingung Irene.

"Kamu karyawan baru?" Tanya Suho dan karyawan itu pun mengangguk.

"Dia sekertaris saya, namanya Irene. Nama aslinya Bae Juhyun, bukan Kim" jelas Suho.

"Maaf pak, saya kira itu istri bapak, kalian cocok soalnya. Sekali lagi saya minta maaf" ujar karyawan tersebut.

Suho pun hanya mengangguk dan segera pergi. Sedangkan Irene menatap sekitar. Ia tahu siapa dibalik semua ini. Tadi itu Lee Hana, karyawan magang yang sudah satu minggu disini. Bahkan Irene yang mewawancaranya.

"Nyari aku?" Akhirnya pria tinggi itu pun muncul. Ya, Kris Wu.

"Udahlah, nggak usah seperti itu," Kris tersenyum.

"Pak, ini-"

"Eittsss... kamu lupa?" Kris menatap Irene dengan satu alis terangkat.

"Maaf, tapi bukankah tadi berlebihan?" Protes Irene. "Aku malu!" Ujarnya.

Kris tersenyum. "Biasa aja kali. Ini juga demi masa depan kamu," laki-laki berpostur tinggi itu menatap kearah perut Irene.

"Apa dia benar-benar tumbuh?" Gumam Irene.

"Aku yakin, iya!" Ujar Kris.

Irene menatap Kris seolah meminta penjelasan dari ucapan lelaki Wu tersebut.

Kris yang tak peka pun malah menatap Irene dengan tatapan bingungnya.

"Saya permisi," kesal Irene dan berlalu. Tetapi dicegah oleh Kris dengan menahan tangannya.

"Kita mulai semuanya sekarang," ujar Kris menatap dalam manik Irene.

"Sekarang?"

Kris mengangguk mantap. "Lebih cepat lebih baik. Beraktinglah yang bagus,"

Laki-laki tinghi itu pun menarik tangan Irene agar tubuh mereka berdekatan, lalu menggenggam tangan perempuan Bae itu.

"Wah... udah pacaran ya kalian?" Suara seseorang yang tiba-tiba datang diantara keduanya. Lebih mengejutkan ketika Irene melihat itu adalah Jisoo.

Tetapi dengan santainya, Kris tersenyum dan menunjukkan tautan tangannya dengan Irene.

"Iya nih, mau double date nggak?" Tawar Kris dan membuat Irene menatapnya tak percaya. Ini tidak ada direncana mereka!

Jisoo tersenyum. "Boleh dong, dinner bareng nanti malam," ujarnya antusias.

Seperti dugaannya, Kris pun tersenyum. "Oke!" Ujarnya lalu menarik Irene agak menjauh.

"Kita ubah sedikit rencana kita," ujar Kris. "Jangan protes! Ikuti aja alurnya,"

Irene pun terdiam dan ikut entah kemana Kris akan membawanya.












T. B. C.
Jangan lupa votenya:)🍎

Tapi, mungkin ada yang tahu kenapa Kris membantu Irene?

Wkwkwk. Dahlah
Vote ya!!

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang