Menjawab apa yang terjadi pada Jisoo hingga memutuskan untuk pergi.
Maaf jika banyak typo🍎
______
Dua orang wanita berbeda umur itu berdiri di halaman belakang dan menatap air tenang dalam kolam.
"Mama mengerti," ujar ibu Kim. "Kesalahan anak mama itu sangat berat kamu terima. Tapi..." ibu Kim menggantung ucapannya. Ia menatap Jisoo dengan senyum keibuannya.
"Perlu kamu tahu, sebaik apapun laki-laki itu... sesetia apapun pada pasangannya, tak menutup kemungkinan untuknya berpaling," ibu Kim tersenyum.
Tangan wanita itu mengusap pipi sang menantu dengan penuh kasih sayang.
Jisoo menunduk, memainkan benang yang muncul dari kaitan benang lain pada bajunya. "Aku nggak tau harus gimana ma," ujarnya.
Sang mama mertua mengangguk paham. Ia mengusap bahu Jisoo dengan pengertian.
"Selama ini Jisoo mencoba bertahan. Jisoo ingin membenci Irene, tapi rasanya Jisoo nggak pantes ngelakuin itu." Tangis Jisoo pecah seketika.
"Ceritakan sama mama. Siapa Irene itu sebenarnya," sang ibu mertua mengusap pipinya.
Mereka duduk di kursi yang ada di teras belakang. Jisoo mulai menceritakan pertemuannya dengan Irene yang merupakan sekertaris Suho saat itu, tentang kehamilan Irene dan pengakuan Suho yang menyakitkan.
"Mama bangga sama kamu," ujarnya. "Tapi mama juga sedikit kecewa sama kamu," lanjutnya masih dengan suara tenangnya.
"Mama bangga, karena kamu masih mau bertahan dan mempertahankan rumah tangga kamu," ibu Kim mengusap surai hitam milik Jisoo. "Tapi mama kecewa, karena kamu tidak berusaha mencegah Irene itu,"
"Ma...."
Ibu Kim mengangguk. "Iya, mungkin mama kelihatan ikut campur. Tapi, menurut mama, kamu tidak berhak membiarkan Irene untuk meninggalkan anaknya. Harusnya kamu cegah dia,"
"Tapi ma...."
"Jisoo," potong ibu Kim dengan suara lembut. "Memang sakit nak, tapi akan lebih sakit lagi jika suatu saat anak itu besar dan mengetahui semuanya. Tidak menutup kemungkinan untuk anak itu mencari ibunya dan meninggalkan kalian nanti,"
Jisoo menunduk. Merenungkan apa yang baru saja ia dengar.
"Tapi Jisoo nggak tau Irene ada dimana," lirihnya.
"Mama paham perasaan kamu. Jangan dipaksa jika kamu tidak sanggup." Ujar ibu Kim. "Tapi tolong, pikirkan perkataan mama tadi."
Ibu Kim bangkit dan memeluk sang menantu. "Mama yakin, kalian pasti bisa melaluinya bersama. Kalian pasti bisa berbagi kebahagiaan bersama. Percaya sama apa yang mama bicarakan,"
__________
Hari demi hari pasangan Kim itu lalui. Jisoo dan Suho sama-sama kerepotan mengurus Kun. Anak itu benar-benar rewel. Menangis setiap saat dan tentu mengganggu para penghuni rumah.
"Kun... kenapa nangis terus hm?" Ujar Jisoo lembut. Sebenarnya ia sudah tak tahan lagi. Tetapi ia masih berusaha untuk tetap bertahan. Ia tetap berusaha memberi kasih sayang pada Kun dan bersikap yang terbaik untuk anak itu.
Tetapi lama kelamaan yang Jisoo lakukan itu tak mengubah sikap anak itu. Anak itu tetap menangis dan terus menangis.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan Park Jinyoung. Orang yang pernah membelikannya baju waktu itu. Mereka bertukar nomor telepon, mereka juga sering bertemu ketika Jisoo berbelanja di supermarket langganan mereka.
Dengan bertemu Jinyoung, Jisoo memang bisa sedikit melupakan kesehariannya. Tetapi tetap saja ia itu manusia biasa. Ia mempunyai perasaan yang ada batasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu dan Kamu_end-
Fanfic▶◽◀ ✔ Rumah tangga pasangan Kim itu memang tak harmonis seperti dulu lagi. Empat tahun mereka menikah, tetapi sebuah masalah datang diantara keduanya. __________ "Saya hamil anak bapak," ujar Irene dengan mata tertutup. "Gimana bisa?" Suho kaget men...