DdK▶8

1.4K 115 3
                                    

Maaf jika banyak typo🍎



▶◽◀

Pandangan fokus pada penjelasan karyawan di depan sana, tetapi pikiran entah kemana. Itulah keadaan Suho sekarang. Meskipun ia terlihat fokus pada penjelasan di depan, tetapi sebenarnya tidak.

"Begitu konsep yang kami rencanakan pak," ujar karyawan tersebut dan menyadarkan Suho.

"Apa bapak setuju?" Tanya yang lain.

Suho melihat sebentar ke layar, mencoba memahami, lalu mengangguk paham.

"Eum... tolong ubah untuk yang terakhir. Kurang modern kalau menurut saya," ujar Suho.

"Baik pak, sa-"

"Dan... tolong untuk masalah pemasarannya dimaksimalkan. Itu saja," Suho pun berdiri.

"Baik pak, saya usahakan,"

Suho mengangguk dan berjalan keluar ruangan. Membuat para karyawan bingung dengan apa yang bos nya lakukan. Tak biasanya Suho meninggalkan ruang rapat tanpa pamit dahulu.

Entah mengapa pikiran Suho tidak tenang semenjak kejadian kemarin. Ia pun berjalan cepat menuju ruangannya. Dan tak menyadari ada siapa di ruang sekertarisnya.

"Lihat kan?" Kris menatap ke pintu ruangan Suho yang sudah tertutup kembali. Irene melakukan hal yang sama.

"Kamu harus setuju sama apa yang saya katakan. Karena saya yakin, kamu butuh dia" Kris tersenyum simpul.

Irene tetap memandang kearah yang sama. Kris pun berdiri dan menepuk pundaknya. Membuat pandangan perempuan Bae itu kini tertuju pada figur lelaki tinggi itu.

"Gimana? Kamu setuju?"

Irene memainkan jari-jarinya. Jika ia setuju, maka akan ada yang terluka diantara mereka. Tetapi jika tidak, bagaimana dengan masa depan dirinya?

"Kadang, kita memang harus egois. Lagian... kamu kan nggak kenal Jisoo," ujar Kris santai.

"Gimana?" Kris mendekatkan wajahnya.

Memejamkan mata dan menghela nafas. Irene pun mengangguk dengan matanya yang masih terpejam. Ia menyetujui apa yang sudah ia bicarakan dengan Kris tadi. Semua rencana Kris tidak buruk untuk dijalani.

"Bagus. Kalau gitu, saya duluan. Oh ya!" Kris berbalik.

"Mulai sekarang, manggilnya aku-kamu aja ya,"

"Iya," jawab Irene dan Kris pun pergi dari ruangan itu.



▶◽◀


Setelah menghela nafas, akhirnya Irene pun berani mengetuk pintu ruangan Suho.

"Masuk!"

Irene pun memasuki ruangan itu. Berdiri tak jauh dari sang bos dan terdiam.

"Kamu masuk buat diem aja?" Tanya Suho.

Irene menggeleng. "Bukan pak, saya hanya mau memberi tahu jika bapak ditunggu ibu di luar," ujar Irene.

Seketika Suho terdiam. Menutup laptopnya lalu menatap Irene dengan tatapan yang sulit diartikan. Bukannya menghindari tatapan itu, Irene malah tetap menatap bos nya dengan biasa saja.

"Lebih baik bapak keluar,"

"Ekhem," Suho berdehem. "Kenapa dia nggak masuk?"

"Katanya takut mengganggu,"

"Irene," panggil Suho pada sekertarisnya itu.

"Iya, pak?"

"Saya paham, semenjak kejadian itu, kamu jadi canggung. Bisa kah kita biasa saja?" Tanya Suho.

"Kamu harus biasa aja kalau ketemu sama dia. Pokoknya kayak interaksi kalian dulu deh,"

Ucapan Kris tiba-tiba terlintas di kepalanya. Akhirnya satu anggukan dan senyuman simpul pun Irene lakukan. Suho juga mengangguk pada sekertarisnya itu, lalu berdiri.

"Saya akan keluar," ujar Suho.

"Iya pak," Irene tersenyum sopan seperti dulu. Membuat Suho mulai menghilangkan rasa cangungnya.

"Oh ya, besok mendekati jam makan siang, kamu temani saya meeting di luar ya," ujar Suho.

Irene tersenyum, "baik pak,"

Suho agak lega sekarang. Ia pun menepuk pelan bahu Irene lalu berlalu pergi.

"Eum... pak!" Panggil Irene dan membuat Suho berhenti membuka pintu.

"Iya?"

"Saya boleh pulang lebih awal?" Tanya Irene.

Suho tampak berfikir sejenak. Pulang awal? Tetapi untuk apa sekertarisnya itu meminta pulang lebih awal?

"Kenapa?"

"Saya ada janji dengan seseorang pak,"

"Kalau boleh tahu, siapa?" Tanya Suho.

"Pak Kris Wu," jawab Irene sambil tersenyum.

"Kalian mulai dekat ya?" Tanya Suho.

Irene hanya tersenyum menanggapinya.

"Saya ijinkan," Suho mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

Senyum Irene luntur seketika. Perempuan itu pun menatap punggung bos nya itu dengan perasaan bersalah. "Maaf pak," lirihnya. Ia harus egois kali ini. Tetapi keegoisan itu membuat hatinya gelisah. Akankah semua ini berakhir seperti yang telah ia rencanakan dengan Kris? Semoga saja.










T. B. C.
Jangan lupa bintangnya:)🍎

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang