DdK▶44

1.3K 108 36
                                    

Maaf jika banyak typo🍎




▶◽◀




Jisoo menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Ia merasa khawatir dengan keadaan Irene. Bagaimanapun juga, tak mungkin ia membiarkan perempuan itu merasa kesakitan. Apalagi itu karenanya.

Sedangkan di dalam sana, Irene sedang berjuan untuk bertahan dengan sisa tenaganya. Ia tak menyangka, Jisoo akan setega ini.

Tetapi bagaimanapun, Irene sadar jika posisinya itu salah. Meskipun tidak salah sepenuhnya, karena ini kecelakaan yang terjadi diantara mereka.

Dokter berusaha untuk membantu Irene. Tetapi rasa sakit itu tak kunjung mereda.

"Bu, kita harus lakukan operasi" ujar sang dokter.

Irene mengangguk lemas. "Lakukan apa saja dok, selamatkan anak saya," ujarnya.

Dokter mengangguk paham. "Tetapi kita harus mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga, bu" ujar dokter.

Irene mengatur nafasnya. "Jika menunggu hal itu akan sangat lama dok. Tolong lakukan apa saja, asal anak saya selamat," ujar Irene yang tampak tak kuat lagi menahannya.

Dokter mengangguk. Ia harus mengambil tindakan jika ini sudah darurat. Bagaimanapun, keselamatan pasien adalah tanggung jawabnya.

Irene segera di pindahkan ke ruang operasi setelah dokter menyiapkannya. Setelah semua dirasa sudah lengkap dan siap, segera dokter memulai oprasinya.

Irene hanya berdoa semoga anaknya bisa diselamatkan, sebelum kesadarannya memghilang.

Sedangkan Jisoo, ia masih berada di ruang tunggu. Ia takut untuk menemui Irene yang ia pikir masih berada di IGD.

"Apa aku pulang aja?" Gumamnya gelisah.

"Tapi Irene begini karena aku," rasa bersalahnya muncul.

Akhirnya, perempuan Kim itu berdiri dan mrnuju ke IGD. Ia masuk ke ruangan itu, tetapi hanya ada satu pasien disana. Jisoo cukup kebingungan dengan hal itu.

"Eum... suster," ujarnya memanggi seorang suster yang sedang mengganti sprai ranjang rumah sakit.

"Iya bu? Ada apa?" Suster tersebut menatap Jisoo dengan ramah.

"Dimana, pasien perempuan yang tadi baru sampai disini?" Tanyanya.

"Atas nama siapa ya bu?"

"Irene,"

"Ooh... ibu Irene?"

Jisoo mengangguk.

"Dia sedang dioprasi bu, dokter mengambil tindakan itu karena sudah keadaan darurat,"

"Oprasi?"

Suster tersebut mengangguk. Kemudian permisi, karena tugasnya disitu sudah selesai.

Tubuh Jisoo melemas seketika. Apakah dia terlalu jahat untuk hal itu? Sampai-sampai harus berujung seperti ini?



▶◽◀




Setelah selesai bekerja, Suho segera menuju rumah. Ia sangat merindukan Irene dan juga calon anaknya. Sembari bersenandung ringan, Suho semakin tak sabar untuk segera sampai di rumah.

Setelah sampai, dengan senyumnya Suho memasuki rumahnya.

"Aku pulang~" ujarnya dengan suara yang keras.

Merasa tak ada jawaban, Suho menuju ke kamarnya. Siapa tahu saja, mungkin Irene sedang tidur kan?

"Irene," ujarnya.

Ia menatap bingung kamarnya. Tampak masih rapi, dan seperti belum ada orang yang memasukinya. Ia pun mencari istrinya keseluruh ruangan. Tetapi Suho sama sekali tak menemukan Irene.

Pria Kim itu mencoba menelfon Irene. Tapi ternyata ponsel Irene berada di ruang tengah.

"Kamu dimana?" Ujarnya khawatir.

Pria Kim itu keluar, ia bertanya pada tetangga yang kebetulan lewat.

"Bu, lihat istri saya nggak?" Tanya Suho.

"Tadi pagi saya liat pak, istri bapak pergi sama perempuan. Kayaknya sih ke rumah sakit,"

"Rumah sakit?"

"Iya pak, soalnya istri bapak kayak kesakitan gitu..."

"Iya bu, terima kasih infonya," ujar Suho dan segera bergegas menuju mobilnya, kemudian menjalankannya ke arah rumah sakit terdekat.

Jisoo menuju ke ruang operasi. Lampu dipintu depan ruangan itu sudah tak menyala, pertanda oprasinya sudah selesai.

Seorang suster keluar, dan Jisoo pun bertanya.

"Sus, apa oprasinya bu Irene sudah selesai?"

Suster mengangguk. "Sudah bu,"

"Gimana keadaannya?"

Suster menggeleng. "Saya kurang tahu bu, karena bu Irene sudah dipindahkan,"

"Dipindahkan? Kemana?" Tanya Jisoo.

Suster itu menggeleng lagi. "Untuk itu, saya tidak tahu bu, karena saya tidak mengurusnya"

Jisoo mengangguk. Suster tersebut pamit sebelum meninggalkan Jisoo.

Disisi lain, air mata bahagia keluar dari mata Irene. Akhirnya ia dapat melihat buah hatinya yang telah lahir ke dunia. Irene terus tersenyum melihat hal itu.

"Haruskah mama bawa kamu pergi?" Gumamnya menatap bayi yang tampak nyaman tertidur disampingnya.
























Double up
Tapi kalo udah pada vote+komen🍎😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang