DdK▶43

1.3K 108 80
                                    

Maaf jika banyak typo🍎

▶◽◀

Pagi ini Jisoo berencana pergi ke rumah Irene. Ia berfikir, mungkin ia akan lebih baik jika sudah bertemu perempuan hamil yang satu itu. Jisoo sangat menyukai janin yang berada di perut Irene. Terakhir dia kesana, ia dapat merasakan bayi itu menendang, dan menurutnya itu lucu.

Hari ini, ia ingin melupakan masalah Suho yang belum pulang ke rumah. Ia yakin, suaru saat Suho pasti sadar dan akan kembali.

Jisoo tersenyum kala taksi pesanannya sudah sampai. Segera ia masuk, lalu menuju ke tujuannya.

Hanya sekitar sepuluh menit Jisoo sudah sampai di rumah Irene. Itu karena jalanan masih sepi jika pagi-pahi seperti ini. Jisoo membayar, kemudian turun dengan senyum yang mengembang. Membayangkan bagaimana perut Irene sekarang.

"Udah besar kali ya? Atau... udah lahiran?" Gumamnya.

Langkah Jisoo terhenti ketika pintu rumah Irene terbuka dan menampakkan perempuan itu sedang bersama seorang laki-laki.

Jisoo memerhatikannya, dan seketika senyumnya luntur saat melihat siapa laki-laki itu. Ia diam di tempatnya. Ingin tahu bagaimana interaksi diantara keduanya.

Matanya memanas ketika melihat laki-laki itu mengusap lembut surai Irene. Dadanya sesak, ketika melihat penyebab senyum laki-laki itu bukan dirinya. Tubuhnya lemas, saat melihat laki-laki itu mengecup kening Irene.

"Suho...." ujarnya hampir tanpa suara.

Jisoo berpegangan pada pohon yang jaraknya dekat dengannya. Ia bahkan bersandar, hingga dirinya tak terlihat.

Air matanya mengalir deras. Melihat suaminya yang bahagia bersama perempuan lain yang mana Jisoo sendiri selalu berpikiran baik tentang perempuan itu.

"Hiks...Suho...hiks..." dadanya terasa sangat sesak. Ia melihat Suho seakan tanpa beban saat bersama Irene. Apakah lelaki itu benar-benar tak memikirkan Jisoo? Apakah Irene juga tak memikirkan perasaannya?

Mobil Suho melintas, laki-laki itu pergi ke kantor dengan mood yang baik.

Jisoo hanya menatap dengan tatapan sedihnya. Ia sungguh merindukan suaminya, tetapi kenapa Suho seolah tak memiliki perasaan itu untuknya?

▶◽◀

Meeting Suho berjalan dengan lancar. Tetapi ada satu pikiran yang mengganggu di benaknya. Ia tiba-tiba saja memikirkan Jisoo. Sekertarisnya terus berkata jika Jisoo sering menanyakannya.

Selama ini Suho mencoba tak memerdulikan perempuan itu dahulu. Tapi saat sekertarisnya bilang pernah bertemu dengan Jisoo di rumah sakit, dirinya jadi khawatir apakah perempuan itu baik-baik saja atau tidak.

Disisi lain, dua orang wanita sama-sama saling memandang dengan diam. Ya, setelah cukup lama Jisoo menenangkan dirinya, akhirnya ia menemui Irene.

Kedua wanita cantik itu tak ada yang memulai pembicaraan. Hanya saling pandang, dengan tatapan yang sulit diartikan. Irene menatap Jisoo yang tampak lebih kurus dari sebelumnya.

Jisoo menghela nafas. Ia memejamkan matanya sebentar, kemudian menatap Irene.

"Saya kira kamu perempuan yang baik," ujar Jisoo menahan emosinya. "Ternyata nggak," lanjutnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Kamu nggak bodoh kan, buat tau apa yang saya maksud?" Air mata Jisoo mulai mengalir. Perlahan, Irene mendukkan kepalanya.

Jisoo menghapus air matanya. "Selama ini saya berfikir baik tentang kamu.... tapi ternyata..." perempuan Kim itu tersenyum miring.

"Kamu nggak lebih dari seorang pelakor!" Ujarnya mendorong pelan lengan kanan Irene hingga perempuan itu mundur.

"Kamu tahu? Betapa sakitnya hati saya saat melihat suami saya berbuat lembut kepada wanita lain?" Jisoo menangis lagi.

Irene menegakkan kepalanya. "Tapi saya juga istrinya," ujarnya.

Jisoo tersenyum miring. Ini seperti bom penghancur hatinya. Ia menatap perut Irene dengan tatapan emosinya. Jika dulu ia menatap hal itu dengan kagum, sekarang ia malah membencinya.

"Apa anak itu anaknya Suho?" Ujarnya. "Atau itu anak kamu bersama laki-laki lain untuk menjebak suami saya?!" Tuduhnya.

Jisoo mendekat, "Irene, tolong mengaku! Itu bukan anaknya Suho kan? Tolong tinggalkan suami saya," ujarnya.

Irene terdiam, sedangkan Jisoo yang termakan emosi itu kembali mendekat. "Tinggalkan suami saya pelacur!" Ujarnya kasar dan mendorong lengan Irene lagi. Kali ini cukup keras, hingga punggung perempuan itu bertabrakan dengan didnding.

"Akh!" Pekik Irene sambil memegang perutnya.

Jisoo terkejut dengan apa yang ia lakukan. Tubuhnya menegang melihat Irene yang tampak kesakitan didepannya.




















Sampai 50 vote 20 komen baru lanjut🍎😉
Gomawo♡

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang