DdK▶13

1.2K 103 14
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀

Jisoo termenung dikamar. Kejadian tadi pagi sungguh bagaikan tamparan keras untuknya. Benar, seminggu lalu ia memang berkonsultasi dengan dokter. Itu pun Suho yang memaksanya. Tetapi kembali lagi ke dirinya.

Wanita Kim itu sebenarnya belum siap untuk memiliki keturunan. Tetapi ia juga belum siap untuk kehilangan Suho nantinya. Ia memang bisa saja melakukan saran dokter, tapi ia takut jika Suho mengetahui hal lain yang masih ia sembunyikan.

Banyak 'tapi' untuk tiap pilihan yang harus Jisoo ambil. Wanita itu hanya bisa diam dan menyiapkan diri tentang apa yang akan terjadi nantinya.

.

Lain halnya dengan Irene yang kini terjun langsung untuk melihat proyek yang tengah sampai lima puluh persen pengerjaannya ini.

Alasan ia datang kesini bukan untuk menghindari Suho, melainkan siasat untuk bertemu Kris dan mengatakan apa yang telah terjadi tadi.

"Jadi, pengerjaannya sudah lima puluh persen ya?" Tanya Irene.

"Iya bu, dan persediaan bahan-bahannya pun kami mendapatkannya tiap hari,"

Irene mengangguk. "Berarti bisa saya simpulkan sampai saat ini pekerjaan kalian lancar tanpa kendala. Begitu?"

Pekerja itu pun mengangguk setuju. Setelahnya, Irene berpamitan dan pergi dari tempat panas dan berdebu itu.

"Lama ya?" Irene kini memang semakin akrab dengan Kris.

"Nggak sih, baru nyampe lima menit" jawab Kris santai.

Irene pun masuk kedalam mobil Kris, dan mereka menuju ke kantor Suho.

"Tumben minta jemput. Kamu jatuh cinta sama saya ya?"

"Bukan!" Tegas Irene. "Aku cuma mau cerita sesuatu"

"Hm," lampu merah menyala. Membuat Kris kini menatap ke arah Irene.

"Ada kejadian yang tak terduga," ujar Irene.

"Apa? Jisoo curiga?" Tebak Kris.

"Bukan!"

"Lalu, apa?"

Irene menarik nafas, memejamkan matanya lalu menghempuskan nafasnya. "Aku dan Suho berciuman" ujarnya.

Prok. Prok. Prok.

Kris bertepuk tangan, lalu kembali menjalankan mobilnya kala lampu hijau menyala. Senyuman lebar terpancar pada wajah tampannya.

"Berapa kali?" Tanya Kris.

"Eum... mungkin dua,"

"Kenapa ragu?"

"Aku menciumnya tadi malam, hanya sekedar nempel. Tapi tadi pagi, dia malah menciumku dalam waktu yang lama," ujar Irene.

"Bagus, ini lebih cepat dari yang saya kira" ujar Kris tersenyum lebar.


▶◽◀

Kris lebih memilih untuk langsung pergi, karena ada urusan. Irene pun memasuki kantor dan tak sengaja bertemu dengan Suho didepan.

"Bapak mau kemana?" Tanya Irene.

"Saya mau nyusulin kamu, tapi kamu malah sudah disini. Bagaimana hasilnya?" Tanya Suho. Sebenarnya ia sangat gugup. Mengingat apa yang mereka lakukan pagi tadi.

"Eum... hasilnya-"

"Kita bicara sambil makan siang saja, bagaimana?" Tawar Suho menghilangkan rasa gugupnya.

Akhirnya Irene pun memilih untuk mengiyakan ajakan bosnya itu. Mereka menuju restoran sebrang jalan. Sebenarnya ini sudah lewat jam makan siang, makanya restoran itu terlihat lebih sepi.

Dalam kesempatan ini, Irene menggenggam tangan Suho dan membuat sang empu menatapnya. Apa Irene tidak tahu jika jantung Suho sudah berdemo didalam sana?

"Maaf pak, saya takut," ujar Irene dengan ekspresi takutnya.

Tanpa diduga, Suho malah tersenyum. Laki-laki itu justru mengeratkan genggamannya, dan mulai menuntun Irene untuk ikut menyebrang bersama.

"Makasih pak," ujar Irene dan melepaskan tangan kala mereka sampai didepan restorannya.

"Sama-sama,"

Mereka pun memasuki restoran tersebut. Memesan menu dan duduk hanya berdua. Saling terdiam hingga selesai makan. Irene pun berniat membuka obrolan diantara mereka.

"Proyek kita sudah berjalan lima puluh persen. Dan mereka juga bilang, jika selama ini belum ada kendala serius atau bisa dikatakan lancar pak," ujar Irene.

Suho pun mengangguk paham. "Terima kasih ya, sudah turun langsung untuk mengeceknya,"

"Sama-sama. Lagian saya juga paham, anda sedang sibuk dan pasti nantinya akan lelah jika mengeceknya sendiri," Irene tersenyum semanis mungkin.

"Kamu sangat pengertian," puji Suho.

"Itu memang tugas saya sebagai seorang perempuan yang harus belajar mengerti keadaan lawan jenisnya," Irene dengan percaya diri mengatakannya.

Tanggapan Suho hanya tersenyum. Tetapi sebuah rasa ingin tahu muncul, sehingga ia bertanya pada Irene.

"Apa perlakuan itu untuk Kris nantinya?" Tanya Suho.

Tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, Irene pun menjawab. "Tidak tau pak, saya bingung dengan diri saya sendiri. Memilih dia, atau orang yang lama saya kagumi," Irene menatap dalam mata Suho.

Mereka kembali terdiam. Suho yang bingung dengan kalimat Irene, dan Irene yang menatapnya sambil tersenyum.











T. B. C.
Irene makin ngasih kode-kodean nih😅
Jangan lupa vote dan komen!🍎
Biar aku semangat updatenya:)😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang