DdK▶11

1.3K 110 7
                                    

Aku bakal up tiap hari, kalau vote dan komennya banyak😉
Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀


Tak terasa hari ini berlalu begitu cepat. Irene membereskan barang-barangnya. Tetapi seseorang masuk ke ruangannya, dan membuatnya sedikit terkejut.

"Kris?"

Kris hanya menanggapinya dengan datar. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada, tetap dengan tatapan datarnya.

"Kenapa?" Tanya Irene.

"Perbaiki make up mu" ujar Kris.

"Make up?"

"Ck, nggak usah kelamaan. Cepet make up lagi! Pakai lipstik yang lebih mencolok," ujar Kris.

Meskipun masih kebingungan, tetapi Irene menuruti saja apa yang dikatakan Kris. Perempuan Bae itu mengambil alat make up yang sering ia bawa, dan mulai memoles wajahnya.

"Udah?" Tanya Kris.

Irene mengangguk, lalu membereskan kembali alat-alat tersebut.

Cantik. Satu kata untuk perempuan didepannya ini. Ya, Kris mengakui jika Irene ini sangat cantik. Tetapi kembali pada rencana awalnya.

"Kamu paham kan, apa yang harus dilakuin?" Tanya Kris.

Irene tampak berfikir sebentar. Tetapi kemudian ia paham dengan maksud Kris. Perempuan tersebut pun mengangguk dan membuat Kris tersenyum.

"Aku tunggu," ujar Kris kemudian berlalu pergi.

Kali ini Irene benar-benar harus egois. Perempuan Bae itu pun melepas blazernya dan meletakkannya di kursi.

Kantor lumayan sepi. Ya, mungkin karena kehadiran Kris tadi membuat Irene jadi telat pulang. Tetapi tak apa, ia harus menurut meskipun sifat egois menjadi dasarnya. Dan beberapa resiko yang harus ia tanggung nantinya.



▶◽◀


Suho memang bukan tipikal orang yang bisa menyakiti hati perempuan. Makanya, ia masih menjaga perasaan Jisoo sampai sekarang. Tetapi tetap saja keinginan mempunyai keturunan itu ada.

Akhir-akhir ini entah kenapa pandangannya pada Irene agak berbeda. Suho sendiri menyadari hal itu. Akhir-akhir ini Irene memang sering berpenampilan lebih menarik. Terkadang Suho juga sempat memikirkan tentang perempuan Bae itu. Perasaan tak enak dan bersalahnya juga masih ada.

Ting!

Sebuah pesan masuk, mengharuskan Suho untuk membuka pesannya.

Kris Wu
Tolong bilang Irene gue gak bisa jemput.

Kris Wu
Tolong juga anterin dia pulang. Udah malem, takut dia kenapa-napa.

Tanpa membalas, Suho pun berjalan keluar. Ini sudah jam tujuh lebih tiga puluh menit. Berarti sudah sekitar dua jam Irene menunggu. Begitulah yang langsung terlintas dipikiran Suho.

"Irene?" Ujarnya pada perempuan yang kini berjongkok sambil memeluk lututnya itu.

"Pak," Irene berdiri.

"Kamu kedinginan?" Suho tampak khawatir dan kemudian melepas jasnya, lalu memakaikannya pada Irene.

"Makasih pak," ujar Irene.

Suho mengangguk. "Mari saya antar pulang," Suho menuntun Irene menuju mobilnya.

.

"Kris bilang dia nggak bisa jemput kamu. Kamu sudah dikabari?" Tanya Suho.

"Hp saya mati pak," jawab Irene.

"Kamu pasti capek nungguin,"

Irene mengangguk. "Saya kira dia beneran jemput saya, makanya saya nunggu. Oh ya! Tapi bapak tahu alamat saya?"

"Saya kan pernah kesana,"

Irene mengangguk. "Iya ya, yang waktu itu bapak dateng dan bilang beberapa kalimat ke saya,"

Tiba-tiba Suho menghentikan laju mobilnya. Menatap Irene dengan tatapan bersalahnya.

"Jujur pak, saya sakit mendengarnya" Irene menunduk, mulai meneteskan air matanya kala mengingat kembali hal-hal buruk itu.

Suho terkejut saat Irene mulai menangis. Refleks ia melepas sabuk pengamannya, lalu mengusap air mata Irene dengan ibu jarinya.

"Maafkan saya, saat itu saya tidak tau harus gimana ke kamu," ujar Suho.

"Kalau begitu, maafkan saya juga" ujar Irene.

"Maaf untuk apa?" Tanya Suho.

Tanpa di duga, Irene mendekatkan wajahnya dan menempelkan kedua benda tak bertulang itu. Hanya menempel, dan membuat Suho mematung.

Irene memberanikan diri untuk itu. Ia benar-benar harus egois dan berani dalam hal ini.

"Apa anda merasakannya?" Tanya Irene.

Suho langsung tersadar dan menatap Irene bingung. "Merasakan apa?"

"Merasakan perasaan yang cukup bisa dikatakan jatuh cinta". Tentu Irene tak mengucapkannya. Perempuan itu hanya menggeleng dan Suho pun kembali ke posisi semula.

"Saya harap setelah ini kita tetap biasa saja." Ujar Irene.

Tetapi Suho masih agak canggung. Irene menyadari hal itu.

"Saya kira, apa yang saya lakukan tadi tak sebanding dengan perlakuan bapak ke saya waktu itu," ujar perempuan Bae itu lagi, tetapi dengan suara yang pelan.

Seperti tertampar keras, Suho menelan ludahnya susah payah. Benar, perlakuan Irene tak sebanding dengan perlakuannya waktu itu. Hanya memempel, dan tak ada pergerakan.

Tapi kenapa Suho malah berharap lebih dari sekedar menempel?

Tidak! Tidak! Suho harus tetap menjaga rasa itu.









T. B. C.
Jangan lupa votenya!:)🍎
Komennya juga😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang