DdK▶34

1.1K 91 9
                                    

Maaf jika banyak typo🍎



▶◽◀

Lama kelamaan Irene jadi gelisah semdiri. Bagaimana tidak? Setiap hari ia harus mengalah agar Suho tetap bersama Jisoo, dan perempuan itu tak curiga.

Benar, ini memang kesepakatannya. Tetapi, tidak bisakah Suho bersama Irene sehari penuh saja? Apa harus nenunggu Jisoo pergi bersama teman-temannya, dan Suho bisa bersama Irene saat itu?

Tapi itu akan sangat jarang terjadi. Irene butuh Suho tanpa memikirkan orang lain.

"Kenapa melamun?" Ujar seseorang yang memeluknya dari belakang. Irene tahu, ini pasti Suho.

"Ngelamunin apa sih?" Suho memeluk nyaman tubuh Irene.

"Aku istri kamu kan?" Ujar Irene yang membuat Suho bingung.

"Kenapa tanya begitu?"

Irene melepas tangan kekar Suho yang melingkar di tubuhnya, lalu berbalik dan menatap laki-laki Kim itu. Saat Suho akan menyentuh Irene lagi, tangan wanita itu menepisnya.

"Aku tanya, aku istri kamu kan?" Tanya Irene.

Suho pun mengangguk. "Iya, kenapa tanya begitu?"

Irene menunduk. "Harusnya aku yang tanya kenapa kamu nggak bisa adil?" Ujarnya takut-takut.

Tangan Suho bergerak mengangkat dagu Irene agar perempuan itu menatapnya. Irene menatap Suho, lalu kembali menunduk. Hal itu membuat Suho kembali mengangkat dagu Irene.

"Coba ulangi," ujar Suho.

"Kenapa kamu nggak bisa adil?" Cicit Irene.

Suho menyingkirkan jariya dari dagu Irene. Kemudian ia berjalan selangkah mundur, dan tersenyum miring. Irene hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu bilang seperti itu, dan kamu nggak sadar?" Ujar Suho menatap Irene.

"Bukannya dulu kamu yang bilang, jika ini kemauan kamu?" Suho kembali maju selangkah.

"Bukankah dulu kamu yang bilang akan menerimanya?"

Irene menunduk. Sepertinya Suho tak terima dengan ucapannya. Tetapi ucapan Suho benar,

"Kamu kan yang bilang akan menerima semuanya?" Laki-laki itu mendekatkan wajahnya.

"Tapi aku ingin kamu adil sekarang," Itene berani menatap Suho. "Anak kamu butuh kamu!" Ujarnya.

Suho tersenyum miring. "Anak ini? Bagaimanapun Jisoo tetap yang pertama. Dan kamu sudah tau itu!" Suho meneka perkataannya.

Sakit? Tentu saja hati Irene sakit mendengarnya. Itu semua terasa menusuk pada dirinya.

"Akhhh....." rintih Irene.

"Akhhh...." rintih Irene lagi dan perempuan itu terjatuh ke lantai.

"Sakit...." ujarnya dan membuat Suho kini berjongkok didepan Irene.

"Sakit....." ujar Irene dan membuat Suho panik.

Pria itu langsung membopong istri keduanya menuju mobil. Irene terus memegangi perutnya yang terasa sakit, dan Suho melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.


▶◽◀

"Tenang pak, itu hanya kontraksi biasa. Tetapi harap di jaga, jangan sampai ibunya mengalami syok atau stress.. karena bahaya," jelas dokter dan diangguki Suho.

"Saya boleh menjenguk?" Tanya Suho.

"Silahkan pak," dokter mempersilahkan.

Segera Suho masuk ke ruangan dan menghampiri Irene. Laki-laki itu langsung meraih tangan Irene dan menggenggamnya.

"Kamu gapapa?" Tanyanya.

Irene menggeleng.

"Maaf," ujar Suho dan mengecup punggung tangan Irene. "Maafin papa nak," Suho mengusap perut Irene.

Tiba-tiba ia merasakan sesuatu meresponnya. Ekspresi takjub tak bisa Suho sembunyikan. Janin yang ada disana menendang.

"Dia nendang!" Ujar Suho tersenyuk lebar. Irene hanya tersenyum menanggapinya.

"Baby Kim..." Suho tersenyum dan kembali mengusap lembut perut Irene. "Kamu tau ini papa nak?" Ujarnya dan membuat Irene tersenyum.

"Dia udah lama nendang," ujar Irene dan membuat Suho menatapnya.

"Kenapa nggak kamu bilang ke aku?" Ujar Suho tak terima.

Irene tersenyum. Mungkin ini kesempatan agar ia bisa mendapatkan waktu Suho untuknya. Wanita itu meraih tangan Suho, dan menggenggamnya. Tak luma dengan tatapan dalamnya.

"Gimana aku bisa kasih tau kamu, kalau waktu kamu buat aku aja sedikut," ujar Irene tenang.

Suho tahu maksud perkataan Irene. Ini pasti berhubungan dengan apa yang tadi mereka bicarakan di rumah.

"Mau kamu apa?" Suho mengalah, ia tak mau anaknya kenapa-napa.

Irene tersenyum. "Kasih banyak waktu buat aku dan anak kamu," ujarnya. "Dan tolong, jangan bawa nama Jisoo saat kita sedang berdua," ujar Irene tersenyum.

Suho menatap Irene. Pria Kim itu mengangguk. "Akan aku usahakan,"

Brakk

Kedua orang itu terkejut saat mendengar suara meja yang tak jauh dari mereka menghantam tembok.





















Gaje ya?
Vote komennya jangan lupa🍎😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang