DdK▶28

1.2K 97 18
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀

Hari demi hari telah berlalu. Jisoo sudah beraktivitas seperti semula setelah kejadian itu.

Pagi ini, mereka sedang makan di meja makan.

"Kamu pulangnya malem terus, sibuk banget ya?" Tanya Jisoo.

Suho tampak susah payah menelan makanannya. "Em.. iya begitu,"

"Hari ini jadwal cek aku ke dokter. Kamu bisa antar?" Tanya Jisoo.

Suho berfikir sejenak. Hari ini Irene juga ada jadwal cek ke dokter. Apa Suho harus ikut Jisoo saja, agar ia juga bisa melihat perkembangan anaknya yang di kandung Irene?

"Boleh," Suho mengangguk.

Jisoo hanya tersenyum. Mereka menghabiskan sarapannya, lalu setelahnya mereka berangkat.

Sesampainya di rumah sakit, Suho mengantar Jisoo periksa.

"Bagaimana dok?"

"Sebelumnnya maaf, saya tidak menemukan perkembangan apapun. Ini semakin menurun, dan aneh" ujar sang dokter.

"Aneh bagaimana dok?"

"Mungkin ini efek terlalu banyak meminum pil pencegah kehamilan setelah mengalami keguguran. Saya tidak bisa memastikan ini akan berhasil,"

Jisoo melemas. Suho segera menenangkannya.

"Bahkan obat yang saya berikan tidak berpengaruh pada sel telur anda,"

Mata Jisoo sudah berkaca-kaca sekarang. Suho pun terus mengusap bahunya pelan, agar Jisoo tak kehilangan semangatnya.

Setelah beberapa penjelasan lagi, Suho dan Jisoo pamit.

Jisoo langsung menangis ketika keluar dari ruangan itu. Di ruangan sebelah, ada Irene yang juga baru saja memeriksa kandungannya. Irene berdiri menatap kedua orang itu.

"Kamu denger kan, dokter bilang apa? Hiks...." Jisoo menangis.

"Sssttt.... gapapa, aku nggak akan maksa kamu buat hal ini lagi," Suho langsung memeluk Jisoo. Setelah dirasa Jisoo lebih baik, keduanya berjalan meninggalkan rumah sakit.

Tentu saja Suho sempat melihat Irene. Mereka saling bertatapan tanpa ketahuan Jisoo.

"Aku pulang sendiri aja. Kamu langsung ke kantor ya, kerja yang bener," ujar Jisoo mengecup pipi Suho.

Suho mengangguk. "Hati-hati pulangnya," ujarnya mengecup kening Jisoo.

Tak lama, Suho menghentikan taksi yang lewat dan Jisoo pun pulang.

Suho berbalik, berjalan menuju mobilnya, dan terkejut kala melihat Irene disana. Tetapi ia bisa menetralkan dirinya setelah itu.

"Malam ini tetap berkunjung kan?" Tanya Irene menatap Suho.

Ya, Suho selalu pulang telat karena ia berkunjung ke tempat tinggal Irene.

Suho mengangguk. "Bagaimana keadaannya?" Tanyanya menatap perut Irene.

"Dia baik-baik aja," jawab Irene dan tersenyum.

"Boleh meminta satu permintaan?" Tanya Irene.

"Apa?"

"Malam ini menginap ya... dia benar-benar merindukanmu. Dia ingin dipeluk ayahnya lagi," ujar Irene.

Suho menyentuh perut Irene yang dirasa agak membuncit. Detakan itu tak sebergemuruh dulu.

"Sudah tiga bulan kan?" Ujar Suho dan Irene mengangguk.


▶◽◀

Suho memberesi barang-barangnya. Ia akan menginap di kediaman Irene malam ini. Ia pun pulang ke rumahnya, dan meminta izin pada Jisoo.

"Tumben makan malam di rumah," ujar Jisoo.

Suho tersenyum. "Iya, soalnya malam ini ada acara di rumah temen,"

"Acara apa? Kok aku nggak diajak?"

"Acara ini khusus cowok, jadi aku nggak ngajak kamu deh. Mungkin aku bakal nginep disana juga,"

Jisoo mengangguk. "Iya deh, aku ditinggal sendirian disini," lesunya.

Suho minum, lalu mendekati istrinya. "Maaf ya, tapi aku pengen dateng,"

"Iya, iya. Hati-hati disana,"

Cup.

Suho mengecup kening Jisoo, lalu pergi. Ia benar-benar sudah pintar berbohong sekarang. Lihatlah, betapa mudahnya ia beralasan agar istrinya tak mencurigainya.

Irene langsung menyambut kedatangan Suho.

Perempuan itu tersenyum dan mempersilahkan Suho masuk.

"Dia semakin besar," ujar Irene.

"Aku tau," Suho mengelus perut itu.

"Pasti akan sangat sulit kalau aku menghadapinya sendiri,"

Suho menatap Irene. "Maksud kamu?"

"Kapan kamu menikahiku?"

Damn!

Akhirnya setelah sekian lama Irene memendamnya, kini ia bisa mengungkapkannya.

Tiga kata dalam satu kalimat yang membuat Suho diam seribu bahasa. Ini bukanlah pertanyaan yang mudah untuk Suho jawab.

"Kamu sudah sering kesini tanpa ketahuan istrimu. Menurutku, itu cukup untuk membagi waktu antara istri pertama dan istri kedua," ujar Irene.

"Jadi, jangan ragu. Lagi pula, aku bisa menerimanya" Irene duduk dipangkuan Suho dan mengalungkan tangannya pada leher laki-laki itu.

Suho berfikir. Sedikit terpengaruh dengan ucapan Irene.

"Mau mengunjunginya? Aku menginginkannya," bisik Irene tepat di telinga Suho.

Ah! Kenapa perempuan itu sangat sexy sekarang? Suho langsung menekan tengkuk Irene dan menciumnya.

Malam ini mereka habiskan dengan panas dan penuh keringat.























Geli ngetiknya😂😂
T. B. C.
Jangan lupa vote komennya🍎😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang