DdK▶7

1.4K 118 3
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀


Setelah Suho dan Jisoo pergi, Irene terduduk di ruangannya. Merenung dengan diam. Ia sadar, bos nya sudah memiliki istri. Ia juga seharusnya paham, jika posisinya hanya sebatas sekertaris. Dan kejadian itu....

Meskipun ia tak mau mengingatnya, tetap saja ia harus menyadari jika itu sebuah kesalahan diantara keduanya.

Menggigit jari dan gelisah, adalah hal yang terjadi pada perempuan Bae itu sekarang.

"Permisi," ujar seseorang yang menghampirinya.

Irene langsung berdiri dan memberi hormat.

"Santai aja kali," orang itu tersenyum. "Mau makan siang bareng?" Tawarnya.

Irene terdiam. Tidak salah ia dengar? Seorang Kris Wu mengajaknya makan siang bersama? Eh, tapi tunggu! Bukannya Kris tadi sudah pamit pergi? Lalu, kenapa masih ada disini? Mengajaknya makan bersama lagi.

"Eum... maaf tuan Wu, tap-"

"Saya nggak nerima penolakan," Kris tersenyum dan menarik tangan Irene dengan paksa. Membuat beberapa karyawan memandang mereka.

Mereka hanya makan siang di restoran depan kantor. Restoran sederhana itu memang sangat ramai jika di jam makan siang seperti ini.

Mereka makan dengan makanan yang mereka pesan. Kris juga mengatakan jika ia yang mentraktir Irene kali ini.

"Udah berapa lama, jadi sekertaris Suho?" Tanya Kris.

"Baru sekitar enam bulanan,"

"Udah nggak usah kaku. Anggep aja temen sendiri," Kris mencoba mencairkan suasana.

"Eum... Irene,"

"Iya pak?"

"Sebenarnya, saya sudah tau tentang apa yang baru terjadi diantara kalian berdua," ujar Kris dan membuat Irene seketika terdiam kaget.

"Maaf ya, secara nggak langsung... saya juga terlibat."

Irene tetap diam.

"Andai jika saya nggak minta kamu datang, pasti kamu masih bisa jaga mahkota itu," Kris merasa bersalah.

Irene hanya menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

"Maafin saya ya," ujar Kris.

"Bukan salah bapak," Irene berkata pelan.

"Saya akan bantu jika terjadi sesuatu sama kamu,"

"Maksud bapak?"

"Saya akan jamin jika Suho tanggung jawab," ujar Kris mantap. Bagaimana pun juga, Suho harus mempertanggung jawabkan hal ini.



▶◽◀


Kris tersenyum pada Irene. Sedangkan wanita Bae itu nampak gelisah.

"Yakin, kamu pasti bisa!" Ujar Kris tersenyum.

Ia menarik Irene untuk mendekat pada Suho dan Jisoo di dekat restoran itu.

"Jis, pulang bareng gue aja yuk," ujar Kris tersenyum.

"Terus, suami aku gimana dong?" Jisoo bergelayut dilengan Suho.

Sedangkan Irene malah menggenggam erat tangan Kris. Membuat sang empu mengerti.

"Kantornya kan di depan, tinggal nyebrang dia mah."

Jisoo menatap Suho.

"Lo mau ngerepotin suami lo? Biarin dia kerja, buat masa depan kalian nanti," Kris mencoba membujuk Jisoo.

"Kamu banyak kerjaan ya?" Tanya Jisoo.

Kris menatap Suho yang kini meliriknya. Memberi satu kode anggukan agar pria Kim itu menjawab pertanyaan istrinya.

"Iya sih, masih banyak yang harus aku urus," ujar Suho dan membuat Kris tersenyum tipis.

"Kok nggak bilang? Aku kan jadi ganggu," Jisoo mempoutkan bibirnya.

Irene hanya menunduk. Menyadari posisinya sekarang. Ia hanyalah sekertaris, dan kejadian itu hanya sebuah ketidaksengajaan. Itulah yang terus terfikir olehnya.

"Nggak apa-apa kok," Suho mencoba tersenyum. Entahlah, tetapi sedari tadi ia juga sering melirik kearah Irene.

"Ya udah deh, aku pulang sama Kris aja," ujar Jisoo dan mengecup pipi suaminya.

Suho hanya tersenyum. "Hati-hati,"

Kris melepaskan genggamannya dengan Irene, dan tersenyum pada wanita itu.

"Kalian pacaran ya?" Tebak Jisoo.

"Proses," jawab Kris tersenyum.

"Wah..." Jisoo ikut tersenyum lebar. "Kamu kan sekertarisnya Suho, balik ke kantor barengan aja kalian,"

Sesuai dugaan Kris. Irene menatap laki-laki tinggi itu, dan Kris mengangguk.

"Ya udah, yuk Jis" ajak Kris dan mereka pun pamit pulang. Tersisalah Suho dan Irene disana.

Haruskah Irene melakukan apa yang disuruh Kris? Oh, tidak! tidak!

"Awas!" Suho menarik Irene.

Mungkin tarikannya terlalu keras, hingga tubuh wanita Bae itu bertabrakan dengannya. Entah efek kaget atau bagaimana, tetapi rasanya jantung Irene berdetak lebih cepat dari biasanya.

Suho dapat merasakannya, Ia pun terdiam, sebelum melepaskan pelan tubuh Irene. Perasaannya jadi gelisah setelah itu. Dan keadaan canggung pun terjadi diantara keduanya.

"Jangan terlalu dekat dengan jalan, kamu hampir keserempet motor tadi," ujar Suho tanpa melihat wajah Irene.

"Ayo," ujarnya berjalan menyebrang, diikuti Irene dibelakangnya.












T. B. C.
Jangan lupa votenya:)🍎

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang