DdK▶25

1.2K 87 5
                                        

Maaf jika banyak typo🍎


▶◽◀

Suho terbangun, tetapi kasur sampingnya itu masih kosong seperti sebelum ia tidur. Apa Jisoo belum pulang? Pikir Suho.

Pria itu segera bersiap menuju ke kantor. Ia mencari cari istrinya, tetapi perempuan Kim itu tidak dapat ia temukan.

Suho pun langsung bergegas ke kantor. Sesampainya di sana, Suho heran kenapa para karyawan mengucapkan bela sungkawa.

"Maaf pak, kemarin saya langsung mengambil anggaran untuk mengirimkan karangan bunga." Ujar Dasom dan memberikan sebuah kertas yang merupakan nota pengiriman.

Suho menerima kertas itu, lalu melihatnya. Nama ayah mertuanya tertera disana. Tunggu! Karangan bunga? Apa jangan-jangan--- tidak! Suho harus segera pergi kesana.

Pria Kim itu langsung bergegas pergi dan membuat para karyawan menatap bingung pada bosnya yang terburu-buru itu.

Suho mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah orang tua Jisoo.

Sesampainya disana, masih banyak karang bunga. Suho langsung memasuki rumah itu, dan melihat istrinya duduk sendiri di sofa.

Suho menghampiri Jisoo. Memeluk istrinya itu dan seketika tangis Jisoo pecah. Perempuan itu bahkan memukul-mukul dada Suho dengan tenaganya yang sedikit.

"Papa..." lirihnya.

Suho hanya diam dan berusaha menenangkan Jisoo. Tetapi tiba-tiba...

Srek!! Bugh!

Kakak laki-laki Jisoo menyeretnya dan memukulnya hingga jatuh ke lantai.

"Kenapa lo baru dateng hah?! Harusnya lo nggak usah dateng! Menantu dan suami macam apa lo?!" Marah laki-laki itu.

Sedangkan Suho hanya mengelap bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Ya, Suho sadar dia memang salah.

Saat kakak iparnya itu akan memukulnya, Jisoo menahannya.

"Udah kak... ini bukan saatnya ribut," ujar Jisoo.

"Pergi!" Ujar kakak ipar itu pada Suho.

"Gue bilang, pergi Kim Junmyeon!" Marahnya.

Tak ingin membuat keributan lebih, Suho pun berdiri. Menatap Jisoo sebentar, kemudian ia pergi.

Jisoo ingin mengejar, tetapi sang kakak menahannya.


▶◽◀


Hari semakin gelap. Suho kini berada di atap gedung perusahaannya. Sesekali menunduk menatap kakinya, atau mendongak menatap langit yang mendung. Hm.. mungkin sebentar lagi hujan akan turun.

Udara yang sangat dingin terasa menusuk meakipun ia memakai pakaian.

"Kenapa gue sampai nggak tau," gumamnya penuh penyesalan.

Beberapa langkah dibelakang bangku yang Suho duduki, seorang perempuan berdiri disana. Ya! Irene lah orangnya.

Jika bertanya kenapa Irene bisa disana, jawabannya karena Seulgi tadi memberitahunya. Perempuan Kang itu menelfonnya, karena hari ini pulang lebih cepat dan menceritakan tentang Suho yang sudah berada di rooftop sejak setelah jam makan siang.

Hal itu membuat Irene langsung bergegas kesini setelah memutuskan panggilan dengan Seulgi.

"Apa tubuhmu itu sangat panas?" Ujar Irene dan mulai melangkah.

Suho yang mendengar suara pun menengok kebelakang. Pandangannya mengikuti arah berjalan Irene, hingga sekarang perempuan itu sudah duduk disampingnya.

"Disini sangat dingin, tapi kenapa kamu betah banget?" Ujar Irene mulai menggunakan bahasa yang biasa saja pada Suho.

Suho tak menjawab. Laki-laki itu hanya diam dan memilih untuk menatap lurus kedepan.

Irene berdiri. Melepas jaketnya, dan memakaikannya ke pundak Suho.

"Setidaknya aku nggak boleh biarin ayah dari anak ini sakit," ujar Irene tersenyum.

Suho menatap wajah perempuan itu. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya bisa menyentuh hati Suho.

Irene tersenyum, meraih tangan Suho dan mengusap-usapnya pelan. Sesekali Irene meniupnya dengan nafas hangatnya.

Anehnya, Suho tampak menurut saja. Pria itu tak melayangkan protes ataupun menghindar. Membuat Irene tersenyum, dan tetap melakukannya hingga waktu yang cukup lama.

"Mending sekarang kamu istirahat," ujar Irene.

Suho masih terdiam.

Irene pun menariknya, hingga pria itu berdiri. Lalu Irene menuntun Suho agar mengikutinya.

"Aku bisa pulang sendiri," akhirnya Suho berbicara.

Mendengar hal itu, Irene mengangguk menatap Suho.

"Tapi, sebelum pulang....." Irene menjeda kalimatnya. Tangan Suho yang masih berada digenggamannya itu ia letakkan pada perutnya. Membuat Suho kembali merasakan detakan kecil itu.

"Dia ingin mengucapkan selamat istirahat untuk ayahnya," Irene tersenyum tulus, dan membuat Suho tersentuh akan arti senyuman itu.














T. B. C.
Jangan lupa vote komennya🍎😉

Dirimu dan Kamu_end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang