"Persoalan itu harus diselesaikan dengan saling berbicara agar tak salah paham, bukan saling diam yang akhirnya tiba-tiba menghilang."
~~~
Setelah selesai makan, Ryehanna segera mengelap mulutnya dengan tissue lalu menumpukkan semua piring bekas yang ada di meja makan tersebut.
Sebenarnya ia mau menolak diajak makan bersama dengan mamanya Devaro tapi mama Devaro itu sudah terlalu baik dengannya walaupun keadaan yang sulit dimengerti saat ini.
Ia juga tidak membuka obrolan terlebih dahulu. Hanya jika ditanya, ia akan menjawab sesingkatnya. Tapi ia tetap harus bersikap baik dengan keluarga Devaro karena ia tidak ingin dianggap buruk oleh orang lain.
"Gue pulang." pamit Ryehanna yang beranjak dari kursinya.
"Makasih tan atas makanannya." ucap Ryehanna dengan ramah ke Ghina.
"Lah kok pulang? Main dulu hayu." cegah Ghina agar Ryehanna tidak pulang dulu, ia sangat pengen lebih akrab lagi dengan gadis itu.
Tapi Ryehanna tetap menggelengkan kepalanya, "Takut dicariin orang rumah, Ryehanna pamit tan." kemudian ia menyalimi Ghina.
"Yaudah kalo gitu, kapan-kapan aja mainnya." kata Ghina yang langsung diangguki mantap oleh Ryehanna.
"Devaro! Anterin Ryehanna pulang." titah Ghina yang melihat Devaro masih memakan makananya tanpa menolehkan arah pandangannya kemana-mana.
Gadis itu langsung keluar saja dari rumah William, mencari taksi untuk segera pulang.
Tapi pergelangan tangannya sudah ditahan oleh Devaro padahal ia sudah membuka pintu taksi, ia menoleh tajam kearah cowok itu.
"Gue yang anterin lo pulang!" ucap Devaro penuh penekanan.
Ryehanna menghembuskan nafas berat, "Ga!"
"Gue yang harus nganterin lo pulang, lo jangan pulang sendiri! Bahaya!"
Hati Devaro gusar saat ini, masih ada rasa khawatir, rasa rindu akan sosok gadis itu yang dulu masih lembut dengannya.
Kini perlahan itu memudar, entah apa alasannya. Tapi ia tetap mencintai gadis itu walaupun tidak terbalaskan.
"Kenapa?! Kenapa lo masih peduli sama gue?!" bentak Ryehanna.
Matanya memerah saat ini, rasanya ia ingin menangis sejadi-jadinya tapi keadaan berkata tidak.
Langsung Devaro menangkup kedua pipi Ryehanna, menatap dengan penuh arti. "Karena gue sayang banget sama Princess. Gue ga mau kehilangan orang yang gue sayang sekali lagi." ucapnya lembut sambil tersenyum.
Tetap saja, Ryehanna tidak percaya akan omongan kosong itu kemudian ia menepis kasar tangan Devaro. "Ngapain lo masih peduli sama gue?!"
Devaro mencoba untuk tenang, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu dihembuskan. "Apa harus perlu gue ulang dua kali agar lo ngerti bahwa betapa sayangnya gue sama lo?"
Rasanya semua seperti percuma, dunia seakan tidak merestui hubungan mereka.
Ryehanna seperti tidak sanggup mengeluarkan kata-kata, ia masih larut dalam kekecewaan.
"Kenapa Rye? Jawab! Kenapa lo tiba-tiba menjauh dari gue? Kenapa lo yang dulunya selalu bisa bikin gue terus nyaman didekat lo tapi sekarang lo tiba-tiba berubah kek gini?!"
Devaro mengguncang-guncang badan gadis itu, Ryehanna mencoba menahan isak tangisnya. "RYE JAWAB!!!" sentak Devaro.
Jalanan yang sepi, taksi tadi sudah meninggalkan mereka. Membuat bentakan-bentakan itu terasa menggema dengan jelas ditelinga Ryehanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Ice [END]
Teen FictionIni tentang Ryehanna Arestha Neldric, gadis berparas cantik yang tidak pernah berhenti berjuang dengan takdir semenjak kehilangan segalanya termasuk orang-orang yang ia sayangi membuat sifatnya berubah drastis menjadi gadis dingin. Gadis itu hanya k...