H A P P Y R E A D I N G
"Kadang mereka menilai kelebihan dengan melihat kekurangan. Dan melihat kekurangan dengan melupakan kelebihan." -Alya Senja Gabriella
🌻
Hari ini Alya sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter. Gadis cantik itu nampak sibuk membereskan beberapa peralatan juga pakaian yang harus ia kemas untuk dibawa pulang. Sebenarnya, Rafa, Davin, Dinda, dan Salma sudah menawarkan diri untuk membantu, tetapi Alya menolak dengan alasan mereka harus pergi ke sekolah.
Alya bersenandung kecil sembari memasukkan handphone berwarna putih kesayangannya ke dalam sling bag yang selalu ia kenakan. Merasa tidak ada lagi yang tertinggal, Alya berjalan ke meja yang ada di samping ranjangnya, lalu ia meraih gelang hitam dengan liontin kerang yang Rafa berikan beberapa hari yang lalu saat mereka masih di Bali.
Senyum simpul terbit begitu saja ketika Alya selesai memakai gelang kerang tersebut pada lengan mungilnya. Tidak tahu harus melakukan apalagi, Alya memilih untuk keluar kamar, berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk sekedar menghapus rasa bosan sembari menunggu Rafa dan teman-temannya yang lain menjemput dirinya.
Baru saja Alya akan berbelok ke arah kantin rumah sakit, sebuah lengan besar sudah menariknya, membuat tubuh gadis itu kehilangan keseimbangannya. Alya mengerjapkan kedua matanya mengerjapkan kedua bola matanya beberapa kali, masih mengumpulkan kesadarannya.
"Kapan sih lo jelek di mata gue?" kekeh Nando sembari mengacak pelan puncak kepala Alya. Alya meneliti penampilan Nando dari atas hingga ke bawah, seragam sekolah yang berbeda dari sekolah Alya, namun masih dipakai dengan gaya urakan, sepatu converse juga leather jacket yang ada di lengan kirinya. Gayanya Mirip sekali dengan Rafa.
Alya berdecak setelah sadar, gadis itu menatap Nando dengan sorot mata tak suka. "Click gak sopan!" rutuk Alya.
"Lo kok pake seragam SMA Pelita?" tanya Alya heran.
Nando mengangkat bahunya acuh, lelaki itu kini malah berjalan menuju lobby rumah sakit, itu berarti bertentangan dengan tujuan Alya yang ingin pergi ke kantin. Karena rasa ingin tahunya lebih besar, Alya jadi menghela nafasnya pendek dan sedikit berlari untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Nando.
"Nandooo!" panggil Alya sekali lagi.
Nando berhenti, menoleh sepenuhnya kepada Alya dan tersenyum kecil. "Gue emang sekolah di Pelita tuh dari kelas sepuluh malah!" jawabnya singkat.
"Terus Gerald?" beo Alya.
"Gue juga." Nando berkata santai. "Selama sebulan gue sekolah di Highschool, gue bolos di Pelita."
Alya semakin mengernyitkan keningnya. "Hah? Emang bisa?"
"Bisalah! Gue izin penyembuhan dengan alasan gue ketabrak truk, gue bikin surat pernyataan Dokter yang palsu, terus gue suruh deh temen gue yang nyampein ke guru."
"Kalau Gerald, gue pake identitas palsu, Gerald nama temen gue yang meninggal satu tahun yang lalu, karena Ares." Jelas Nando santai.
Alya menggelengkan kepalanya beberapa kali, ingatannya terlempar ke beberapa waktu lalu. Tepat saat Nando dan Rafa bertengkar, saat itu juga Alya yang melerai keduanya. Rasa bersalah seketika muncul karena dulu dia tidak percaya kepada Rafa dan berlaku kasar kepada lelaki yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya itu.
Alya menatap Nando kesal. "Hidup lo penuh dengan kepalsuan." Ucapnya singkat, tanpa menoleh sedikit pun kepada Nando yang masih menatapnya santai.
"Oh ya?" kekeh Nando. "Bukan kah lo juga sama?" tanyanya singkat, terdengar pelan namun jelas akan sindiran, Alya tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD RAFA [COMPLETED]
JugendliteraturARES [1] : RAFA ARSENIO Ini tentang Rafa Arsenio, lelaki tampan pemilik mata segelap obdisian juga tatapan tajam seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam lawannya. Ini tentang Rafa, sang ketua geng Ares yang banyak digilai oleh para kaum...