36. HILANGNYA FIGUR TEMAN

20K 1.6K 72
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

"Persahabatan itu ibarat sebening kaca. Sekali rusak, mungkin bisa diperbaiki, tapi akan selalu ada retakan."

🌻

Rafa meringis kecil ketika menyentuh sudut bibirnya yang terus mengeluarkan darah segar. Lelaki itu berdiri dari posisinya, dan berjalan menuju kursi yang terletak di ujung rooftop rumah sakit itu.

Semilir angin juga langit malam yang nampak menyejukkan cukup membuat Rafa sedikit lebih tenang. Dirogohnya dua buah benda yang ada di dalam saku jaketnya, rokok dan pemantik. Rafa menghisap lintingan nikotin yang baru saja ia nyalakan itu dengan tenang, mata elangnya terus memperhatikan padatnya jalanan malam di ibukota, sinar lampu yang nampak menyorot dari berbagai kendaraan, juga langit malam yang kini tidak menampakan bintangnya.

Jika sedang menikmati situasi seperti ini, Rafa hanya ingin mengingat Alya. Bagaimana gadis itu sangat menyukai pemandangan yang tersaji dari puncak gedung ini, menenangkan katanya, dan itu memang benar. Ingatan Rafa terlempar kepada peristiwa beberapa bulan lalu, di tempat ini, tempat pertama kali Rafa dan Alya berbincang singkat, saling menebar tawa sederhana, bagaimana gadis itu bisa menyembuhkan lukanya walau hanya dengan kata-kata, dan malam itu juga, malam dimana Rafa menemukannya. Menemukan seseorang yang ia pilih sebagai pemilik hatinya.

Rafa tersenyum tipis saat mengingat masa-masa itu, masa dimana semuanya belum serumit ini, masa di mana tertawa bersama Alya adalah pekerjaan paling menyenangkan di muka bumi ini. Lelaki itu menghela nafas lelah, menundukkan wajahnya dalam dan memandang kalung kunci yang selama ini ia gunakan.

Rafa melepas kalung itu dari lehernya, dipandangnya dalam kalung kunci yang kini ada pada genggaman kokohnya. Lagi-lagi ia tersenyum tipis, ia juga merindukan gadis yang pernah mengukir cerita indah di masa lalunya ini. Walau kini Rafa sudah tidak pernah mencarinya lagi, tapi salahkah Rafa jika berharap suatu saat gadis ini akan pulang? Kembali untuk bersamanya lagi, mengulang cerita yang dulu sempat terhenti.

"Emang di rumah sakit boleh ngerokok?"

Rafa menoleh kaget ketika suara seseorang berhasil membuyarkan lamunannya. Sedangkan yang di tatap hanya mengangkat sebelah alis bingung, dan memandang ke bawah untuk melihat berbagai kendaraan yang melintas.

Rafa mengernyit. "Lo kan anak yang tadi?" tanya Rafa ragu-ragu. "Siapa nama lo?" tanyanya lagi sembari berusaha mengingat nama anak yang ada di hadapannya ini.

Ken menoleh sesaat, merenggut kecil, kemudian memfokuskan kembali pandangannya pada jalanan ibukota di malam hari. "Ken, nama aku Ken."

Rafa menganggukan kepalanya beberapa kali. "Ngapain lo di sini?"

Ken mengangkat bahunya acuh, dirogohnya saku pakaian berwarna biru itu, dan memberikan Rafa sebuah permen gummy dengan berbagai bentuk kepada Rafa.

"Buat gue?"

Ken mengangguk dengan tatapan yang begitu polos. "Jangan ngerokok di rumah sakit tau!" omelnya sembari berdecak kesal.

"Dih, kenapaaa?" tanya Rafa sedikit sewot, berani-beraninya bocah ingusan memarahi bahkan memerintah dirinya.

Ken berbalik, ikut duduk di samping Rafa yang tengah menatapnya tidak santai dan balas menatap Rafa dengan tatapan jengkel. "Kakak sama diri sendiri aja gak sayang, apalagi sama orang lain." Ujar Ken.

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang