H A P P Y R E A D I N G
"Kamu, terkenang."
🌻
"Raf, udah jam delapan. Semuanya nunggu lo," kata Arkan sembari menepuk bahu Rafa.
Rafa menoleh, mematikan rokok yang sedari tadi ia hisap. Dan berdiri, bergegas untuk mengantarkan Nando ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dengan wajah yang sangat kusut, Rafa berjalan menuju lantai utama, tidak lupa di lengan kirinya terlampir jaket Ares kebanggaannya.
Rafa membelalakan matanya terkejut ketika melihat seluruh anggota Ares kini sudah bersiap dengan jaket dan kunci motor mereka. "Kalian mau kemana?"
"Kita mau ikut sama lo, untuk nganter Nando ke pemakaman."
Rafa mengerjap beberapa kali, garis wajahnya berubah menjadi sedikit ceria. Ditatapnya satu persatu anggota Ares yang kini sedang berdiri tegap di hadapan lelaki itu. Rafa jadi tersenyum tipis, senyum penuh kebanggaan karena mempunyai sahabat juga teman yang sangat setia. "Thanks,"
Rafa langsung memakai leather jacket dengan lambang planet merah itu. Ia berjalan keluar dari basecamp Ares terlebih dahulu bersama keempat sahabatnya, lalu diikuti oleh seluruh anggota Ares yang kini beramai-ramai untuk mengantarkan ketua mereka mengucap salam perpisahan kepada Nando.
Motor milik seluruh anggota Ares membelah jalanan padat kota Jakarta di pagi hari. Walau mereka mengendarai motor dalam laju yang stabil, tetap saja mereka selalu mendapat teguran karena dianggap memenuhi jalanan.
Ratusan pengendara motor sport itu telah lengkap dengan memakai baju berwarna hitam, tanda mereka juga ikut berbela sungkawa atas kematian Nando. Di depan mereka, ada lima pengendara yang memimpin secara bersama. Tidak peduli orang lain menilai seperti apa, tapi Ares adalah keluarga. Jika ada satu orang yang terjatuh, maka akan ada ratusan orang yang bersedia menjulurkan tangannya.
Begitupula sekarang, tidak peduli mereka sedang mengantarkan musuh mereka sendiri ke peristirahatan terakhir. Yang terpenting adalah Rafa, sahabat serta ketua kebanggaan mereka tidak boleh terjatuh dan merasa sendirian.
Sampai di kediaman Nando, Rafa langsung bergegas turun dari motornya. Pemuda Arsenio itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah mewah ini. Selalu sepi dan kosong. Bahkan sejak dua hari terakhir saat jasad Nando dibawa ke rumah ini.
Tidak mau banyak berpikir, Rafa langsung memasuki rumah milik Nando. Hanya ada beberapa orang yang menemani jasad Nando, yang Rafa yakini itu adalah pekerja dan pembantu di rumah ini. Rafa berjalan mendekat ke arah peti mati Nando yang disimpan di tengah ruangan ini.
Garis wajahnya kembali berubah. Ia mengambil sebuah foto yang berada di dalam sakunya, ditatapnya moto Nando, Rafa, juga Alya oleh pemuda Arsenio itu. Rafa sedikit mendekat, meletakan foto itu di samping wajah dingin milik Nando.
"Biar lo gak merasa sendirian lagi,"
Rafa terus memandangi wajah Nando. Wajah yang sebentar lagi tidak akan pernah bisa ia pandangi walau hanya dengan tatapan sinis. Wajah tenang dan damai yang malah membuat hati Rafa teriris akan rasa penyesalan walau hanya melihat sebentar.
"Silahkan, tutup petinya." Ujar Rafa kepada beberapa orang yang mengurus jasad Nando sejak kemarin. Rafa berdiri dibantu oleh Ethan dan Gusti. Setetes air mata yang ia tahan sejak semalam itu turun kembali ketika melihat peti mati itu benar-benar tertutup untuk selamanya.
Peti Nando langsung dibawa ke dalam mobil, Rafa yang melihat itu jadi menunduk dalam.
"Lo bisa bawa motor?" tanya Rio.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD RAFA [COMPLETED]
Teen FictionARES [1] : RAFA ARSENIO Ini tentang Rafa Arsenio, lelaki tampan pemilik mata segelap obdisian juga tatapan tajam seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam lawannya. Ini tentang Rafa, sang ketua geng Ares yang banyak digilai oleh para kaum...