42. IBLIS YANG RAPUH

18.8K 1.6K 51
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

“Karena gue harus jadi seseorang yang berarti dan berguna buat lo, itulah keputusan gue.” - Nando Alfarenz

🌻

Dengan tubuh yang merapat sepenuhnya kepada dinding untuk melakukan persembunyian, Alya beberapa kali memunculkan kepalanya dari tembok besar yang menjadi gapura di depan sekolahnya.

Alya menggigiti bibirnya kaku, hatinya ingin sekali menghampiri Rafa untuk sekedar mengobati luka lebam di wajah lelaki itu. Alya pun sudah mendengar, bahwa tadi Ares dan Fobos melakukan balapan yang berujung penyerangan. Mustahil jika kedua geng besar tersebut tanding secara bersih, tanpa adanya kegiatan adu jotos.

Alya menunduk dan mendesah kecewa. Lagi-lagi ia mengurungkan niatnya karena terlihat Natasya menghampiri Rafa dengan sekotak obat yang gadis itu genggam, mereka duduk di bangku taman, dengan Natasya yang sedang mengobati luka-luka Rafa. Alya hanya bisa tersenyum miris melihat itu, seperti ada rasa sesak yang berlebih ketika melihat keduanya, ada rasa kecewa yang tidak tersalurkan, juga rasa penyesalan yang semakin menumpuk. Karena dahulu, Alya lah yang ada di posisi itu, mendukung segala keputusan Rafa, dan mengobatinya jika lelaki itu terluka.

Alya menangis dalam hening. Kali ini, dia benar-benar menumpahkan segala perasaannya yang tertahan selama ini. Alya menyeka air matanya yang tidak kunjung berhenti itu secara kasar. Sampai sebuah lengan besar, menutupi kedua bola mata gadis itu, menepuk pundaknya yang bergetar beberapa kali dengan lembut.

"Suka banget ya, Ja nyakitin diri sendiri?"

Nando. Alya cukup hapal suara berat lelaki itu. Alya melepas lengan Nando dari matanya dan mendongak, menatap Nando yang juga sedang menatapnya dengan posisi merunduk. Tidak ada kalimat sapaan, Nando hanya tersenyum tipis, yang Alya sendiri tidak tahu apa arti dari senyum misterius milik lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Bentar ya, Ja." Ucap Nando, yang kini malah berjalan mendekat kepada Rafa, tanpa melepas jaket Fobosnya, ia masuk ke dalam kandang Ares, sendirian. Membuat Alya jadi terkesiap dan berniat untuk menahan lelaki itu, tetapi usahanya sia-sia karena Nando sudah melangkah cukup jauh dari tempatnya berada.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Serangan berupa pukulan itu dilayangkan Nando secara tiba-tiba kepada Rafa. Membuat Rafa yang semula duduk dengan tenang, jadi tersungkur di atas aspal, darah segar pun mulai mengalir dari sudut bibirnya.

Beberapa murid yang melintas di sana jadi menghentikan langkah mereka. Merasa sungkan dan takut jika harus melewati Rafa dan Nando yang terlihat sama-sama emosi. Natasya selaku orang terdekat yang ada di sana pun jadi berdiri, pergi dari sana, menjauh dari kerumunan. Karena Nando juga kelemahannya, orang yang gadis itu cintai.

BUGH!

Rafa membalas pukulan Nando lebih keras. "Maksud lo, apa?!" tanyanya tajam.

Nando berdiri dengan cepat, menatap Rafa dengan kilatan amarah dan tertawa sinis sembari memainkan lidahnya beberapa kali. "BUKANNYA LO HARUS LEBIH TAHU DIRI? SIAPA LO YANG BERANI NYAKITIN ALYA! GUE UDAH PERNAH BILANG KAN, JANGAN MEMATAHKAN JIKA LO GAK BISA MENJAGA!" katanya emosi.

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang