• Special Part : Gibran Aditya, The Next Leader of Ares

36.7K 1.7K 386
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

🌻

"Kamu lagi, Gibran?"

Gibran yang semula bersandar pada kepala sofa ruang BK dengan kedua mata tertutup jadi menegak, membenarkan posisi tubuhnya lalu menyengir lebar pada Pak Indra yang kini berdecak kesal memandanginya. Ruang BK, salah satu tongkrongan favoritnya. Tak heran jika Ethan, seniornya itu sangat gemar membuat masalah hanya karena ruangan ini sangat sejuk dan nyaman. Sofa empuk, ruangan yang luas, juga empat AC yang mengelilingi sudut ruangan tempat mereka ini. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?

"Siang, Pak!" sapa Gibran tersenyum ramah.

Pak Indra melengos pelan, sangat mengenal muridnya yang satu ini. Guru tersebut duduk sambil menaruh cangkir kopi yang sedari tadi ada dalam genggamannya ke atas meja. Pak Indra menatap Gibran lurus, menunggu cowok itu berkata.

"Ayo ngomong, kenapa kamu ke sini?"

"Coba Bapak tebak, kalau berhasil dapat dua juta rupiah!" balas Gibran tersenyum polos, malah mengajak bercanda.

Pak Indra berdecak malas, ingin sekali menempeleng wajah tampan Gibran. Tapi ia urungkan semua niat itu, Pak Indra menghela napas panjang. Memajukan diri dengan pandangan lurus menatap Gibran, berniat ingin mengancam anak muridnya yang satu ini, namun semua gagal ketika Gibran malah menirukan gerakannya. Jika terlihat dari jauh, guru dan murid itu terlihat seperti sedang bermain tatap-tatapan, siapa yang kedip terlebih dahulu maka ia yang kalah.

Karena gemas, Pak Indra menepuk keras pundak Gibran membuat sang empu terlonjak kaget, menatap Pak Indra sewot. "Sekarang masalah apa yang kamu buat? Kamu maling kerudung si Siti lagi? Atau bikin Luna nangis karena kamu jahilin dia pakai kaos kaki punya Putra?" Gibran hanya menggeleng polos menjawab pertanyaan beruntun dari Pak Indra.

"Terus masalah apalagi yang kamu perbuat sekarang?" Pak Indra memicingkan matanya sambil menatap Gibran penuh curiga. "Jangan-jangan, kamu naruh kodok lagi di bawah meja guru kelas X IPS 7?" tanya Pak Indra suudzon, bukan maksud menuduh. Karena Pak Indra kenal betul siapa Gibran Aditya, murid pembuat onar dengan wajah tampan yang selalu berhasil menguji kesabaran orang-orang di sekitarnya.

Gibran mencuatkan bibir bawahnya, menatap Pak Indra tak santai. "Bapak mah berprasangka mulu sama saya,"

"Gibran dengar ya, kemarin tepat di jam dua siang kamu baru mengunjungi ruangan ini karena buat Emily nangis, belum genap dua puluh empat jam masa kamu balik lagi ke sini??" tanya Pak Indra geregetan.

Gibran menggaruk tengkuknya, cowok itu menatap Pak Indra polos lalu tersenyum manis. "Numpang ngadem ya, Pak."

"Gibran!"

"Kodok babi!" latah Gibran kala mendengar panggilan bernada tinggi dari guru yang ada di depannya, pemuda Aditya itu bahkan sampai termundur hingga punggungnya menyentuh kembali kepala sofa sambil memegang dadanya lebay.

Pak Indra mengulum bibir, berusaha menyabarkan diri akan tingkah laku Gibran yang satu ini. "Kamu ini ya! Saya serius, kenapa kamu ada di sini lagi?"

Gibran mengendikkan kedua bahu acuh. "Saya cuma disuruh ke sini sama Pak Radit,"

Pak Indra manggut-manggut mengerti. Ia mengambil gelas kopinya ingin meneguk kembali minuman hangatnya itu. Kedua mata Pak Indra langsung membulat lebar kala menyadari suatu hal, napasnya yang semula tenang jadi memburu kala baru menyadari suatu hal janggal. Pak Indra meraih rotan andalannya yang tergeletak di atas meja kantornya lalu tanpa basa basi ia memukul Gibran dengan gemas menggunakan rotan itu. Gibran yang tak siap jadi berteriak kesal sambil meronta, tidak tahu salahnya terletak dimana.

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang