H A P P Y R E A D I N G
"Kadang lebih baik kita membiarkan sebuah kaca pecah, daripada harus terluka karena memperbaikinya."
🌻
Rafa melangkah masuk ke dalam rumah megah bernuansa abu itu. Lelaki itu berjalan santai, sesekali ia melonggarkan posisi dasi sekolahnya agar bisa bebas bernapas.
Tidak ada suasana hangat yang biasa menyambut kepulangannya, hanya terdengar suara detik jam yang berbunyi, wajar karena sekarang sudah pukul 01.00 dini hari.
Baru saja Rafa akan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, mata elangnya menatap tajam kearah dua orang perempuan yang sedang tertidur dengan posisi berpelukan di atas sofa.
"Aura, bangun."
Karena merasa terusik, Aura dan Arinda terbangun, keduanya menatap Rafa dengan tatapan terkejut.
"Gue udah bilang, lo jangan deketin monster ini lagi." Kata Rafa menatap tajam Arinda.
Aura menggeleng, gadis itu menatap Rafa dengan tatapan memohon. "Tolong biarin sekali ini aja, mamah nginep disini ya?" pintanya.
"Enggak."
"Bang, tapi gue kangen banget sam—"
"GUE BILANG ENGGAK YA ENGGAK!" bentak Rafa.
Arinda yang melihat pertikaian antar kedua anaknya pun, jadi berdiri di tengah Rafa dan Aura, badannya menyembunyikan Aura dari balik punggung rapuh itu.
"Aura, masuk kamar."
Awalnya Aura ingin menolak, tapi gadis itu hanya mengangguk lesu, meninggalkan sang mamah, dan ia yakin pasti ada keributan sebentar lagi.
"Bagian mana yang tidak Anda mengerti dari kata 'jangan kembali ke rumah ini', nyonya Arinda?" tanya Rafa tajam.
Arinda hanya bisa menunduk, dan menangis tanpa bisa menjawab pertanyaan Rafa.
"Saya kurang mempunyai sisi manusiawi, karena Anda yang berhasil membuat saya menjadi seperti ini. Jadi, daripada menangis, silahkan keluar sekarang juga."
Arinda menggeleng. "Banyak yang perlu kita bicarakan Rafa," ujarnya pelan.
"Untuk apa? Untuk membuka luka lama saya kembali?" tanya Rafa, sinis.
"Bukan. Untuk menebus semua dosa mamah kepada kamu dan Aura."
Rafa terkekeh sinis, kedua tangannya bertepuk tangan dengan cukup keras, "setelah 10 tahun anda pergi membuang kami, dan sekarang anda baru ingin menebusnya?"
"Maaf,"
Rafa tersenyum pahit. "Saya bukan Tuhan, yang bisa mengampuni dosa apapun."
Dengan nafas yang tidak teratur, juga tangan yang terkepal kuat Rafa berjalan cepat menaiki satu persatu tangga untuk menuju kamarnya.
"Rafa, mama minta maaf." Tangis Arinda pecah begitu saja, wanita itu terjatuh di atas lantai, dengan wajah tertunduk dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD RAFA [COMPLETED]
Novela JuvenilARES [1] : RAFA ARSENIO Ini tentang Rafa Arsenio, lelaki tampan pemilik mata segelap obdisian juga tatapan tajam seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam lawannya. Ini tentang Rafa, sang ketua geng Ares yang banyak digilai oleh para kaum...