H A P P Y R E A D I N G
"Karena teryata, hati kita se-egois itu."
🌻
Sepanjang perjalanan kembali menuju Rumah Sakit, Alya terus menangis sembari menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan gadis itu. Berkali-kali sang supir taxi yang mengantar Alya, bertanya apakah dia baik-baik saja dan Alya hanya menjawabnya dengan anggukan lemas.
Alya menggenggam kuat gelang kerang pemberian Rafa waktu itu. Bagaimana cara lelaki itu berbicara, tertawa dan berprilaku sangat membuat Alya semakin merasa bersalah akan yang ia lakukan bersama Nando.
Alya tahu apa yang Alya lakukan sangat salah, dengan menerima ajakan Nando, berbicara dan tertawa bersama Nando, juga memeluk Nando dengan hangat tentu membuat Rafa sangat marah. Nando itu musuhnya, dan Alya malah membela orang yang mati-matian ingin Rafa tendang dari kehidupannya.
Tetapi melihat bagaimana pandangan Nando terhadapnya, membuat Alya berpikir untuk bertahan sebentar lagi. Bagaimana sifat Nando memperlakukannya membuat Alya tersentuh. Nando tidak sejahat apa yang orang-orang pikir selama ini, Nando hanya membutuhkan sosok seorang teman yang bisa menarik tangannya untuk keluar dari kegelapan.
"Mbak, sudah sampai."
Alya mengangguk kecil, ia merogoh saku celana jeansnya dan memberikan selembar uang berwarna biru kepada sang supir. "Terimakasih, pak." Ucap Alya yang langsung keluar dari taxi tersebut.
Ia berjalan cepat menyusuri ruangan-ruangan yang ada di rumah sakit itu, sesekali ia menyeka air matanya yang entah mengapa tidak bisa berhenti sedari tadi. Pulang. Hanya kata itu yang Alya pikirkan saat ini.
Alya sudah sampai di depan kamarnya, ia meraih knop pintu itu dengan cepat. Bertepatan dengan itu, Dinda dan Salma berlarian menuju ke arahnya dengan sorot wajah panik sekaligus khawatir.
"ALYA!"
Alya mendongak ketika mendapati Dinda dan Salma yang sudah berdiri di hadapan gadis itu dengan nafas yang nampak terengah-engah.
"Al, lo kemana aj—Astagaa, lo kenapa?!" Dinda membelalakkan kedua bola matanya ketika melihat penampilan Alya saat ini.
Salma memegang pelan kedua bahu Alya, menatap Alya dengan sorot mata khawatir "Al, kenapa?" tanyanya pelan.
Alya menggeleng, bulir bening kembali lolos dari pelupuk matanya. Dinda dan Salma yang memang sudah mengerti akan keadaan sahabatnya ini langsung menarik Alya masuk ke dalam kamar inapnya.
Ketiganya duduk di sofa, Alya duduk di tengah-tengah antara Dinda dan Salma. Hening tercipta diantara mereka, Dinda dan Salma sengaja memberi Alya ruang untuk sedikit bernapas agar bisa memulai memberikan penjelasannya kepada kedua gadis itu.
"Rafa..."
Seakan sudah satu hati, Dinda dan Salma hanya saling melempar pandangannya satu sama lain, seolah sedang berkomunikasi walau hanya dari tatapan keduanya.
"Rafa marah sama gue." Kata Alya ketika dirinya mulai sedikit tenang.
Salma mengernyit pelan. "Marah? Kenapa bisa? Tadi lo pergi kemana emang?" tanyanya beruntun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD RAFA [COMPLETED]
Ficção AdolescenteARES [1] : RAFA ARSENIO Ini tentang Rafa Arsenio, lelaki tampan pemilik mata segelap obdisian juga tatapan tajam seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam lawannya. Ini tentang Rafa, sang ketua geng Ares yang banyak digilai oleh para kaum...