46. KELEMAHAN SANG SINGA

21.5K 1.5K 95
                                    

H A P P Y R E A D I N G

"Aku sudah berkali-kali merasakan kehilangan. Mereka sudah kuanggap sebagai kawan lama yang datang untuk menjemputku pulang. Tapi untuk pertama kalinya, melihatmu terbaring lemah seperti ini, aku menjadi takut untuk sendirian." - Rafa Arsenio

🌻

Rafa masih setia menunggu Alya untuk segera sadar. Bahkan lelaki tampan ini enggan pergi dari sisi Alya untuk sekedar makan ataupun berganti pakaian. Dia hanya diam, memperhatikan setiap pahatan wajah Alya, dan mengucap doa agar gadisnya segera bangun.

"Bangun, lo harus marahin gue karena gue sejahat ini sama lo." Rafa mengelus lembut pipi Alya yang terlihat sangat pucat.

"Lo liat ini gak?" Rafa sedikit menunduk, ia menggenggam kalung hitam dengan gantungan kunci yang selalu ia kenakan di lehernya. "Ini udah kayak jimat buat gue. Sebelum gue pergi nyerang, balapan, atau apapun itu yang membahayakan diri gue sendiri, gue selalu genggam kalung ini untuk mengisi kekuatan gue."

Rafa mulai bercerita dengan panjang lebar, walau ia tahu Alya tidak bisa mendengarnya saat ini. "Gue aneh kan? Tapi dengan pakai kalung ini, gue jadi selalu ingat lo di masa lalu. Walau gue masih gak ngerti kenapa lo harus nyembunyiin semuanya, tapi tetap Al, rasa sayang gue sama lo itu lebih dari rasa kecewa gue."

Digenggamnya lengan Alya yang semula berada di atas perut gadis itu. "Bangun," Rafa berbisik dengan suara yang melirih. "Gue takut untuk sendirian."

"Mau gue beritahu sebuah cerita? Tentang seorang gadis paling kuat yang pernah ada di muka bumi. Tentang sang putri sempurna yang memilih untuk tinggal dengan seorang monster, dan meninggalkan pangerannya?"

Rafa tersenyum sangat tulus, dengan kedua tangan kokoh yang masih menggenggam jemari Alya erat, ia mencium sekilas lengan itu lalu kembali melanjutkan ceritanya. Dia mulai bercerita tentang bagaimana sang putri bertemu dengan monster yang diceritakan, bagaimana keduanya bisa saling mengenal dan saling mencintai. Sampai di titik terendah, bagaimana kedua insan tersebut bertengkar hebat dan mulai menertawakan takdir yang seakan mempermainkan keduanya. Ah, Rafa sedang menceritakan kisahnya sendiri, dengan Alya sebagai sang putri dan dirinya sebagai monster yang tidak tahu diri.

"Kisah percintaan klise namun melegenda. Lo tahu? Kalau gue jadi sang putri, mungkin gue akan langsung menendang monster itu jauh-jauh dari kehidupan sempurna gue." Kata Rafa sembari menatap Alya dalam. "Tapi ada satu hal yang sekarang gue mengerti akan sikap sang putri. Karena cinta itu bukan tentang saling meyempurnakan aja. Cinta itu tentang saling melengkapi dan membutuhkan..."

"Mereka jadi sempurna ketika bersama." Rafa kembali tersenyum tipis. "Karena perbedaan itu yang membuat kisah mereka berwarna."

"Makasih Alya, makasih karena lo gak pernah berhenti untuk peduli sama gue. Makasih karena lo udah terlahir di bumi, makasih karena lo selalu ada di samping gue..."

Rafa menghela nafasnya sebentar. "Dan maaf, maaf karena gue udah menjadi manusia paling gak tahu diri yang pernah terlahir di bumi, maaf karena gue masih jadi luka utama di hati lo."

Rafa berdiri dari posisinya, lelaki itu mendekatkan dirinya kepada Alya. Semakin mengikis jarak yang ada antara keduanya, dan membungkukan badannya untuk mencium kening Alya. Rafa memejamkan matanya, mengucap bebeberapa kalimat permohonan yang hanya Alya, dirinya, juga Tuhan yang mengetahui itu. Bulir bening itu berhasil keluar dari pelupuk mata Rafa dan jatuh tepat di atas wajah Alya.

Rafa langsung berdiri, menjauhkan dirinya dan mengusap air matanya secara kasar. Ia menatap Alya sangat lembut, kembali menggenggam lengan yang terkulai lemas itu seolah Rafa sedang memberikan kekuatan kepada Alya.

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang