45. BROKEN AGAIN

20K 1.6K 83
                                    

H A P P Y R E A D I N G

"Be a strong wall in the hard times and be a smilling sun in the good times."

🌻

Davin berlarian menuju ruang ICU. Lelaki tampan itu bahkan sempat menabrak beberapa orang dan petugas Rumah Sakit yang sempat menghalangi jalannya. Ia kalut, bahkan selama diperjalanan menuju ke sini pun Davin tidak bisa fokus menyetir. Hal yang ia pikirkan saat ini adalah keadaan Alya, sahabat sekaligus gadis yang sangat ia cintai.

Davin langsung menghela nafasnya lega ketika sampai di depan ruangan yang nampak tidak asing lagi baginya. Diliriknya Rafa yang sedang tertunduk lemas di samping pintu ICU, lelaki itu terlihat sangat kacau, ditambah dengan pakaiannya yang basah karena terkena air hujan. Ia tersenyum tipis sebagai bentuk sapaan ketika Arinda dan Aura menatapnya.

Setelah menyampaikan rasa terimakasih kepada Aura yang telah memberi kabar bahwa Alya sedang ada di rumah sakit, lelaki itu kini merogoh ponselnya untuk menghubungi Dinda dan Salma. Berkali-kali ia melakukan panggilan, namun hasilnya nihil.

Sampai pintu yang semula tertutup rapat itu jadi terbuka, membuat semua orang yang ada di sana berdiri menunggu penjelasan dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Gimana keadaan pacar saya, dok?" tanya Rafa cemas, bahkan lelaki itu kini sedikit mencondongkan badannya ke depan untuk bisa melihat kondisi Alya saat ini.

Dokter itu melirik Davin sekilas, seolah sedang meminta izin sesuatu. Davin menggelengkan kepalanya dua kali kepada sang dokter sebagai jawaban. Membuat Rafa jadi menatap keduanya penuh tanya.

"Alya belum sadarkan diri. Kondisinya masih sangat lemah, jadi biarkan ia istirahat untuk beberapa saat."

"Keluarga pasien, bisa ikut saya ke ruangan? Ada yang perlu kami sampaikan."

Davin dan Rafa langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Membuat keduanya jadi saling berpandangan. "Biar gue." Ujar Davin singkat.

Rafa menggeleng tegas. "Gue cowoknya, gue berhak tahu." Putusnya tidak ingin dibantah sama sekali.

"Bahkan lo gagal jaga dia. Berhenti merasa jadi orang paling penting di sini." Tandas Davin yang langsung pergi terlebih dahulu menyusul dokter yang tadi menangani Alya. Meninggalkan Rafa yang kini jadi terdiam seribu bahasa mendengar kalimat penuh sarat kebencian itu.

🌻

"Keadaannya semakin parah, lebih parah dari terakhir kali dia memeriksakan dirinya sendiri ke sini." Ujar Dokter Fazri, dokter yang selalu menangani Alya ketika gadis itu melakukan pemeriksaan.

Davin mengambil nafas sejenak, lalu menghembuskannya pelan. Menutup matanya rapat, berusaha menguasai dirinya sendiri agar tetap tenang dan kembali mendengarkan penjelasan dari Dokter Fazri.

"Alya juga mengalami depresi berat, mungkin itu yang menjadi faktor pendukung penyakitnya lebih parah. Saat dia datang tadi pun kondisinya nampak sangat kacau, badannya menggigil, dia juga mimisan cukup banyak. Apa kamu ada masalah dengan dia?" tanya Dokter Fazri sembari melirik beberapa kali kepada berkas pemeriksaan milik Alya.

Davin menggeleng. "Saya yang lalai jaga dia. Saya terlalu sibuk dengan urusan organisasi, bahkan beberapa minggu ini kami kehilangan komunikasi. Tapi siang tadi, saya baru mengetahui, bahwa Alya bertengkar hebat dengan kekasihnya yang tadi."

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang