41. THE OLD RAFA

17.5K 1.5K 22
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

“Sifat manusia itu kayak bunglon ya? Gampang banget berubah.”

🌻

Alya, Dinda dan Salma keluar dari mobil BMW i8 berwarna putih milik Salma. Ketiganya memutuskan untuk berangkat bersama hari ini, setelah kemarin malam Salma dan Dinda menemukan Alya yang sedang menangis di depan rumahnya, kedua gadis itu memilih untuk menginap di rumah Alya.

"Lo yakin?"

Alya menghela nafas lelah. "Lo udah nanya itu berapa kali, Sal?" Alya mengangguk tegas kali ini, mata indah gadis itu tertuju kepada Rafa dan keempat sahabatnya yang sedang melepas helm mereka dan berjalan menuju koridor utama.

"Kalau ditolak gimana?" tanya Dinda merasa khawatir.

Alya sempat tergelak beberapa saat. "Enggak papa, berarti gue harus usaha lebih keras kan?" Alya tersenyum kembali. Gadis itu kini malah sedikit berlari kecil untuk bisa menyusul langkah Rafa dan teman-temannya itu.

"Rafa!"

Kelima lelaki itu spontan berhenti. Semuanya juga menoleh ke belakang, menatap Alya dengan berbagai tatapan yang berbeda-beda. Alya tersenyum kecil ketika melihat Rafa pagi ini. Walau tidak ada senyum manis yang biasa ia dapatkan, Alya cukup tahu diri. Setidaknya, Rafa harus menerima permintaan maafnya, setelah itu biar Rafa yang memutuskan sendiri apakah mereka bisa kembali bersama atau tidak.

Alya membuka tas sekolahnya, mengambil kotak makan yang sudah ia siapkan sejak pagi tadi, dan memberikannya kepada Rafa yang masih enggan menatap matanya.

"Buat lo,"

Rafa mendecih, menatap Alya sinis, dan menepis lengan Alya begitu saja, membuat kotak makan itu terhempas ke lantai, bahkan isinya nampak berantakan sekarang ini. "Gue gak butuh." Ujar Rafa datar, setelah mengucapkan itu, ia berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan keempat sahabatnya yang masih mengerjap mencoba mengerti akan situasi seperti apa sekarang ini.

Beberapa murid yang melewat dan menyaksikan itu jadi terkejut melihat perubahan sikap Rafa terhadap Alya. Tidak ada lagi Alya yang diperlakukan layaknya seorang putri raja, hanya ada Alya si gadis pecinta olimpiade yang terlihat menyedihkan karena sudah ditolak oleh sang ketua Ares itu.

"ALYA!!"

Dinda dan Salma yang sudah tidak tahan melihat Alya dipermalukan jadi berlari mendekat. Melindungi Alya dan mengusir beberapa murid yang malah merekam kejadian tersebut.

Salma menatap punggung Rafa secara tajam, wajah gadis itu nampak mengeruh dan matanya menatap Rafa tidak suka. "Gue nyesel pernah dukung lo sama dia." Cetus Salma.

Alya memegang lengan kiri Salma, ia tersenyum. "Bukan salah Rafa."

"Jelas salah dia! Harusnya lo yang marah karena dia penyebab kema—"

"Din." Tegur Alya ketika melihat Dinda yang terlihat emosi juga, gadis cantik itu kini malah mencuatkan bibirnya kesal.

Arkan dan Ethan yang entah harus berbuat apa. Jadi merunduk, membantu Alya membersihkan lantai koridor yang nampak kotor karena berbagai bahan nasi goreng yang tersebar dimana-mana saat ini.

"Maafin temen gue ya, Al." Kata Ethan merasa tidak enak sendiri kepada Alya.

Alya mengangguk. "gue okay kok. Bye the way, thanks udah mau bantuin gue beresin ini." Ujar Alya masih terdengar santai.

"Bohong."

Alya dan Ethan refleks menoleh kepada Arkan yang kini sedang fokus memunguti nasi yang berserakan di lantai, posisi lelaki itu membelakangi Alya dan Ethan, tetapi menghadap Dinda dan Salma yang turut membantu membersihkan kekacauan ini.

BAD RAFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang