H A P P Y R E A D I N G
"Karena musuh terbesar adalah otak dan pikiran kita sendiri."
🌻
Alya membuka matanya secara perlahan, gadis itu mengerjap beberapa kali dan mengedarkan seluruh pandangannya ke setiap sudut ruangan ini.
Rumah sakit, lagi.
Hal terakhir yang ia ingat adalah malam di mana Rafa telah meresmikan hubungan mereka. Tetapi kemana perginya lelaki itu sekarang? Alya terus memperhatikan setiap detail ruangan yang nampak asing baginya.
Gadis cantik itu memutar badannya ke samping untuk mengambil sebuah gelas, namun fokusnya kian teralih pada sebuah ponsel, dompet dan sepucuk surat yang ada di atas nakas. Yang Alya yakini, itu adalah benda-benda Rafa.
Karena penasaran, Alya mengambil surat yang sepertinya sengaja ditulis oleh seseorang. Ia mulai menunduk dan membaca rangkaian kalimat yang tertuang di dalamnya.
Selamat pagi gadis Rafa!
Gimana sekarang? Masih sakit? Kalau udah bangun nanti, gue mau wawancara lo pokoknya. Dimakan buahnya jangan cuma dijadiin pajangan!
Kemarin malam waktu lo tiba-tiba sakit, gue, Dinda, Salma, Davin dan empat inti Ares yang lain memutuskan untuk balik ke Jakarta Al, dan iya sekarang lo udah di Jakarta.
Sorry ya pacar Rafa, gue gak bisa nemenin lo hari ini karena mama mau operasi. Sebagai menantu yang baik, lo bantu mendoakan nyokap biar bisa sembuh ya.
Sengaja gue tinggalin ponsel dan dompet, takut lo bosan atau mau beli sesuatu pake aja. Udah deh kayaknya terlalu panjang gue nulis! Setelah urusan gue selesai, gue akan langsung ke rumah sakit untuk nemein lo, Al.
Aku rindu kamu, gadis Rafa❤️
-pacar Alya
Alya tersenyum geli setelah membaca rangkaian kata itu. Rafa benar-benar tidak bisa ditebak. Lelaki yang terlihat menyeramkan dan dingin jika diluar, justru malah menjadi lelaki lembut nan manis jika sudah berhadapan dengan Alya.
Ah, Alya masih tidak percaya bahwa kejadian semalam nyata, kejadian di mana Rafa mengklaim dirinya benar-benar di luar dugaan. Rafa memang bukan cowok romantis, tidak ada bunga ataupun sebuah lagu yang ditemani petikan gitar kemarin malam. Hanya ada Alya, Rafa, lilin dan hamparan bintang yang menyaksikan kedua insan itu.
Alya yang semula tersenyum jadi mengatupkan bibirnya rapat. Ketika pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba, dan muncul seorang lelaki dengan gaya urakan dengan leather jacket yang ia bawa di tangan kirinya.
"Hai," sapanya dengan senyum miring, lelaki itu berjalan mendekat kepada Alya dan langsung menaruh lengannya pada dahi Alya.
Alya yang tidak tahu harus bereaksi apa hanya mengerjapkan matanya bingung.
"Udah turun demamnya, bagus deh." Katanya sembari duduk di kursi yang berada di pinggir ranjang Alya.
Lelaki itu mengambil buah apel yang tersimpan di nakas, memakannya dengan santai walau dia belum izin kepada Alya.
Alya terus menatap lelaki yang ada di hadapannya ini dengan raut wajah bingung. "who are you?"
Lelaki itu tertawa keras, langsung menelan beberapa bagian buah apel yang tadi dikunyahnya dan berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD RAFA [COMPLETED]
Teen FictionARES [1] : RAFA ARSENIO Ini tentang Rafa Arsenio, lelaki tampan pemilik mata segelap obdisian juga tatapan tajam seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam lawannya. Ini tentang Rafa, sang ketua geng Ares yang banyak digilai oleh para kaum...