3. Ngintip the series

281 73 169
                                    

"Lo gila, gue waras. Gue ga gila, lo yang ga waras."

'Perasaan artinya sama,' batin Izura bertanya-tanya.

"Babang Angga aku peyuk yah. Hyaa."

"TYDAKKKK."

Dalam hitungan detik Simon berteriak histeris dan ngacir bersama Izura. Tidak lupa dengan Verni yang mengejar mereka bak orang kesetanan. Izura terus saja terkekeh saat raut wajah Simon terlihat jijik. Nampak menggelikan.

"Angga, jangan lari!"

"Iya, gue gila, gue gak waras. Ini semua gara gara lo, tanggung jawab lo, Angga."

"Lo bikin gue klepek klepek. Tanggung jawab, ga mau tau."

"Aa Angga, neng padamu aa."

"SEMUA MAU LO, GUE JABANIN."

"SELAMANYA GUE CINTA ELO, ANGGA!"

Simon membelokan arah haluan dan senantiasa tetap menggenggam jemari mungil nan halus milik Izura. Simon sudah sangat risih dengan teriakan Verni yang menggelegar kencang di seantero SMA Taruna. Dia membawa Izy bersembunyi di balik pintu UKS bersamanya.

Keduanya bernapas lega saat Verni pergi tanpa mencurigai ruang UKS. Sadar tak sadar, Izura mulai merasa tidak enak dengan posisi mereka. Berada di dekapan Simon membuatnya gelagapan, apalagi dengan tangannya yang menempel didada bidang Simon. Dia menggigit bibir bawah, reflek mendorong Simon agar menjauh, membuat pemuda itu menautkan alis dan kembali tidak peduli.

"Lo mau grepe grepe gue yah?" tanya Izura was-was.

"Dih pede. Tepos aja lo bangga." Amarah Izura kembali naik saat menangkap perkataan tak berfaedah dari Simon. Membuat otak dan semua nadinya berdengung-dengung.

"Fitnah lo. Gue seksy gini lo bilang tepos."

"Temen gue ketularan gila kaya si Verni ya Allah. Berikanlah mereka hidayah. Amiin."

"Mantan lo gitu amat modelannya."

Simon acuh saja seperti biasa dan memasang tampang watados andalannya, "lo yang jodohin dia sama gue. Lo ga inget," ucapnya dengan tampang bodoh.

"GA TAU, GUE LUPA INGATAN. BYE." Izura sengaja tak menjawab pertanyaan itu dan memilih kembali ke habitatnya. Kelas idaman di mana dia bisa berbuat sepuas mungkin. Apalagi kalo bukan, tidur.

"Gais, Pak Joko izin. Hari ini waktunya gue bocan," begitulah biasanya ucapan Izura terdengar. Atau terkadang seperti ini.

"DIEM ... gue mau hibernasi."

"Ini tuh waktunya gue tidur. Lo ganggu aja, mau gue tampol."

"Tidur itu kebutuhan. Karena mimpi yang indah dapat terasa nyata hanya dengan mata tertutup."

Dan banyak lagi ucapan Izura yang teman-temannya acuhkan. Hampir setiap jamkos Izura akan tertidur, pulas dan nyenyak. Entah sejak kapan, populasi orang pintar dia nodai. Pasalnya, dia mempunyai otak cerdas namun penikmat tidur yang handal.

"Zy, liat deh, gue jerawatan lagi. Kesel deh gue, pake apa yah biar ilang," seru Tresa yang juga salah satu teman kelas Izura. Keadaan kantin yang penuh sesak membuat mereka mau tak mau menunggu sampai lenggang.

"Masker yang gue kasih ke elo pake dong makanya," ucap Izura malas, kesal karena waktu tidurnya terkuras hanya gara-gara rapat antar ketua kelas.

"Udah, tapi tetep kek gini." Kembali Izura menghela nafas jengah, bukan cuma dia. Temannya Liliack yang ada di sampingnya pun mendengus.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang