15. Pelukan ketidak sengajaan

135 40 77
                                    

"Kebahagiaan hadir dari hal-hal kecil yang cukup berkesan."

Dari: Aku
....

"Kita ke sana sekarang." Izura panik dan mondar-mandir tak jelas. Tau-tau dia malah menarik tangan Darren agar mengikuti Liliack.

"Lo salah orang."

Izura menggeleng, menatap Darren tajam, ucapannya kini berubah. Penuh intonasi.

"Kita butuh mobil elo buat ke club. Jadi lo musti ikut."

"Gue lagi," sanggah Darren tak percaya. Berinteraksi dengan Izura kerap kali membuat otaknya mendidih panas. Apalagi sekarang, ia harus membantu Izura. Merepotkan.

"Buruan sebelum terlambat."

Ucapan Izura menjadi penutup percakapan siang itu. Mereka tenggelam pada angan masing-masing. Izura sendiri hanya berharap semoga Tresa tidak kenapa-napa. Juga ketika mobil melaju, masih tak ada obrolan. Mereka memilih diam. Bungkam.

Ketika semuanya telah sampai ditempat Tresa, betapa terkejutnya Izura dan Liliack. Pasalnya yang mereka saksikan adalah pemandangan Tresa yang tengah dipeluk oleh Zael. Sangat intim.

Tresa bahkan menangis histeris didekapan Zael. Bukan hanya mereka, Simon pun ada di sana, menatap kedua sejoli itu santai tanpa beban seperti biasanya. Bukannya khawatir, Simon malah lebih memilih sibuk dengan jari jemarinya. Entah apa yang dia lakukan.

Tanpa banyak membuang waktu, cepat cepat Izura keluar dari mobil, berlari kencang mendekati Tresa. Semuanya saling tatap ketika Izura bertanya.

"Lo gpp kan? Siapa yang bikin lo nangis? heh! cowo sialan itu. Tenang Tres, biar gue hajar cowo macam dia."

Simon menggeleng lalu menepuk pelan bahu Izura, tak lupa Simon pula menunjukan senyuman menggelikannya, "ga usah. Itu cowo udah digebukin Zael. Hebat kan temen gue, jadi pahlawan dia."

Plak!

Izura memukul kepala Simon agak keras. Bisa-bisanya membuat lelucon disaat seperti ini, yang dipukul hanya mengaduh sesaat lalu kembali acuh. Memang tak bisa dialdalkan. Hidup Simon terlalu dibawa bercanda, kadang Izura juga kesal akan hal itu.

Liliack tak tinggal diam, dia membuka pintu mobil, mengisyaratkan semuanya memasuki mobil Darren. Justru hal itu membuat sang empunya mobil mendengus. Belum diberikan Izin sudah masuk tanpa tahu malu.

"Semuanya masuk, jangan di sini."

Tentu saja setelah mengatakan hal itu, Izura dan yang lain masuk tanpa beban. Tresa sendiri dipapah oleh Zael, mungkin masih shock. Izura pun tak tahu apa yang terjadi, tak ada yang menjelaskan. Padahal Izura juga ingin tau permasalahannya.

"Ngapain kalian?" tanya Darren tanpa mengalihkan pandangannya.

"Duduk lah, lo pikir kita mau main kuda-kudaan," ejek Simon yang duduk tepat disamping Darren. Di susul dengusan Darren lainnya. Izura membelalak, disaat seperti ini pemuda itu tetap bersikap angkuh. Dasar tidak punya hati! Izura memaki.

"Gua gak kasih Izin."

Helaan napas Izura terdengar lelah, setelahnya dia langsung menyahut ketus, "pelit banget lo jadi orang kaya. Kita cuma numpang doang, lagian bentar kok. Lo ga liat apa, ini temen gue kena musibah. Ga punya hati banget."

"Bersikap dingin, ketus, angkuh sih boleh. Tapi, hati lo harus punya nurani, seenggaknya hanya membantu ga akan bikin buntu," cerca izura melanjutkan. Nampaknya dia kesal akibat perbuatan Darren.

"Terserah."

"Ckck, ni bocah dibilangin malah nyolot. Anak siapa sih elo, gini amat," cerocos Simon akhirnya. Simon menggetok kepala Darren pelan, membantu pemuda itu sadar akan keadaan mereka.

Katakan! Siapa Pengirimmu?(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang